Friday, November 21, 2025

Di Titik Gelisah Tempat Allah Menyembunyikan Petunjuk

 



ketika hati nathan mulai bertanya: “apakah jalan ini memang benar untukku?”

ada masa ketika hidup terasa berat tanpa alasan yang benar-benar jelas. bukan karena langkah yang ditempuh salah, tapi karena hati sedang berusaha memahami apa yang sebenarnya Allah arahkan untuknya.


belakangan ini, Nathan sering merasakan gelombang rasa yang datang tiba-tiba.

pertanyaan-pertanyaan itu kembali bermunculan:

 “kenapa perasaan ini selalu muncul?”

“apa pilihan yang kuambil selama ini benar?”

“atau mungkin aku sebenarnya sedang berjalan di jalur yang bukan seharusnya?”

setiap kali ada masalah kecil datang, rasa tidak nyaman itu ikut hadir.

seolah hatinya menggoyahkan keputusan yang pernah ia pegang kuat.


padahal dulu, Nathan sudah membayangkan perjalanan hidup yang sedikit berbeda ingin mencoba sesuatu yang baru, membuka langkah ke arah yang belum ia sentuh sebelumnya.

tapi rencana itu memudar seiring waktu, seperti angan yang perlahan hilang sebelum sempat diwujudkan.


percakapan Batin Nathan


kadang Nathan berbicara dengan dirinya sendiri…


nathan:

“kenapa ya hati ini gelisah terus? padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin.”


hatinya:

“mungkin bukan karena salah pilih… mungkin kamu hanya belum benar-benar jujur dengan apa yang kamu rasakan.”


nathan:

“tapi kenapa setiap ada masalah kecil saja rasanya seperti dipertanyakan ulang? apa ini tanda bahwa jalanku salah?”


hatinya:

“tidak selalu. kadang Allah memakai kegelisahan untuk membuatmu lebih peka, lebih matang, lebih dekat.”


nathan terdiam.

merenung lama.

mencoba memahami apa yang ingin hatinya sampaikan…


Ketika Nathan Menyerahkan Pertanyaannya pada Allah


di ujung kegelisahan, Nathan kembali menyusun doa yang sama—doa yang ia gumamkan pelan saat dunia terasa terlalu bising:


ya Allah…

engkaulah yang membolak-balikkan hati.

jika jalan ini memang engkau ridhoi, maka tenangkanlah langkahku.

jika ini bukan jalanku, maka tunjukkanlah arah yang lebih Engkau pilihkan,

dan belokkan aku dengan lembut menuju kebaikan-Mu.

nathan percaya, apapun yang terjadi dalam hidupnya tidak pernah luput dari rencana Allah.

namun sebagai manusia, wajar bila ia ragu.

wajar bila ia merasa tidak nyaman.

wajar bila ia bertanya dalam diam,

dan bingung di persimpangan yang ia ciptakan sendiri.

mungkin ini bukan tentang salah atau benar.

mungkin ini tentang pertumbuhan.

tentang dibimbing.

tentang dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih baik.

dan bisa jadi… jalan yang terasa berat hari ini justru sedang membuka pintu menuju sesuatu yang selama ini ia panjatkan dalam doa.


Oleh : Azka


Tuesday, November 18, 2025

Malam yang Membungkam Segala Napas


 Di sebuah pondok besar di Semarang, Pondok Al-Fadhilah, tinggal seorang santri bernama Putra. Awalnya hidupnya berjalan seperti denyar lampu neon di malam hari—tenang, teratur, dan tak pernah memberi tanda akan padam. Rutinitas hariannya sederhana: mandi sebelum subuh, nongkrong di warung setelah sekolah, olahraga sore hari, dan bercerita horor bersama teman-temannya sebelum tidur. Ironisnya, cerita horor itu kelak seperti ramalan yang ia ciptakan sendiri.

Setelah hampir sembilan bulan tinggal di pondok, Putra mulai merasakan sesuatu yang ganjil. Perasaan itu seperti angin dingin yang tak terlihat, tapi selalu berhasil menyentuh tengkuk. Namun, ia memilih diam, menyimpan keganjilan itu seperti orang menyimpan surat yang tak ingin dibuka kembali.

Sampai akhirnya, pada suatu malam, keganjilan itu berubah menjadi teror nyata.

Ketika hendak pergi ke kamar mandi di lantai satu, lorong pondok terasa lebih sunyi dari biasanya. Sunyi yang bukan sekadar sepi, tapi seperti ada sesuatu yang sedang menahan napas. Dari kejauhan, Putra melihat bayangan berlari cepat dari satu lorong ke lorong lain—cepat seperti kilat yang tidak sempat menyentuh tanah. Ia mencoba mengabaikan, walaupun dadanya berdebar seperti pintu tua yang diketuk terlalu keras.

Saat masuk ke kamar mandi, suasana berubah lebih dingin lagi. Tiba-tiba BRAG! BRAG! BRAG!—pintu digebrak dari luar, keras dan berulang-ulang, seperti ada makhluk yang ingin memecahkannya dengan tangan kosong. Tubuh Putra gemetar hebat. Setiap gebrakan terdengar seperti dentuman palu yang memukul nyalinya satu per satu. Dengan sisa keberanian yang gelap-gelap terang, ia memutuskan keluar.

Namun, di luar tidak ada seorang pun. Hanya lorong panjang yang terasa seperti tenggorokan raksasa yang menelan hawa dingin.

Putra berlari menuju lantai tiga. Tetapi, ketika melewati lantai dua, ia melihatnya—sesosok makhluk tak kasatmata, samar, namun keberadaannya terasa lebih nyata daripada napasnya sendiri. Sosok itu berdiri diam, seakan menunggu. Dalam sekejap, Putra lari seperti seseorang yang baru sadar sedang dikejar bayangannya sendiri.

Sesampainya di kamar, Putra makin bingung. Kamar itu kosong. Sunyi. Seolah-olah pondok sedang menghapus jejak penghuninya. Ia segera turun ke taman belakang, tempat teman-temannya biasa nongkrong. Dan benar, semua temannya ada di sana… tetapi mereka tertidur pulas, terlalu pulas… seperti boneka yang disusun rapi tanpa roh.

Panik, Putra mencoba membangunkan mereka satu per satu. Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang bernapas lebih cepat. Tidak ada yang memberi tanda kehidupan. Mereka kaku seperti malam yang kehilangan bulan.

Saat Putra hendak membangunkan teman terakhir, sebuah rasa dingin merayap dari belakang, seperti tangan es yang menyentuh tulang belakangnya. Sebelum ia sempat berbalik—

Makhluk itu menyerangnya.

Sebuah rasa sakit menusuk dadanya, panas dan tajam, seperti ditusuk ribuan jarum sekaligus. Putra menjerit,
“AAAHHH… SAKITTT—!”

Dan dalam sekejap, teriakan itu padam.
Seperti lilin yang dipadamkan oleh angin yang tak tahu dari mana datangnya.

Nyawa Putra hilang malam itu.
Dan pondok kembali sunyi. Sunyi yang terasa… menunggu giliran berikutnya.


Oleh : Muktafin

Friday, November 14, 2025

Ketika Dunia Hanya Persinggahan


Di hamparan waktu yang kian menua,
aku berjalan di atas debu fana.
Langkah-langkah kecil menapaki cerita,
di bumi yang bukan rumah selamanya.

Ada tawa yang cepat sirna,
ada tangis yang tak lama berkuasa.
Segalanya berganti seindah apa pun rupa,
karena dunia hanyalah sementara.

Aku pernah terpikat oleh gemerlapnya,
oleh pujian, oleh pangkat, oleh harta.
Namun sunyi di hati tak juga reda,
hingga kuingat: tujuan ini bukan di sini semata.

Di balik langit ada rumah abadi,
di sana tak ada lelah dan tak ada sedih lagi.
Hanya damai di bawah kasih Ilahi,
tempat hati pulang dengan tenang dan suci.

Maka kini aku ingin belajar rela,
meninggalkan dunia tanpa nestapa.
Sebab yang kekal bukan yang terlihat mata,
melainkan amal yang dijaga oleh-Nya.

Wednesday, November 12, 2025

Catatan Ngaos Tafsir A'la Jinan : Kenapa Yahudi Enggak Srek Sama Malaikat Jibril?



 قُلۡ مَن كَانَ عَدُوࣰّا لِّجِبۡرِیلَ فَإِنَّهُۥ نَزَّلَهُۥ عَلَىٰ قَلۡبِكَ بِإِذۡنِ ٱللَّهِ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ وَهُدࣰى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِینَ 


Katakanlah (Muhammad), "Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur`ān) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” 


Ayat 97 Surat Al-Baqarah ini muncul karena Allah mau menjawab semua alasan ngeles yang diutarakan Yahudi kenapa mereka enggak mau iman ke Nabi Muhammad ﷺ. Sebelumnya, mereka sudah ngeles dengan klaim merasa cukup dengan Taurat dan klaim auto-Surga karena merasa diri mereka umat pilihan. Nah, alasan ketiga yang paling absurd adalah tuduhan bahwa Malaikat Jibril itu musuh mereka. Padahal, Malaikat Jibril cuma menjalankan tugas! Ayat ini turun untuk menunjukkan betapa konyol dan enggak logis-nya alasan mereka, karena musuhin official messenger berarti musuhin yang ngutus (Allah).


Alasan Benci Jibril: Bad News dan Cepu


Kebencian Yahudi ke Malaikat Jibril itu dasarnya karena dangkal banget mikirnya. Ada dua alasan utama mereka enggak srek. Pertama, Jibril dianggap gak asik (versi ulama mereka, Abdullah bin Ṣūriyā) karena track record-nya selalu bawa warning kehancuran Baitul Maqdis yang beneran kejadian. Kedua, mereka nuduh Jibril itu "Cepu" karena ngaduin semua keburukan dan rahasia mereka ke Nabi ﷺ. Mereka ngotot hanya suka Mikail a.s. (Malaikat Rahmat yang bawa rezeki dan all good vibes), sementara Jibril dituduh Malaikat Adzab dan Bad News. Mereka bilang, kalau saja partner Nabi ﷺ itu Mikail, mereka pasti gampang iman.


Dua Kisah Asbābun Nuzūl: Uji Coba dan Poin Krítis


Ada dua kisah utama yang bikin Ayat 97 ini di-spill Allah. Kisah pertama melibatkan 'Abdullāh bin Salām (ulama Yahudi). Kisah ini berawal ketika Abdullāh bin Salām, seorang kyainya (ulama) Yahudi di Madinah, buru-buru nemuin Nabi Muhammad ﷺ yang baru datang, lalu langsung bilang, "Ya Rasulullah, aku mau ngetes kamu dengan tiga pertanyaan yang cuma Nabi yang tahu: Apa tanda pertama kiamat? Apa makanan pertama Surga? Dan, apa yang bikin anak mirip Bapak/Ibunya?" Nabi ﷺ menjawab dengan spill tegas, "Tiga hal ini baru aja Jibril kasih tahu aku!" yang langsung direspons Abdullah Bin Salām dengan auto-kaget, "Jibril?! Dia itu musuh Yahudi!" Namun, setelah Nabi ﷺ menjelaskan semua jawaban yang valid (untuk jawaban dari Rasulullah, silahkan tonton selengkapnya di YouTube Al Fattah Kudus), Abdullah Bin Salām langsung berseru, "Aku bersaksi kamu memang Rasulullah!", sambil bilang, Yahudi itu tukang bohong, plin-plan, dan susah banget balik ke kebenaran. Tak lama kemudian, rombongan Yahudi datang, dan Abdullāh bin Salām ngumpet di rumah; Nabi ﷺ ngetes mereka dengan bertanya, "Menurut kalian, Abdullāh bin Salām itu orangnya gimana?" Mereka kompak memuji, "Dia yang paling alim dan paling baik di antara kita!" Tapi ketika Nabi ﷺ bertanya, "Gimana kalau Abdullāh masuk Islam?", mereka auto-sewot dan bilang, "Semoga Allah menjauhkannya dari itu!" Saat itu juga, Abdullah Bin Salām keluar dan mengumumkan, "Aku bersaksi Lā ilāha illallāh dan Muhammad Rasūlullāh!", yang langsung membuat Yahudi tadi berubah 180 derajat dan menghinanya sebagai orang terburuk — yang kemudian dijawab Abdullah Bin Salām, "Inilah yang tadi aku khawatirkan!" — dan akhirnya drama ini disimpulkan oleh Nabi ﷺ dengan membacakan Ayat 97 Surat Al-Baqarah, yang menegaskan bahwa musuhin Jibril sama dengan musuhin Allah.


ada lagi satu kisah lainnya, silahkan tonton selengkapnya di YouTube Al Fattah Kudus, hehehe 


Sayyidina Umar : Jibril dan Mikail itu Bestie!


Sayyidina Umar pernah heran karena isi Taurat sama persis dengan Al-Qur'an. Ketika Yahudi kekeuh benci Jibril, Sayyidina Umar ngasih ceramah keras sambil bilang: "Jibril dan Mikail itu enggak mungkin musuhan! nggak mungkin bagi Jibril memusuhi Mikail, dan nggak mungkin juga Mikail mendamaikan musuh Jibril apalagi malah jadi besti nya orang yang musuhin malaikat Jibril!" Intinya, keduanya itu Bestie dan satu tim nya Allah! Sayyidina Umar menutupnya dengan kesimpulan tegas: "Aku bersaksi, keduanya, dan Rabb keduanya, berdamai dengan orang yang damai dengan mereka, dan memerangi orang yang memerangi mereka!" Ketika sayyidina Umar mau ngasih tahu Nabi ﷺ soal diss ini, Nabi ﷺ langsung mendahului dengan membacakan Ayat 97, membuktikan bahwa Wahyu Allah sudah auto-turun karena perdebatan tersebut.


Karya : Muhammad Faizunnas


Friday, November 7, 2025

Makna Harta dalam Kehidupan: Ibarat Air yang Mengalir

          


         Harta atau uang dapat diibaratkan seperti air. Air pada dasarnya adalah sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk. Namun, ketika air dibiarkan menggenang tanpa aliran, lama-kelamaan ia akan menjadi keruh, berbau, bahkan menjadi sarang penyakit. Sebaliknya, air yang terus mengalir akan memberikan manfaat besar bagi lingkungan di sekitarnya. Ia menyuburkan tanah, menumbuhkan tanaman, memberi kehidupan bagi hewan, dan menjadi berkah bagi siapapun yang merasakan manfaatnya.

Begitu pula dengan harta manusia. Bila harta hanya ditimbun untuk kepentingan pribadi tanpa digunakan atau dibagikan, maka harta itu akan kehilangan nilai hakikinya. Ia tidak lagi menjadi alat untuk menebar kebaikan, melainkan justru menjadi sumber keserakahan dan ketimpangan sosial. Dalam pandangan ekonomi, harta yang tidak berputar menyebabkan terhambatnya peredaran uang dalam sistem circular flow of income. Sistem ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa uang harus terus berputar dari satu tangan ke tangan yang lain, agar roda ekonomi berjalan lancar. Ketika banyak orang hanya menimbun dan enggan membelanjakan atau berderma, maka aliran ekonomi menjadi tersendat dan pada akhirnya menimbulkan ketimpangan di masyarakat.

Dalam Islam, hal ini sudah dijelaskan secara bijaksana. Agama tidak hanya memerintahkan manusia untuk mencari rezeki dengan cara yang halal, tetapi juga mengatur bagaimana harta itu sebaiknya digunakan. Zakat, infak, dan sedekah adalah instrumen yang dirancang bukan hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai mekanisme sosial yang menjaga keseimbangan ekonomi. Melalui zakat dan sedekah, harta tidak menumpuk di tangan segelintir orang saja, melainkan mengalir kepada mereka yang membutuhkan. Dengan begitu, ekonomi masyarakat menjadi lebih hidup, rasa keadilan tumbuh, dan kesejahteraan bersama dapat tercapai.

Selain itu, dari sisi spiritual, berbagi harta juga menjadi wujud nyata rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Saat kita mengeluarkan sebagian harta kita dijalan kebaikan, bukan berarti harta kita berkurang, melainkan justru bertambah dalam bentuk keberkahan. Hati menjadi lapang, hubungan antar manusia menjadi erat, dan rasa peduli sosial semakin tumbuh. Seperti halnya air yang mengalir memberikan kehidupan bagi alam, harta yang disalurkan kepada orang lain juga memberikan kehidupan baru bagi banyak hati yang membutuhkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harta sejatinya bukan untuk ditimbun, melainkan untuk diputar dan dimanfaatkan. Semakin sering kita mengalirkannya melalui sedekah, zakat, atau berbagai bentuk kebaikan lainnya, maka semakin besar pula manfaat yang dihasilkan, baik secara ekonomi maupun spiritual. Hidup yang berkah bukan diukur dari seberapa banyak harta yang kita simpan, melainkan dari seberapa banyak kebaikan yang kita sebarkan melalui harta tersebut.

Oleh : Alifya




Wednesday, November 5, 2025

Kuat Nggak Cuma Nahan Marah?

 


Siapa Sebenarnya Orang yang Kuat? Manusia pasti memiliki perasaan atau emosi. Biasanya, emosi ini bisa terlihat melalui ekspresi wajah — seperti ramah, marah, sedih, dan sebagainya. Namun, kebanyakan dari kita justru lebih sering memperlihatkan emosi marah. Dari sinilah muncul sebuah ungkapan yang cukup populer, yaitu “Orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya.” Ungkapan ini sudah dikenal luas oleh banyak orang. Tapi, apakah benar orang yang kuat itu hanya orang yang bisa menahan marah? Mari kita bahas lebih dalam. Kalau dilihat dari ungkapan tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan amarah. Tapi sebenarnya, hal itu belum cukup. Kenapa? Karena orang yang benar-benar kuat bukan hanya mampu menahan marah, tetapi juga mampu menahan hawa nafsunya. Hawa nafsu di sini maksudnya adalah dorongan buruk yang sering membuat seseorang melakukan perbuatan maksiat. Jadi, orang yang kuat bukan hanya menahan marah, tapi juga mampu menahan diri dari keinginan yang bisa menjerumuskan ke dalam dosa. Perlu diingat, nafsu yang harus kita tahan adalah nafsu yang buruk, bukan nafsu yang baik. Kalau kita tidak mampu menahannya, maka kita bisa terus melakukan hal-hal yang salah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa menahan marah saja tidak cukup — menahan hawa nafsu juga sama pentingnya. Lalu, Apakah Menahan Nafsu Saja Sudah Cukup? Jawabannya: belum tentu. Menahan nafsu memang penting, tapi masih ada hal lain yang harus dimiliki seseorang agar bisa disebut kuat, yaitu sifat sabar. Sabar juga merupakan bagian dari kekuatan diri. Dengan sabar, seseorang bisa tetap tenang menghadapi ujian, cobaan, maupun orang lain yang membuatnya kesal. Tidak semua orang memiliki sifat ini, dan itulah mengapa sabar adalah tanda kekuatan yang sejati. Jadi, orang yang kuat bukan hanya orang yang bisa menahan marah, tapi juga orang yang mampu menahan hawa nafsu dan memiliki sifat sabar. Ketiganya saling berkaitan. Menahan marah melatih kita untuk sabar, menahan nafsu menjaga kita dari perbuatan buruk, dan sabar membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.


Oleh : Azami



Friday, October 31, 2025

The Real Pemuda Sigma

Pemuda Shaleh Itu The Real MVP di Mata Allah

Kata Habib Hud, Allah itu asyik banget dan demen setengah mati sama anak muda yang bisa ngerem dirinya dari sifat kebablasan atau ke-edanan dunia. Udah tahu zaman sekarang anak muda hampir semua suka hal nggak penting, kayak geber-geber motor, gila game online sampai begadang, atau cuma guyon doang. Nah, kalau ada pemuda yang milih stay on track, ninggalin yang begituan, dan fokus kebaikan, levelnya langsung tinggi! Bahkan, ada riwayat bilang, pemuda saleh itu benteng (tameng) dunia dari bala', lho. Jadi, peran mereka ini penting banget buat njaga bumi!.

Lima Superhero Penahan Bencana.

Beliau ngasih tau ada lima golongan yang jadi tameng dunia biar musibah (bala') nggak gampang nyamperin. Ini bukti bahwa hal-hal simple tapi tulus itu gede banget nilainya: Satu, ada orang tua yang masih maksa shalat padahal badannya udah nggak enak digerakin. Dua, ada pemuda yang khusyu' ibadahnya, padahal godaannya segambreng. Tiga, ada bayi yang masih enak disusui. Empat, ada hewan ternak yang adem ayem lagi makan. Lima, pastinya, pemuda yang nanjak terus dalam ilmu, ibadah, dan kebaikan (hasanah). Pokoknya, semua yang masih nunjukin kepolosan dan ketaatan itu power-nya buat nahan bala' itu mantul!.

Keep Istiqomah atau Game Over!.

Pemuda yang bisa jaga kesalehan dan ilmunya ini dijamin dapat slot VVIP di Padang Mahsyar yang panasnya amit-amit! Makanya, pesan beliau keras banget: "Takutlah kalian buat berubah!" Jangan sampai keadaan kita yang udah enak di lingkungan baik (pondok/majelis) ini diubah sama Allah jadi ambyar (buruk). Keadaan di pondok yang isinya ibadah 24 jam itu harus di-wirid-kan (dibiasakan) terus sampai tutup usia! Kuncinya? Jangan pernah lupa baca doa pamungkas Nabi ﷺ:

"يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك" 

Yā Muqallibal Qulūb, Tsabbit Qulubana 'Alā Dīnik (Ya Allah yang muter-muterin hati, tetapin hati kami diatas agama-Mu). Udah, ini doa wajib biar nggak oleng!.


Kalam Al Habib Hud Mauladawilah, Jumuah Legi, Majelis Anwarul Musthofa Kudus 31 Oktober 2025