Mengenal Profil
Pondok Pesantren Putra Al Fattah
Rencana pembangunan Pondok Pesantren Al-Fattah sebenarnya sudah ada sejak sangat lama, apalagi ada motivasi dari para sesepuh terutama KH Zawawi Mufid, namun karena KH. Ahmadi Abdul Fattah, Pengasuh Pondok Pesantren Putra Al Fattah sendiri belum mempunyai rumah maka rencana itu ditunda terlebih dahulu.
Bermula dari sisa sedikit tanah yang berada di belakang ndalem, rumah KH. Ahmadi Abdul Fattah, ponpes ini mulai dibangun pada tanggal 3 Rabiul Akhir 1433 H dan mulai bisa ditempati pada akhir syaban 1434 H. Dalam pembangunan tersebut melibatkan para tokoh masyarakat, termasuk pengurus NU cabang Kudus dan juga para Aghnia‟, dan diantara sukarelawan dalam pembangunan Pondok Pesantren Putra Al Fattah yaitu Ust. Imam Syaukani, Ust. Syai‟un Adzim, Ust Asrori, Roudlatut-Tholibin, para Aghnia‟ seperti H. Wafid, H. Zainal Arifin ELKA, dan Kyai Khusnan alm. (ketua Tanfidziyyah NU Kudus), serta keluarga perusahaan BRB Pedawang. Namun modal pertama tetap dari keluarga ndalem sendiri.
Sedangkan pada bagian nonfisik (batiniyyah), H. Abdul Fattah (abah beliau) mempunyai angan-angan untuk mendirikan pondok dan sudah disiapkan sepetak tanah cukup luas yang sampai sekarang masih ada di Welahan, Jepara. Namun karena beliau kalah sepuh dengan mbah Arwani (pendiri Pondok Tahfidz Yanbu‟ul Qur‟an Kudus) dan masih murid Thoriqohnya, berkahnya mbah Arwani beliau ditempatkan di Kudus. Dalam mimpi, beliau bertemu dengan mbah Arwani dan didhawuhi untuk mengajar Tafsir Jalalain di masjid Busyro Lathif dan berdasarkan tafsiran beberapa ulama‟ ahli hikmah arti mimpi tersebut adalah ponpes Al-Fattah.
Ponpes Al-Fattah tidak memiliki kerja sama dengan pihak pemerintah juga tidak menerima bantuan sepeserpun dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Isyarat gaib dari sesepuh berpesan “Jangan buat yayasan untuk pondok ini, nanti ada rejekinya sendiri”. Untuk saat ini tercatat ada 40 santri yang menetap pada tahun ajaran 2018/2019 dan untuk proses perkembangan masih dalam perencanaan “untuk rencana perkembangan kedepannya insyaallah ada, namun karena banyak kendala, dalam waktu dekat tidak bisa merealisasikan tapi kedepannya ada kearah situ” tutur beliau saat diwawancarai oleh tim redaksi Majalah Al Fattah.
Ponpes Al-Fattah sebenarnya tidak memiliki kurikulum khusus, akan tapi karena ingin memiliki kelebihan dengan pondok-pondok yang lain, ponpes Al-Fattah menggunakan metode tengah-tengah antara kitab dan Al-Quran, namun porsi Al-Qurannya dilebihkan.
Diantara jadwal yang tersusun adalah setiap pagi semua santri diwajibkan untuk melakukan sholat subuh berjamaah, wiridan dan pembacaan Asmaul Husna, dilanjutkan mengaji Al-Qur‟an Bin-Nadhor dengan KH. Ahmadi Abdul Fattah. Sedangkan untuk waktu setelah pulang sekolah. Bilamana tidak ada jadwal les sekolah semua santri diwajibkan untuk tidur siang dan tidak diperbolehkan keluar pondok.
Adapun untuk jadwal setelah sholat ashar berjamaah yang juga diwajibkan untuk semua santri yaitu pengajian kitab, terdiri atas sorogan kitab dan bandongan, muhadasah, dan ubudiyyah yang juga diampu oleh KH. Ahmadi Abdul Fattah dan putranya Agus H. Aniq Muhammad Makki serta Ust. Faiz Amali secara bergantian sesuai jadwal. Akan tetapi untuk yang mengikuti program kelas tahfidz maka kegiatan setelah asar adalah setoran hafalan kepada ustadz pembimbing.
Semua santri hanya diperbolehkan keluar podok pada jam 16. 30 WIB atau setelah pengajian setelah ashar selesai sampai sebelum sholat maghrib. Diluar itu, maka tidak diperbolehkan. Adapun kegiata setelah sholat maghrib berjamaah diantaranya, pengajian kitab (At Tibyan, Jurumiyyah, Al-Maqshud, Kasyifatus Saja, dan Mukhtarol Ahadits Nabawi) secara bergantian sesuai jadwal dengan metode bandongan.
Setelah sholat isya berjamaah, Pondok Pesantren Putra Al Fattah juga mewajibkan untuk membaca nadhom Alfiyyah, Tauhid, Amtsilah Tashrifiyyah, dan wirid Rotibul Hadad sesuai jadwal yang berlangsung. Setelah itu, adalah makan malam dan dilanjutkan dengan setoran hafalan wajib kepada ustadz masing masing kelompok sampai pukul 21:00, kemudian jam wajib belajar sampai pukul 22: 00, dan jam wajib istirahat atau tidur.
Disamping semua kegiatan harian tersebut, Pondok Pesantren Putra Al Fattah juga mempunyai kegiatan mingguan. Diantaranya yaitu, pembacaan tahlil setiap kamis sore oleh KH. Ahmadi Abdul Fattah. Pengajian Rutinan Tafsir Al Jalalain Menara Kudus oleh KH. Sya‟roni Ahmadi setiap jum‟at pagi, ziarah masyayikh ke Syekh Ja'far Shodiq Sunan Kudus, Mbah Arwani, Mbah Jekso, Mbah Panggung, Mbah Pangeran Pontjowatidan juga Mbah Kabeji setiap jum'at pagi setelah pengajian tafsir dan sore setelah sholat jamaah ashar.
Pembacaan kitab Maulid Nabi setiap malam jum'at dan malam senin, meliputi Simtudduror, Nafhatun Fajriyah, Burdah dan Al Barzanzii, musyawaroh kitab setiap malam senin, dan juga ro'an akbar setiap hari jum'at. Sedangkan untuk untuk jadwal bulanan hanya pada kegiatan sholat Tasbih yang diimami oleh perwakilan santri secara bergantian setiap malam selasa pon. Selain itu, Pondok Pesantren juga menerapkan sistem Imtihan setiap tahun ajaran. Dan Haflah Khotmil Qur‟an setahun sekali.
Meski tidak ditetapkan sebagai pondok Tahfid Al Qur'an, namun Pon-Pes Al Fattah tetap mewajibkan semua santri untuk menghafal surat-surat penting dan juz 30. Diterapkannya hafalan wajib yakni surat Yasin, Al-Waqi‟ah, Ar-rohman, dan Al-Mulk, serta juz 30 bisa dikatakan sebagai kurikulum dan menjadi ciri khas ponpes Al-Fattah. Bahkan, hafalan tersebut menjadi materi wajib dalam setiap imtihan dan sebagai syarat mutlak dapat mengikuti HKQ (Haflah Khotmill Qur‟an) setelah khatam 30 juz mengaji dengan Romo Kyai Haji Ahmadi Abdul Fattah. Diadakannya imtihan sebagai tolok ukur bagi para santri. “Itu semua untuk mengarahkan kemana arah pendidikan nonformal yang bisa didapatkan para santri. Juga dapat merangsang para santri yang ada kemauan untuk menghafal bisa nyicil disini” tutur Agus H. Aniq Muhammad Makki, putra KH. Ahmadi Abdul Fattah di kediaman.
Dalam segala waktunya, Pon-Pes Al Fattah seakan tiada waktu yang terbuang sia-sia. Semua santri dilatih untuk selalu aktif dan kreatif. Semua kegiatan terpenuhi dengan tujuan yang luar biasa kemanfaatanya. Untuk mengatasi kekosongan ustadz yang belum bisa maksimal, biasanya diganti dengan deres hafalan wajib bersama.
Sejauh ini, meski baru beberapa tahun berdiri, tercatat tiga mutakhorijin Al Fattah telah meneruskan ke Universitas Al Azhar, Mesir, dan satu di Yaman, memperoleh kejuaraan dalam berbagai lomba tingkat Karisedenan dan juga DIY-Jateng, dan beberapa siswa yang mendapatkan peringkat pararel disetiap jenjang kelasnya.
Pada saat wawancara dengan beliau Romo KH. Ahmadi Abdul Fattah, beliau menitipkan pesan kepada semua santri sebagai berikut:
1. Taati seluruh tata tertib yang berlaku
2. Niatnya yang ikhlas semata mata hanya untuk Allah saja
3. Belajar yang tekun dan istiqomah
4. Pinter-pinter untuk memilih teman bergaul
5. Hormati semua guru dan sayangi semua kawan
6. Banyak syukur atas nikmat Allah yang telah di berikan dengan cara sungguh -sungguh dalam belajar
7. Pondok ini hanya wasilah dan ghoyahnya adalah usahanya.
0 comments: