Sunday, May 18, 2025

Mitos Jawa dalam Kacamata Islam Kontemporer: Wajib Kita Imani atau Tidak?


Masyarakat Jawa dikenal kaya akan tradisi dan mitos, seperti cerita-cerita mistis, seperti wewe gombel, tuyul, dan lain sebagainya, juga persoalan weton, pantangan menikah di bulan tertentu, hingga kepercayaan terhadap roh halus. Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan diwariskan secara turun-temurun. Namun, bagaimana pandangan Islam kontemporer terhadapnya? Apakah mitos tersebut harus diyakini secara dogmatis, atau justru perlu disikapi secara kritis dan selektif?


1. Mitos sebagai Bagian dari Budaya.


Islam tidak menolak keberadaan budaya lokal, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. Dalam ushul fiqh terdapat kaidah “الأصل في الأشياء الإباحة” (pada dasarnya segala sesuatu itu boleh), kecuali jika ada dalil yang melarangnya. Oleh karena itu, budaya Jawa termasuk mitos-mitosnya dapat diterima selama tidak mengandung unsur syirik, tahayul, atau bertentangan dengan ajaran Islam.


Mitos dalam konteks ini dipahami sebagai simbol-simbol budaya yang tidak harus diyakini secara literal, tetapi bisa dipandang sebagai bentuk ekspresi sosial dan spiritual masyarakat.


2. Weton: Antara Budaya dan Keyakinan


Weton adalah sistem penanggalan tradisional Jawa yang digunakan untuk menentukan hari baik dalam berbagai urusan, seperti pernikahan atau memulai suatu usaha. Namun, jika kepercayaan terhadap weton diyakini bisa menentukan nasib atau keberuntungan secara mutlak, maka hal itu bisa tergolong syirik. Dalam QS. Al-An’am ayat 59 ditegaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui perkara gaib, termasuk nasib seseorang.


وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍۢ فِى ظُلُمَـٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍۢ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مُّبِينٍۢ

Artinya: Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).


Namun demikian, jika weton hanya dipakai sebagai referensi budaya atau penyesuaian sosial tanpa diyakini secara mistis, maka penggunaannya bisa ditoleransi dalam Islam.


3. Pantangan Menikah di Bulan Tertentu: Mitos atau fakta?


Beberapa masyarakat Jawa meyakini bahwa menikah di bulan-bulan tertentu, seperti bulan Syawal, Muharram (Suro), atau bulan Rabiul Awal (Maulid), dapat mendatangkan kesialan. Namun, pandangan ini tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.


Rasulullah sendiri menikahi Sayyidah Aisyah RA. Pada bulan Syawal dan menggaulinya pada bulan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada larangan menikah di bulan Syawal. Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA:


عن عائشة رضي الله عنها قالت تزوجني رسول الله صلى الله عليه و سلم في شوال وبنى بي في شوال فأي نساء رسول الله صلى الله عليه و سلم كان أحظى عنده منى قال

Artinya: Sayyidah ‘Aisyah ra berkata: Rasulullah menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama pada bulan Syawal. Istri Rasulullah mana yang lebih beruntung ketimbang diriku di sisi beliau? (HR Muslim).


Selain itu, menikah di bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, juga tidak dilarang dalam Islam. Bahkan, menikah di bulan tersebut bisa menjadi bentuk ungkapan kecintaan terhadap Rasulullah , karena pernikahan merupakan salah satu sunnah beliau.


Demikian pula, anggapan bahwa bulan Muharram (Suro) adalah bulan sial tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.


Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk tidak mempercayai mitos atau pantangan selama itu tidak memiliki dasar yang konkrit dan bahkan menyelisihi syariat Islam.


4. Kepercayaan terhadap Makhluk Halus: Perspektif Tauhid


Mitos Jawa juga banyak berkaitan dengan kepercayaan terhadap makhluk halus seperti hantu, jin, dan roh leluhur. Islam mengakui keberadaan jin, namun ajaran Islam menekankan bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Dalam QS. Al-Hajj ayat 53 dijelaskan bahwa godaan atau bisikan makhluk gaib adalah bentuk ujian bagi keimanan manusia;


لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِّلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍۢ بَعِيدٍ. 

Artinya: Dia (Allah) hendak menjadikan apa yang dilontarkan setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan hatinya keras. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam perselisihan yang jauh (dari kebenaran).


Karena itu, umat Islam tidaklah seharusnya untuk takut berlebihan atau meminta pertolongan kepada selain Allah.


5. Integrasi Mitos dan Religi dalam Praktik Sosial.


Dalam realitas sosial, banyak ritual Jawa yang menggabungkan mitos dengan ajaran Islam, seperti ruwatan atau slametan. Meskipun mengandung unsur budaya, ritual ini seringkali disertai doa-doa Islami dan niat yang lurus kepada Allah. Fenomena ini mencerminkan kemampuan masyarakat Jawa untuk mengakomodasi ajaran agama ke dalam tradisi leluhur secara harmonis.


Selama unsur ritual tersebut tidak bertentangan dengan akidah Islam, tidak mengandung kesyirikan, dan tidak merusak keyakinan, maka praktik ini masih dapat ditoleransi sebagai bagian dari ‘urf (adat).


6. Pandangan Ulama Kontemporer.


Ulama-ulama kontemporer menekankan pentingnya memilah antara budaya dan akidah. KH. Aniq Muhammad Makki, misalnya, menilai mitos sebagai bagian dari warisan budaya yang tidak perlu diyakini secara dogmatis. Selama tidak bertentangan dengan tauhid dan tidak mengarahkan pada perbuatan syirik, mitos dapat dikaji dan dihargai sebagai ekspresi kultural keislaman.


Mencontoh para Walisongo yang berhasil menyebarkan ajaran Islam yang harmonis dan damai dengan bingkai akulturasi budaya, sehingga Islam diterima dengan baik bagi masyarakat jawa.


"Arab digarap, Jawa digawa, barat diruwat" (Ajaran Islam disesuaikan, budaya Jawa dilestarikan, dan pengaruh Barat dipilah), merupakan pesan KH. Aniq Muhammad Makki sebagai pengingat kita agar selektif dan bijak dalam proses adaptasi atau percampuran budaya, khususnya dalam konteks agama, tradisi, dan modernitas.


Kesimpulan: Memilah dan Memahami


Mitos Jawa adalah warisan budaya yang memiliki nilai simbolik dan sosial. Islam tidak melarang keberadaan budaya, namun menolak jika budaya tersebut mengarah pada keyakinan yang menyimpang dari akidah. Umat Islam tidak diwajibkan untuk meyakini mitos Jawa secara dogmatis. Yang terpenting adalah menjaga kemurnian tauhid dan menyikapi budaya dengan bijak, menghargai nilai tradisional tanpa mengabaikan prinsip-prinsip Islam.


Dengan demikian, kita bisa tetap melestarikan kearifan lokal tanpa harus mengorbankan keimanan. Islam dan budaya dapat berjalan seiring selama keduanya ditempatkan pada porsi yang tepat.


Oleh: Al-Kamali. 


Thursday, May 15, 2025

Mencintai Rasulullah dengan Mencintai Pecintanya

"Ketika Banner Menjadi Jalan Menuju Rasulullah"

Dalam kesempatan kali ini, izinkan saya bercerita sedikit tentang bagaimana kita bisa menghadirkan Rasulullah ﷺ dalam segala lini kehidupan kita.

Sebuah kisah diceritakan bahwa ada seorang yang dikenal Rasulullah ﷺ karena memasang banner maulid di majelis rasulullah ﷺ. Suatu hari Habib Mundzir Al-Musawa—yang menjadi khodim majelis Rasulullah ﷺ—bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ, Dalam mimpi beliau Habib Mundzir ditanya sama Rasulullah ﷺ, “Kamu tahu tidak, ada kekasihku yang telah meninggal?” Habib Mundzir menjawab, “Tidak, siapa itu ya Rasulullah?”, Rasulullah ﷺ kemudian berkata, “ketahuilah bahwa kekasihku yang meninggal itu berkhidmah dengan memasang banner di majelismu. Aku mengenal nasabnya sampai nenek moyangnya Namanya adalah Fulan bin Fulan” MasyaAllah, pekerjaan yang mungkin tidak kita perhatikan, justru menjadikan Rasulullah ﷺ kenal dengan orang tersebut.

Dari kisah orang ini kita bisa mengetahui bahwa bapak tersebut cinta kepada Rasulullah ﷺ, karena cinta ini, maka kemudian bapak itu menampakkan rasa cintanya itu dengan memasang banner di majelis Rasulullah ﷺ milik Habib Mundzir. Begitu pun juga kita sebagai santri Al-Fattah. Ketika kita merasa belum bisa mencintai Rasulullah ﷺ secara langsung, kita harus latih terus bagaimana mencintai Rasulullah ﷺ. Bagaimana caranya? Banyak. Tapi mari kita mulai dari yang paling dekat dengan kita, mencintai orang-orang yang mencintai Rasulullah ﷺ. Siapa mereka? Ndalem. Kita harus ingat bagaimana cinta ndalem kepada kita, bagaimana keluarga ndalem gulowentah kita agar kenal Rasulullah ﷺ dan apakah kita sudah membalas cinta itu kepada ndalem? Bagaimana khidmah kita? Bagaimana cinta kita kepada mereka? Apa balasan kita kepada semua jasa ndalem?

InsyaAllah, ketika kita mencintai dan berkhidmah kepada orang-orang yang mencintai Rasulullah ﷺ maka dengan izin Allah, Rasulullah ﷺ pun akan mengenal dan mencintai kita.

Maka dari itu, mari kita hadirkan rasa cinta dan khidmah kita kepada ndalem dengan sepenuhnya khidmat. Karena ketika kita khidmah kepada ndalem dan pondok itu secara tidak langsung kita telah berkhidmah kepada Rasulullah ﷺ.

Oleh : Wafiq.




Monday, May 12, 2025

Laki-Laki Tidak Bercerita, Tapi Menulis

“Tulisan adalah ruang aman bagi hati yang tak bisa berbicara”

Lelaki itu tidak banyak bercerita. Tetapi ia menulis. Dan dalam setiap tulisannya, ada dirinya yang sedang belajar memahami hidup, mengenal Tuhan, dan merawat perasaannya dengan tenang.

Ia menulis bukan untuk dipublikasikan, bukan pula untuk dikagumi. Ia hanya ingin jujur pada dirinya sendiri. Di antara lembaran-lembaran kertas lusuh dalam buku catatan kecilnya, tersimpan perenungan-perenungan sederhana, tentang kehilangan yang tidak sempat ia tangisi, tentang kesabaran yang tak pernah ia banggakan, tentang keyakinan yang perlahan tumbuh di tengah keraguan.

Tulisannya tidak panjang. Kadang hanya satu paragraf pendek, kadang sebaris doa yang bahkan tidak lengkap. Namun justru dari sana, ia menemukan ketenangan. Setiap huruf adalah bentuk syukur, setiap titik adalah jeda untuk merenung, dan setiap halaman adalah rasa kebanggan yang tidak bisa diungkapkan. Perlahan, namun pasti.

Baginya, tulisan adalah ruang aman. Tempat di mana ia tak perlu terlihat kuat, tak perlu terdengar bijak. Ia boleh rapuh, bingung, bahkan marah. Ia menulis saat hatinya tenang, tetapi juga saat ia merasa jauh dari Rabb-Nya. Sebab ia percaya, Tuhan tidak hanya mendengar doa yang dilafalkan. Tuhan juga membaca kata-kata yang ditulis dengan hati.

Dalam dunia yang ramai oleh suara, ia memilih diam. Tetapi diamnya bukan hampa. Sebab lewat tulisannya, ia sedang bersujud dengan caranya sendiri.

Oleh : Alp


Thursday, May 8, 2025

Semangat.... Orang-Orang Yang Mengejar Mimpi

 

"Tentang Kamu yang Tidak Pernah Menyerah"

Di tengah malam yang sunyi, saat dunia tertidur lelap, ada segelintir jiwa yang masih terjaga. Bukan karena insomnia, tapi karena mereka punya mimpi yang terlalu besar untuk diabaikan.

Mereka adalah orang-orang yang mengerti bahwa mimpi tidak datang dalam amplop keberuntungan. Mereka paham bahwa mimpi itu butuh kerja keras, pengorbanan, dan sering kali... kesendirian. Karena tak semua orang akan mengerti jalan yang mereka pilih. Kadang keluarga ragu, teman bertanya, dan lingkungan mencibir. Tapi mereka tetap berjalan.

Mereka belajar bahwa gagal itu bukan musuh, tapi guru. Bahwa proses itu menyakitkan, tapi hasilnya memuliakan. Mereka mengerti bahwa tidak semua hari penuh semangat. Ada hari di mana bangun saja sudah merupakan kemenangan kecil. Dan mereka tetap maju, meski langkahnya terseok. Karena bagi mereka, hidup bukan tentang cepat-cepat sukses. Tapi tentang berani bertahan saat semua terasa berat dan tetap bergerak walau kecil.

Mereka terus belajar. Bukan hanya dari buku atau mentor, tapi dari kesalahan, penolakan, dan patah hati. Mereka sadar, mimpi yang nyata tidak dibangun dalam sehari. Tapi dalam ribuan detik penuh yang pengorbanan.

Untuk kamu yang sedang mengejar mimpimu, meski peluhmu belum dihargai dan usahamu belum terlihat hasilnya:
Tetap semangat…..
Kamu sedang membangun sesuatu yang lebih besar dari hari ini.
Kamu sedang menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri.

Dan percayalah, ketika saatnya tiba, dunia akan melihat dan mereka akan tahu bahwa kamu pernah berjuang dalam diam.

Oleh: Alp


Sunday, May 4, 2025

Kenapa Sih Kita Harus Minum Air Putih?

 Kenapa Sih Kita Harus Minum Air Putih?

Air putih. Benda satu ini sering banget kita anggap sepele. Padahal peranannya luar biasa besar dalam hidup kita, terutama sebagai santri yang aktivitasnya padat dari Subuh sampai malam. Kadang, saking sibuknya ngaji, belajar, bantu kyai, atau bahkan ngobrol sama temen sekamar, kita jadi lupa untuk sekadar minum air putih yang cukup. Padahal, minum air itu kayak sedekah kecil buat tubuh sendiri, nggak kelihatan hasilnya langsung, tapi dampaknya besar banget.

Air putih itu ibarat penjaga setia tubuh kita. Tanpa banyak gaya, dia bantu melancarkan peredaran darah, menjaga suhu tubuh tetap stabil, dan mengalirkan energi ke seluruh bagian tubuh kita. Gimana kita mau fokus belajar kalau tubuh kita dehidrasi? Kepala pusing, ngantuk mulu, bawaannya lemes kayak habis jalan dari pondok ke warung naik turun bukit.

Banyak dari kita mikir, "Ah, nanti aja deh minumnya," atau "Belum haus nih." Nah, ini yang bahaya. Haus itu tanda tubuh sudah mulai kekurangan cairan. Artinya, kalau kita nunggu haus dulu, berarti kita udah telat minum. Kurang minum air bisa bikin kita gampang sakit, sembelit, kulit kering, bahkan bikin pikiran jadi lemot. Bahaya banget, apalagi kalau kamu punya cita-cita jadi kyai atau ulama, masa iya kalah sama dehidrasi?

Tapi tenang, solusi itu selalu ada. Dan insyaAllah gampang diterapin. Mulailah dari hal-hal kecil: bawa botol minum kemanapun kamu pergi. Biasakan minum tiap habis wudhu atau habis sholat, biar sekalian jadi rutinitas. Kalau bisa, hindari kebiasaan minum manis terus-terusan. Teh manis itu enak, tapi air putih itu setia. Nggak pakai rasa, tapi justru paling dibutuhkan. Kalau kamu udah terbiasa minum air putih, percaya deh, badan bakal terasa lebih ringan, lebih segar, dan pikiran jadi lebih jernih.

Pada akhirnya, minum air putih itu bukan sekadar urusan fisik. Ini bagian dari rasa syukur kita atas nikmat kesehatan yang Allah titipkan. Menjaga tubuh itu ibadah. Dan minum air putih adalah amal kecil yang berpahala besar, kalau diniati karena Allah. Jadi, mulai sekarang, jangan remehkan segelas air putih. Karena bisa jadi, dari situlah keberkahan harimu dimulai.

Oleh : Alp.


Wednesday, April 30, 2025

MENDAPATKAN FUTUH SEBAB BERKHIDMAH PADA GURU

 

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah menyadari betapa pentingnya membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, riya, dan dengki. berikut juga cara menjaganya agar tetap bersih, Hati yang bersih akan memancarkan kebaikan dalam ucapan dan perbuatan, dan menjadi tempat pantulan cahaya ilahi. Sekarang, untuk memperdalam pemahaman kita, ada sebuah kisah teladan dari seorang ulama besar, Imam Al Ghazali, yang dikenal sebagai hujjatul Islam dan ahli dalam bidang tasawuf. Dari kisah ini, kita akan melihat bagaimana hati yang bersih bisa tampak dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai seorang santri dengan jiwa khidmahnya kepada kiai yang telah membimbingnya untuk mengenal allah dan rasulullah .

Alkisah, suatu hari ketika Imam Al Ghazali menjadi imam di sebuah masjid. Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama, Imam Al Ghazali lalu berkata kepadanya sang ibu, "Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya."


Ibu Imam Al Ghazali pun memerintahkan putranya Ahmad agar shalat makmum kepada kakaknya yakni Imam Al Ghazali, dan Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu untuk shalat bermakmum kepada Imam Al Ghazali.


Namun saat tengah berjamaah Ahmad melihat perut sang kakak berdarah, maka ia pun (Mufaraqah) membatalkan bermakmum kepada kakaknya, dan meneruskan shalat sendiri. 


Usai shalat, Imam Al Ghazali bertanya, "Mengapa kamu membatalkan makmum kepadaku?"


 “Aku melihat kanda penuh darah." jawab Ahmad, adiknya.


Sejenak Imam Al Ghazali termenung. Kemudian berkata, "Memang dalam shalat saya sedang berpikir tentang persoalan haid."


Adik kandung Imam Ghazali memang dikenal sebagai ahli Kasyf, mampu melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang awam.


Seketika itu Ghazali sadar tentang pentingnya dunia sufi. Dan kejadian inilah yang mendorong beliau mendalami ilmu tasawuf.


Imam Al Ghazali bertanya kepada adiknya Ahmad, "Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu?"


Saudaranya menjawab, "Aku belajar Ilmu kepada Syekh Al Utaqy, yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas.” 


Imam Al Ghazali lalu pergi kepadanya. Beliau berkata kepada Syekh Al khurazy "Saya ingin belajar kepada Tuan."


Syeikh itu berkata “Mungkin engkau tidak sanggup mengikuti perintah-perintahku."


Imam Al Ghazali menjawab: "Insya Allah, saya kuat." 


Syeikh Al Khurazy berkata: "Bersihkanlah (sepuluh) lantai ini ". IImam Al Ghazali lalu hendak membersihkannya dengan sapu.


Tetapi Syekh itu berkata: "Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu."


Lalu Imam Al Ghazali menyapun lantai dengan tangan beliau, kemudian beliau melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu. 


Namun Syekh berkata: "bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu."


Imam Al Ghazali lalu bersiap membersihkan dengan menyisingkan pakaiannya. 


Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata “Nah bersihkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu." 


Imam Al Ghazali menuruti perintah Syekh tersebut dengan hati yang ridha dan ikhlas. Tetapi begitu Imam Al Ghazali akan memulai melaksanakan perintah Syekh, beliau langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.


Imam Al Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau mendapat ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dan Allah telah memberikan ilmu laduni atau ilmu kasyaf yang diperoleh dari ilmu tasawuf atau kebersihan hati kepad beliau.


Selain menggambarkan kita bagaimana upaya Imam Ghazali dalam menjaga kebersihan hati,  perjalanan hidup Imam Ghazali ini mengajarkan akan pentingnya seorang santri untuk tidak pernah berhenti belajar. Meski telah bergelar syekh, semangat Imam Ghazali dalam mencari ilmu tidak pernah padam. Selanjutnya, seorang muslim juga perlu memiliki guru spiritual yang dapat membimbing, mengarahkan, serta memperbaiki hati. Dalam dunia tasawuf, karena hati memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena menjadi pusat dan penentu kualitas spiritual seseorang.


‘Ala kulli hal semoga Allah selalu menjaga hati kita, aamiin.


Sumber: 
Syarh Maraqi al-Ubudiyah h. 85 karya syeikh Nawawi Al Bantani.

Oleh: Al-Kamali.


Sunday, April 27, 2025

Diwan Imam Haddad: Seni Bermuamalah dengan Hati


Yalla gamaah! Izaykua? Saat ini Indonesia tengah menghadapi pelbagai permasalahan sosial, salah satunya adalah rusaknya moralitas para pemimpin akibat keserakahan dan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Dan Fenomena ini bukanlah sekadar persoalan sistem atau regulasi, tetapi lebih dalam lagi, ini menyangkut kondisi hati setiap individu. Ketika hati manusia masih dipenuhi dengan ketamakan, maka pelbagai penyimpangan akan terus terjadi.


Rasulullah  ﷺ mengajarkan bahwa, sumber utama dari kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia berakar pada hati. Beliau ﷺ bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim).


Dari hadits diatas, dapat dipahami bahwa perbaikan kondisi bangsa bukan hanya soal kebijakan dan regulasi, tetapi lebih personal, yakni perbaikan hati setiap individu. Hati yang bersih akan menghasilkan pemimpin yang amanah, masyarakat yang jujur, dan lingkungan yang lebih baik.


Karena kebahagiaan sejati dalam hidup tidak diukur dari harta, jabatan, atau kekuasaan, tetapi dari kebersihan hati. Orang yang hatinya bersih akan selalu merasa cukup dan bahagia, apapun keadaannya. Sebagaimana maqolah yang disampaikan beliau Agus Aniq:

الرِّضَى مِفْتَاحُ كُلِّ سَعَادَةٍ

"Ridha adalah kunci segala kebahagiaan."


Hati yang ridha adalah hati yang menerima takdir Allah dengan lapang dada, tanpa keluhan dan protes. Namun, dalam mencapai kondisi hati yang ridha bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan latihan dan kesungguhan dalam membersihkan hati dari penyakit-penyakit seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan.


Dalam salah satu syairnya, Imam Al-Haddad memberikan nasihat berharga tentang menghadapi kehidupan dengan ketenangan hati:

هَوِّنْ عَلَيْكَ نَائِبَ الدَّهْرِ يَهُنْ عَلَيْكَ كُلُّ مَا يَجْرِي

"Janganlah terlalu bersedih menghadapi ujian hidup, maka semua yang terjadi akan terasa ringan bagimu."


Allah juga telah menjanjikan bahwa setiap kesulitan pasti disertai dengan kemudahan:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6).


Intinya, dalam menghadapi kehidupan, seorang mukmin membutuhkan dua hal utama, yaitu syukur dan sabar. Kemudian Beliau menegaskan kembali bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian dan cobaan. Namun, dengan kesabaran dan keyakinan terhadap kelembutan Allah, semua masalah pasti akan menjadi ringan:

فَحُسْنُ الظَّنِّ بِمَوْلَاكَ فِي الْأَحْوَالِ مِنْ يُسْرٍ وَمِنْ عُسْرٍ

"Berbaik sangkalah kepada Tuhanmu dalam segala keadaan, baik dalam kemudahan maupun kesulitan."


Syukur dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Ketika mendapat nikmat, kita bersyukur agar nikmat itu bertambah dan berkah. Ketika mendapat ujian, kita bersabar karena Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًۭا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).


Jika kita melihat fenomena di masyarakat, banyak orang merasa stres, cemas, dan kehilangan arah dalam hidup. Rutinitas yang melelahkan, ketidakpastian masa depan, serta berbagai persoalan kehidupan seringkali membuat hati manusia gelisah. Maka dari itu Rasulullah ﷺ senantiasa mewanti-wanti kita agar menjaga hati tetap bersih, karena itu kunci untuk menjalani hidup dengan tenang dan penuh keberkahan.


Salah satu cara terbaik untuk menjaga hati adalah dengan menghindari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Jauhilah sifat hasad (iri dengki), karena sesungguhnya hasad itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).


Fokus pada Penilaian Allah, Bukan Manusia.Di zaman sekarang, banyak orang lebih peduli pada penampilan fisik dan bagaimana mereka terlihat di mata manusia, daripada menjaga hati agar tetap bersih di hadapan Allah. Padahal, Imam Al-Ghazali berkata:

إِنِّي رَأَيْتُ فِي الإِنْجِيلَ أَنَّ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ : (مِن سَاعَةِ يُوضَعُ الْمَيِّتُ عَلَى الْجَنَازَةِ  إِلَى أَنْ يُوضَعَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ يَسْأَلُ اللَّهُ بِعَظَمَتِهِ مِنْهُ أَرْبَعِينَ سؤالاً، أَوَّلَهُ : يَقُولُ : عَبْدِي ... طَهَّرْتَ مَنْظَرَ الْخَلْقِ سِنِينَ وَمَا طَهَّرْتَ مَنْظَرِي سَاعَةٌ. وَكُلَّ يَوْمٍ يَنْظُرُ فِي قَلْبِكَ. يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا تَصْنَعُ لِغَيْرِي وَأَنْتَ مَحْفُوفٌ بِخَيْرِي! أَمَا أَنْتَ أَصَمُّ لَا تَسْمَعُ!؟)

“Saya (Imam Ghazali) telah mengetahui dalam Kitab Injil yang telah diwahyukan kepada Nabi Isa as. sebagai berikut: "Sejak diletakkannya jenazah sampai dibaringkan di kubur, Allah bertanya 40 masalah kepada si mayit, yang pertama "Hai hambaku, kenapa kau sebegitu baguskan penampilanmu di hadapan sesama makhluk sedangkan kau tak pernah memperindah sedikitpun dari hatimu yang menjadi tempat pandanganku. Sementara tiap hari Allah memandang hatimu dan berkata "Kau beramal untuk selain Aku dan kau selalu diliputi kebaikan dariku! apa kau itu tuli?!" 


Dan juga sabda nabi ﷺ:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim).


Wahyu ini menegaskan bahwa yang paling penting bukanlah seberapa kaya atau tinggi jabatan seseorang, tetapi bagaimana kondisi hatinya. Maka, sungguh ironis jika manusia berlomba-lomba memperindah tubuhnya, tetapi mengabaikan kebersihan hatinya.


Cara Membersihkan dan Menjaga Hati


Merawat hati memerlukan usaha yang terus-menerus. Hati manusia mudah berubah, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

يَا مُقَلِّبَ ٱلْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَىٰ دِينِكَ

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu." (HR. Tirmidzi dan Ahmad).


Untuk menjaga hati tetap bersih dan kuat, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:


1. Menjaga makanan dan harta dari yang haram – Karena makanan haram dapat mengeraskan hati dan menghalangi doa.


2. Bersahabat dengan orang-orang saleh – Lingkungan yang baik akan membantu menjaga kebersihan hati.


3. Banyak berzikir dan membaca Al-Qur'an – Sebagaimana firman Allah:


الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ 

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).


 Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i dari Al-Azhar Mesir, Syekh Abdul Aziz As-Syahawi, menyampaikan pesan penting tentang dzikir terbaik yang sepatutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, dzikir yang paling utama adalah dengan melantunkan Al-Qur'an;


"(Saya) menekankan bahwasanya dzikir yang terbaik yang kita amalkan adalah (melantunkan) Al-Qur'anul Karim. Dzikir yang terbaik yang harus kita amalkan adalah Al-Qur'anul Karim."


4. Menghindari penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong – Karena penyakit-penyakit ini akan membuat hati menjadi gelap dan sulit menerima kebenaran.


Hati adalah muaranya. Manusia tidak akan melakukan pelanggaran jika ia menjadikan hatinya sebagai tempat untuk meminta pertimbangan, karena hati adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian Allah Memang hanya Allah yang mampu menjaga kualitas hati kita. Namun, sebagaimana kita sering berolahraga untuk menjaga kesehatan fisik, maka untuk menjaga kesehatan hati, kitapun memerlukan sebuah aksi, sebuah upaya yang benar benar nyata, istiqamah, dan penuh kesungguhan.


Dan syair Imam Al-Haddad ini mengajarkan cara bermuamalah dengan hati dalam menghadapi kehidupan. Beliau mengajarkan kita untuk menerima takdir dengan lapang, berbaik sangka kepada Allah, bersyukur, dan bersabar dalam menghadapi kesulitan. Selain itu, zuhud terhadap dunia juga menjadi bagian dari ketenangan hati.


‘Ala kulli hal semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati kita selalu dalam keadaan tentram dan penuh keberkahan. Aamiin.


Oleh: Al-Kamali.