Tuesday, January 22, 2019

Etika Surfing Internet



Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Bagaimana kabar kalian, para santri pejuang negeri ?
Dalam artikel kali ini. Sangat jarang dalam dunia pesantren membahas hal-hal yang berbau internet bukan ? padahal, asal kalian tahu, bahwa di zaman yang millenial ini sangatlah penting mempelajari hal-hal yang memiliki unsur seperti internet dan wa akhowa tuha.
Oleh karena itu baca artikel ini dengan seksama,

Sumber gambar : SINDONews
Dalam dunia internet. Ya yang aku maksud internet. Sangatlah berbahaya. Maksudku memang berbahaya. Karena internet semua serba global atau mujmal bahkan dalam hitungan detik saja, konten yang kalian upload dapat viral keseruluh seantero universe. Oleh karena itu kalian harus menjaga konten-konten yang kalian upload. Seperti hal nya foto dan beberapa konten lainnya. Karena apa kalian tahu ? bahwa dalam dunia internet pasti ada yang namanya cyber police atau yang biasa diistilahkan polisinya internet. Kalau di luar negeri FBI, pastinya di negara yang sudah merdeka sekian lama memiliki pihak yang berwajib untuk mengurus masalah seperti itu, hanya saja banyak yang tidak mengetahui bagaimana cara mereka melakukannya.

Hati-hati dalam berselancar dalam dunia maya. Mengapa saya katakana dunia maya ? karena dunia internet memang absurd dan bisa menjadi sangat manfaat dan bisa menimbulkan kemadharatan yang besar. Ibarat pisau bermata dua. Kalau kalian tidak hati-hati dalam menggunakan pisau (internet) maka bisa jadi kalian akan kepelet sendiri. kembali dalam pembahasan. Berhati-hati. Seperti halnya mengunggah konten-konten dimedia sosial. Bukannya tidak boleh para santri mengunggah foto-foto selfi kalian, biasanya yang sering itu santriwati (menurut pengamatan saya), namun ada baiknya kalian memperhatikan etika-etikanya dalam kalian berselancar internet, coba kalian baca Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau yang biasa disebut UU ITE.  (https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik)  silahkan baca dan cermati.

Bila kalian sempat membaca keseluruhan, kalian pasti akan mendapati suatu kasus yang sekian lama terjadi dan hampir hilang ditelan zaman kelupaan. Kasus Prita. Yang biasa diistilahkan Prita Mulyasari. Kalau santri yang lahir ditahun 2000 an. Pasti pernah mendengar kasus ini, yang mana sempat viral dan mendapat simpati dan empati hampir seluruh dunia. Semua berawal dari kata-kata yang dibuat oleh jari-jari jempol kita.
              
Kembali ke topik, mengenai apa sih media sosial ?
Menurut saya, media sosial adalah suatu media massa yang skalanya online bahkan sampai seluruh dunia. Yang mana pengguna tersebut saling berbagi informasi. Partisipasi. Lingkupnya meliputi blog, jejaring sosial, Wikipedia.

Apakah dalam bermedsos perlu ber-etika ?
Ya, perlu banget. Berikut ini bulletin singkat mengenai tata cara beretika dalam bermedsos. Tentunya kami akan menjelaskannya satu persatu,

  1. Menghargai karya orang lain


Kalau istilahnya adalah me-respect karya orang lain. Kalau kalian menekuni dunia blogging atau yang mana berkaitan dengan creative common (cari saja sendiri di Wikipedia), sudah pasti para santri yang lihai teknologi pernah belajar cara menghargai karya orang lain. Kalau kalian masih bingung. Coba para santri bayangkan kalau kalian sudah membuat karya susah-susah. Eh malah endingnya dihina. Kan bikin marah bukan ?



  1. Gunakan bahasa yang baik
Para santriwan santriwati. Mulailah memakai bahasa yang meng-enakkan. Jangan masukkan bahasa perpondokkan dalam dunia maya. Apalagi kalau kalian memulai interaksi dengan seseorang yang belum anda kenal. Karena bisa saja orang lain yang anda mulai menjalin komunikasi dengannya itu tidak siap dengan bahasa kasar atau yang menurut kalian itu tidak kasar. Jadi berhati-hatilah dalam memakai tata bahasa dalam surfing dunia internet. Karena banyak pengguna internet yang berakhir bertengkar hanya karena kata-kata umpatan.

  1. Berhati-hati dalam mempublish postingan yang bersifat pribadi

Oke. Narsis boleh. Tapi juga ada batasannya. Seperti halnya kalau kalian mengunggah sesuatu konten yang mana harusnya konten tersebut tidak boleh disebarluaskan apalagi di upload ke medsos yang bahaya banget keamanannya. Boleh-boleh aja kalian mengupload momen foto yang mana dianggap langka dan memang pantes untuk di upload. Akan tetapi siapa tahu niat seseorang ? siapa yang tahu seseorang yang mau berniat jahat ? ndak tahu bukan ? oleh karena itu kalian harus berhati-hati dalam mengunggah foto atau konten yang sifatnya bener-bener privasi dan ngga boleh orang lain tahu. Kayak kalian memfoto kartu tanda penduduk (maksudnya agar para follower tahu bahwa kalian itu sudah mendapat ktp). Memang maksudnya itu nge-share. Tapi siapa tahu niat seseorang ?

  1. Jadi diri sendiri (be your self)

Mengidolakan sesosok seorang itu perlu. Apalagi mengidolakan sesosok seseorang yang benar mulia. Seperti Nabi Agung Muhammad SAW. Dalam bermedsos kalian terkadang juga perlu menunjukkan sisi kalian sendiri tanpa harus mencampuradukkan sifat-sifat watak orang lain (kecuali Rasulullah) yang mana bisa menjadikan harga diri kalian dalam dunia maya itu turun. Bahkan mendapat caci maki.

  1. Perhatikan waktu dalam bermedsos.


Memang mudah diucapkan. Tapi sulit tuk dilakukan. Perhatikan waktu. Mengatur waktu. Melaksanakannya. Memang sulit. Apalagi kalau sudah terlanjur mencandu, pasti tambah sulit untuk mengontrol penggunaan media sosial. Akan tetapi coba kalian pikir baik-baik. Khususnya bagi para santri. Kalian masih punya tanggungan kewajiban yang harus kalian lakukan. Dan mestinya lebih wajib, dan ingat ! Internet media sosial bisa saya katakan itu hanya hiburan belaka dan tidak untuk kewajiban.


Akhirul kalam. Dari pembahasan diatas. Bisa diambil kesimpulan bahwa kita sebagai santri yang mana menjadi harapan bangsa dalam membangun negeri. Harus bercermat dalam menggunakan media sosial. Khususnya internet. Karena banyak santriwan santriwati yang keblinger dalam menjelajah dunia maya yang luas nan bahaya itu.
Ingat, dunia maya. Ibarat pisua bermata dua.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.


ربيب الاقلام (NA)

Previous Post
Next Post

0 comments: