Thursday, January 17, 2019

Memahami porsi sebagai santri


Foto diambil sesaat setelah berziarah dimaqom Mbah Sunan Muria

Identiknya seorang santri merupakan sebuah investasi bangsa yang berharga dan selalu konsisten memberikan suasana yang teduh dan damai bagi setiap orang yang ada di sekitarnya. dibalik peran seorang santri di pondok pesantrennya yaitu sebagai penuntut ilmu agama yang tak lelah mengaji dan mengkaji kitab kitab turats karya para ulama' klasik yang kaya akan nilai nilai luhur keislamannya, dengan memperdalam wawasan keilmuannya dan nilai budi pekerti yang luhur, tentunya menjadikan seorang santri sebagai tolak ukur dan suri tauladan di masyarakatnya. jiwa tolong menolong, bersikap tawadlu', memuliakan dan menjunjung tinggi nama kyainya, saling menghormati satu sama lain dan keikhlasan dalam setiap amalnya merupakan ruh seorang santri yang sejati.
Lalu bagaimana metode yang seyogyanya diterapkan santri dalam mengaplikasikan ilmunya di kehidupan sehari hari terutama ketika ditengah masyarakat agar masyarakat dapat memahami dan menerimanya dengan benar. tentunya seorang santri harus memahami suatu masyarakat sekitarnya dengan baik supaya apa yang di sampaikan sesuai dengan keadaan sosial dan individual suatu masyarakat tersebut. maka sudah menjadi kewajiban bagi santri dalam amalannya pun harus dibarengi dengan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. santri tidak boleh gegabah dalam menanggapi suatu masalah lalu mudah meluapkan emosi yang tidak wajar ditengah masyarakat yang menurutnya agak berseberangan pendapat dengannya. jiwa seorang santri adalah pembawa ilmu dan menyampaikannya kepada masyarakat tanpa mengaharap imbalan dan terimakasih dari siapapun dan juga membawa ilmu dan menyampaikannya dengan disertai rasa cinta kepada baginda agung Rosulullah SAW. sehingga tercapai tujuan seorang santri yaitu menebar kedamaian ditengah masyarakat dan menjadi washilah tercapainya rahmat dan hidayah bagi umat.
Namun lambat laun seiring berjalannya waktu tidak sedikit dari santri yang seakan terkikis oleh arus medernisasi yang serba praktis dan instan di zaman sekarang. jiwa tirakat yang telah diajarkan dan diterapkan para kyainya seakan sudah mulai luntur begitu saja, sebagian dari mereka lebih memilih gaya hidup kekinian yang lebih eksis dikalangan para pemuda zaman sekarang. maka wajar saja jika sikap ikhlas, ta'awun dan tawdlu' seorang santri terhadap sesama ataupun yang lebih tua sudah mulai pudar sedikit demi sedikit, dan imbasnya tentu akan memperburuk karekter seorang santri sendiri.
Tidak sedikit sebagian santri zaman sekarang yang dengan mudahnya berdakwah dan menyampaikan ilmu dengan berdalil nash atau teks belaka tanpa memahaminya dengan baik dan benar. sehingga masyarakat dalam menerimanya masih dalam kutip "tanda tanya", sebagian ada yang membenarkannya, dan kebanyakan masih ragu. dalam berdalil dengan nash quran atau hadis saja tanpa memahaminya lalu menghukumi suatu masalah dengan apa yang sesuai pemikirannya saja tentu akan melahirkan pemahaman yang rancau, serta akan menimbulkan banyak pemahaman yang salah kaprah.
Disini penulis ingin sedikit memaparkan 3 point yang tidak sedikit orang keliru dalam memahaminya dengan baik sehingga melahirkan benih benih radikalisme yang wajib kita waspadai.
Point pertama yaitu fahmu an nash, merupakan point terpenting bagi seorang santri dalam memecahkan atau menghukumi suatu masalah, sehingga tidak terburu-buru dalam memaknai suatu teks quran maupun hadis sesuai dengan dzhohirnya saja tanpa memperhatikan maqosidnya, karena mengingat di zaman yang serba praktis ini tak jarang kita temui di media sosial oknum yang memaknai suatu nash tanpa memahami maqosidnya dengan benar dan baik. sehingga dengan mudahnya mereka dalam menghukumi suatu masalah tertentu dengan berdalil menggunakan nash quran ataupun hadits sesuai jalan pemikirannya saja tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umat disuatu tempat tertentu.

Para pendukung dan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengadakan aksi protes menentang keputusan Presiden
Kemudian disamping pemahaman terhadap nash dengan benar dan baik, seorang santri sayogyanya mampu membedakan dengan baik antara manhaju an nabi dan zaman an nabi. ada sebagian aliran yang mana mereka berpegangan teguh dalam amalan sehari harinya mengacu pada zaman an nabi. mereka menginginkan penerapan hidup di zaman sekarang ini sesuai persis dengan apa yang ada pada zaman nabi, sedangkan zaman nabi sudah lewat tak akan kembali lagi dan zaman sekarang sudah banyak mengalami perubahan baik dalam lingkup kebudayaan maupun tradisi masing masing masyarakat. sehingga dengan mudahnya mereka menuduh bid'ah suatu tradisi islam yang berkembang di suatu masyarakat tertentu. maka jika mereka memahami islam dengan apa yang ada di zaman nabi saja tentunya pemahman islam oleh mereka begitu sempit, karena disetiap suatu masyarakat pasti tak terlepas oleh suatu bentuk tradisi dan budaya dalam mewujudkan kecintaannya terhadap keislamannya masing masing dengan baik dan benar. lantas mana bentuk rahmatan lil alamin yang dibawa oleh Rosulullah SAW jika mereka hanya memahami bahwa islam itu adalah yang sesuai dizaman Nabi saja. maka seolah mereka bilang islam tidak akan sesuai dengan zaman kapanpun dan dimanapun, karena akan selalu menemukan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan zaman nabi lantas bagaimana mereka menerapkan islam di zaman ini? karena situasi dan kondisi sekarang sudah berbeda dengan zaman nabi, begitu juga banyak sarana kehidupan yang mengalami perubahan yg semakin maju dizaman ini. tentunya jalan nalar pemikiran mereka sudah jelas tidak bisa diterapkan di waktu kapanpun dan di tempat manapun.
Manhaj an nabi yang seharusnya menjadi pegangan oleh kalangan santri, sehingga bisa menerapkan bahwa islam adalah agama yang sholih likulli zaman wa makan, bisa diterapkan disetiap masa, tempat, dan tradisi dari beragam tradisi yang ada di berbagai daerah . maka dengan penerapanan manhaj an nabi islam akan terwujud dengan ke wasathiyahan nya disetiap zaman dan tempat manapun.
Point ke 2 apa itu arti jihad? pemahaman tentang jihad yang benar dan baik sesungguhnya point penting bagi seorang santri agar terjauhkan dari sekte sekte pemikiran jihadis yang salah kaprah dalam memaknai arti jihad. mereka kaum jihad memahami arti jihad hanya dengan pengertian perang saja, dan memahami perang dengan makna membunuh, inilah pemahaman mereka tentang jihad yang tidak sesuai dengan manhaj nabi. lalu mengapa banyak orang yang lari dari islam disebabkan oleh jihad yang diserukan oleh sebagian oknum yang gagal faham memaknai jihad? tidak lain karana oknum tersebut dalam pendangan mereka jihad dan peperangan tidak memiliki peran sama sekali untuk menyebarkan hidayah. sehingga hanya kebencianlah yang mewarnai dalam pemahaman mereka, lalu melahirkan pemahaman radikalisme yang meresahkan masyarakat. adapun sebab sebab pemikiran Radikalisme yang mulai berkembang diantaranya sebagai berikut :
  1. Pemahaman yang salah dalam memaknai ayat al quran dan al hadits dan juga kitab kitab turats islami.
  2. Menafsirkan Nas quran maupun hadits sesuai dengan hawa nafsu mereka dan jauh dari pemahaman yang benar.
  3. Mencampur adukan antara agama dan pemahaman pemahaman politik yang bermacam macam.
  4. Masuknya banyak pendakwah yang mempunyai pemikiran pemikiran yang bertentangan dengan suatu konsep negara tertentu.
  5. Terlalu berlebihan dalam perselisihan pendapat  yang menyebabkan kefanatikan yg tidak wajar terhadap suatu golongan tertentu.
  6. Sebagian pendakwah tidak memahami masalah masalah yang ada di masyarakat, dan tidak adanya keterkaitan antara agama dan realita yang terjadi.
Adapun pengertian jihad menurut para ulama' sangatlah luas, karena jihad yang disyariatkan oleh Allah adalah perkara yang sangat mulia, dapat terwujud dalam berbagai bentuk; bisa terjadi dalam hati, dakwah, argumentasi, penjelasan, pendapat dan pengaturan. jihad merupakan sarana, bukan semata mata sebuah tujuan yang ingin dicapai. ia bukan semata mata tujuan, namun hanya sebuah sarana untuk mendapatkan hal lain yang lebih sempurna. maka tidak ada kaitan antara jihad dan peperangan. akan tetapi jihad berkaitan dengan perkara yang dapat mewujudkan tujuannya. sehingga terkadang justru peperangan harus ditinggalkan demi tercapainya tujuan yaitu jihad. sedangkan maksud dari jihad sendiri adalah memberikan hidayah kepada manusia serta mengajak mereka kepada tauhid dan syariat islam, bukan malah membuat orang orang lari katakutan akan memeluk agama islam.
Point ke 3, sudah menjadi kewajiban bagi seorang santri untuk mencintai tanah airnya karena dari tanah airlah santri dilahirkan dan dibesarkan lalu bagaimana mungkin anak melupakan ibundanya yang telah memberi rasa aman dan tentram sejak kecil di pelukannya?. namun beberapa aliran islam dalam delapan puluh tahun terakhir telah melahirkan jalan berfikir yang keliru. mereka berusaha memaparkannya tentang sejumlah permasalahn yang besar, meski mereka tidak memiliki kapasitas dalam memahami syariat. sebab perpecah belahan bangsa yang telah terjadi di sebagian bangsa di dunia ini, tidak lain di sebabkan dari kesalah fahaman mereka tentang memaknai arti kebangsaan dan memisahkan keterkaitannya dengan agama. adapun persepsi tentang tanah air di dalam nalar mereka terdiri dari beberapa hal, yaitu:
  1. Tanah air adalah gugusan tanah yang tidak bernilai.
  2. Menolak konsep tanah air, karena menurut mereka itu adalah tandingan dari khilafah atau umat.
  3. Tanah air adalah batasan batasan geografis (teritorial) yang dibuat oleh kaum imperialis. Karenanya menurut mereka tidak perlu mencintai tanah air dan menerapkan konsepnya.
  4. Tanah air adalah tempat tinggal yang kalian sukai dan dilindungi oleh allah.
  5. Di dalam syariat tidak ada satu pun ayat dan hadits yang menganjurkan untuk mencintai tanah air.
  6. Hadits terkait cinta Nabi kepada Makkah merupakan kekhususan bagi makkah, maka mereka tidak perlu menganalogikannya dengan tempat tempat lain.
Itulah beberapa pemahaman yang gagal dari oknum oknum pemecah belah umat dalam memaknai arti cinta tanah air, sedangkan mereka juga tidak mempunyai porsi yang mumpuni dalam memahami syariat. Seorang santri dalam memahami cinta tanah air memang harus di barengi pemahaman yang selaras dengan pemahaman pemahaman para kyai yang ikut andil besar dalam merebut kemerdekaan indonesia, agar hubbul wathon minal iman menjadi jiwa sejati bagi santri dalam mengisi kemerdekaan dengan suatu hal hal yang baik dan bermanfaat bagi seluruh umat
Imam Fakhruddin al Razi memiliki pandangan yang bagus dalam memberikan dalil Al Quran terkait cinta tanah air, yang memberi ketegasan bahwa cinta tanah air adalah dorongan fitrah yang sangat kuat yang ada pada setiap jiwa manusia. beliau mengatakan hal itu pada saat menafsirkan penggalan ayat QS An Nisa 66 :
ولو أنا كتبنا عليهم أن اقتلوا أنفسكم أو اخرجوا من دياركم
yang artinya: "dan sesungguhnya kalau kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu".
Beliau berkata "Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman setingkat dengan bunuh diri". Dan seakan Allah berfirman : "Seandainya Aku perintahkan kepada mereka salah satu dari dua kesulitan besar di alam semesta maka mereka pasti tidak akan melaksanakannya. Dua kesulitan terbesar itu adalah bunuh diri dan meninggalkan tanah air". Allah menjadikan kesulitan untuk melakukan bunuh diri sama persis dengan kesulitan meninggalkan tanah air.
Sesungguhnya cinta tanah air membuat condong seseorang untuk selalu mengharapkan  sesuatu kebaikan bagi negaranya dan juga anak anak bangsa. Hal tersebut dapat kita temui pada perangai nabi ibrohim alaihi as salam yang selalu mendoakan kebaikan untuk bangsanya. Sebagaimana firman allah swt di surat ibrohim ayat 35 :
"و إذ قال إبراهيم رب اجعل هذا البلد ءامنا و اجنبني و بني أن نعبد الأصنام"
yang artinya: dan (ingatlah) ketika Ibrohim berdoa, Ya Tuhan, jadikanlah negri ini (mekah), negri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala."
Di ayat ini Nabi Ibrohim berdoa kepada Allah agar bangsanya selalu terciptakan dalam keadaan aman dan juga penduduknya agar di jauhkan dari menyembah berhala. Bahkan para ulama menjadikan cinta tanah air sebagai 'illah (sebab) beratnya perjalanan secara mutlak. Sehingga sebagian pensyarah hadits berpendapat demikian ketika menafsirkan hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dan al Thabrani dari hadis sahabat Uqbah bin Amir al juhani bahwasanya Nabi SAW bersabda:
ثلاثة تستجاب دعوتهم الوالد لولده و المسافر و المظلوم على ظالمه
yang artinya: "Ada tiga orang yang doanya pasti dikabulkan; doa orang tua kepada anaknya, musafir (orang yang bepergian), dan orang yang teraniaya terhadap orang yang menganiayanya."
Para ulama pensyarah hadits memberikan alasan tentang sebab dikabulkannya doa seorang musafir, yaitu penderitaannya yang meliputi kekurangan bekal, kebutuhan, dan kesedihan karena meninggalkan tanah air dan keluarganya.
Lalu bagaimana sikap seorang santri dalam mewujudkan cinta tanah airnya di era globalisasi ini yang serba instan dalam menerima informasi. Semestinya seorang santri dalam menggunakan media sosial menjadi peran sebagai peredam dan penyejuk bagi seluruh umat dalam suatu perselisihan pendapat yang mudah dijual belikan hanya demi kepentingan politik atau bisnis belaka. Maka seorang santri harus benar benar faham porsi mereka di dalam interaksi media sosial yang sangat bebas. Sangat di khawatirkan jika seorang santri jika dengan mudahnya menyebar atau mengeshare berita berita politik yang tidak tau menau sumber kejelasannya, karena menyebarkan hoax sama saja memecah belah umat.

Sumber: Al quran al karim, haqqul mubin (dr usamah sayyid azhari), Al azhar conference for terrorisme and extrenism (forewed by Syeikh Ahmad Tayyib).

oleh : Muhammad Farhan Nafis ( Mutakhorijin Ponpes Al Fattah & mahasiswa Universitas Al Azhar Cairo Mesir).

               














Previous Post
Next Post

0 comments: