Wednesday, February 27, 2019

BAGAIMANAKAH PENDIDIKAN SEBENARNYA?

BAGAIMANAKAH PENDIDIKAN SEBENARNYA?

Seorang Guru Sedang Mengajar
kan Muridnya Pelajaran
               Pendidikan adalah salah satu tujuan dalam kehidupan kita, itu sebabnya setiap orang didunia ini membutuhkan pendidikan. Bagi seorang muslim kita seharusnya tahu bahwa mencari pendidikan atau mencari ilmu itu hukumnya wajib, seperti hadits yang disabdakan Rasulullah SAW. Yang kurang lebih artinya “mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim” dan Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencari ilmu seperti sekolah, mondok, kuliah, dan lain-lain.

               Tapi sekarang di era milenial ini sering banyak kita jumpai sekolah atau madrasah yang sistem pendidikanya kurang pas, pasti anda bertanya apa yang kurang pas dari pendidikan kita? Ya memang benar, secara pandandangan mata, sekarang banyak anak dan remaja sudah pintar dalam ilmunya tapi itu dalam nilai raportnya saja. contoh saja, ada suatu sekolah yang mensistemkan pendidikan sekolahnya dengan menjadikan nilai siswa harus bagus semua dan jika ada siwa yang nialainya buruk maka diwajibkan atas guru pengampu untuk menjadikan nilai tersebut menjadi bagus, minimal disamakan dengan nilai KKM atau yang kita bisa ibaratkan dengan  memanipulasi nilai. Jika hal itu sudah terjadi, apa yang kita persembahkan untuk orang tua kita yang telah membiayai pendidikan kita?

               Oleh karena itu kita sebagai thoalbul ilmi seharusnya tidak lebih mementingkan nilai ditujuan pendidikan kita. seharusnya sistem pendidikan kita lebih mementingkan adab, akhlaq atau suluk. Kita menuntut janganlah mempunyai niat untuk mendapatkan nilai yang tinggi atau peringkat pertama tapi  niatilah mencari ilmu kita dengan rasa Khidmah, Mahabbah, dan memiliki akhlaq atau adab yang tinggi dan besar. Karena hal itu adalah sesuatu yang wajib mengitari pencarian ilmu kita. Dan janganlah kalian lupa berdo’a dan berikhtiar, jangan suka mengandalkan kata tawakkal saja, karena tawakkal itu perlu dibarengi dengan ikhtiar. Ikhtiar kita ya belajar dengan giat.

beberapa Santri Tengah Berkhidmah Kepada
Ponpes Dengan Cara Membersihkanya
§  Khidmah      : suatu cara untuk bisa meraih keberkahan ilmu dengan melakukan hal-hal pelayanan atau pengabdian kepada orang lain atau bisa diibaratkan pekerjaan yang disukai Allah SWT. dan Rasulullah SAW. Seperti berkhidmah kepada pondok kita bisa lakukan dengan cara menaati peraturan-peraturan pondok.

§  Mahabbah    : rasa cinta yang mendalam terhadap sesuatu atau seseorang setelah mengenal dan mengetahui sifat-sifat sesuatu atau seseorang tersebutseorang yang mencari ilmu seharusnya mempunyai rasa mahabbah yang tinggi  kepada Allah dan Rasulullah. Karena  mencintai keduanya merupakan cara agar Allah memberikan ilmu yang lebih, sebab kita telah mencintai-Nya dan mencintai kekasihnya yaitu Rasulullah Allah pun membalasnya.

Adab Kepada Guru Merupakan Hal Yang Sangat
Penting Dalam Mengiringi pendidikan
§  Adab            : segala bentuk sikap, perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlaq. Kita sebagai pencari ilmu harus bahkan wajib mempunyai adab karena dengan adab yang baik kita akan mendapat pandangan yang baik dimata Allah, Rasulullah, dan para ummat manusia karena sikap kalian yang baik terhadap mereka. الادب فوق العلم.

Dan hasil dari perbuatan khidmah, mahabbah, dan adab adalah Barokah, Barokah adalah tambahnya kebaikan dan kebahagiaan yang sesuai dengan ungkapan
                             والسعادة الخير زيادة .

penajabaran Keterangan Agus H. Aniq Muhammad Makki, Lc. Saat munaqosah karya ilmiah kelas XII tentang Pendidikan diaula Ponpes Al Fattah Kudus.

Saturday, February 23, 2019

Bolehkah Memanggil Dengan Nama Laqob?

Bolehkah Memanggil Dengan Nama Laqob?

Bolehkah Memanggil Dengan Nama Laqob?

Salah Satu Orang Yang Sedang Memanggil Temanya

Memanggil dengan nama julukan. Dalam dunia pesantren, biasanya istilah tersebut telah mendarah daging dengan semua santri atau bahkan malah semua penghuni pesantren. Lantas, bagaimana cara menyingkapi antara julukan yang baik dan gasakan yang tidak baik.

Bedakan. Karena tidak semua julukan itu mengandung arti yang baik. Meskipun realitanya biasanya julukan itu mengandung arti yang mengolok-olok  atau malah tidak senonoh. Maka dari itu, kita sebagai santri yang mana tahu akan adab bagaimana cara memanggil seorang teman sebaya atau sahabat kita dengan baik, haruslah mengetahui etikanya. Meskipun dia adalah sahabat kita sekalipun yang mana biasanya dia akan rela dipanggil apapun asalkan panggilannya tidak menyakitkan hati.
Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok ) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokan) perempuan lainnya (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok ) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Dan janganlah saling mencela satu sama lain dan janganlah memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Hujurat 11)

Dari ayat tersebut, maka janganlah kalian memanggil teman kalian dengan panggilan yang menyakiti hati dan panggillah temanmu dengan panggilan yang baik dan menyenangkan baginya.

Coba kalian bayangkan. Bilamana kalian dikaruniai anak. Dan ternyata kalian mengetahui kalau temannya memanggil anak kalian itu dengan panggilan yang tidak senonoh atau malahan dengan maksud menghina. Bagaimana perasaan kalian? Apakah kalian akan diam begitu saja? Ataukah merasa benci atau gething? Normalnya, orang tua akan tidak terima kalau anaknya dipanggil dengan panggilan yang tidak sesuai dengan namanya. Bahkan terkadang anaknya sendiri saja sudah tidak terima dengan panggilan yang dibuat oleh teman-temannya. Namun karena masalah sosial dan berusaha untuk awur dengan teman-temannya dia rela dipanggil apa saja asalkan itu menyenangkan hati temannya dan membuatnya dianggap dalam komunitasnya.

Untuk artikel ini, mari kita membahas dalam permasalahan sebagai berikut.
Ada seorang santri yang mana perlakuannya mirip seperti cewek. Bahkan perawakannya mungkin nyaris menyerupai mulai dari bentuk fisik wal psikis. Dan akhirnya bagaimana teman-teman sepondoknya menyingkapi? Akhirnya mereka pun memanggilnya bukan dengan namanya. Anggap saja mereka memanggilnya dengan sebutaan, (maaf) kimcil. Ya, kami tidak perlu menjelaskan apa arti dari kata panggilan tersebut. namun, asalkan kalian tahu. Kata tersebut bila kalian mengetahui. Itu memiliki arti yang mengerikan atau bahkan lebih kebiadapan akan seorang.
Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’an surat An-Nur ayat 4,

 وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.An-Nur 4)

Inilah Hukuman Dera : Hukuman Cambuk
Maka, kembali dalam dalil Al Qur’an tersebut. dalam dalil Qur’an tersebut disebutkan kalau yang mana bila seorang memanggil perempuan yang benar-benar mukmin dan tidak terbukti lacur atau akan kebiadapannya. Maka hukumannya adalah didera (80x) dan dera’an tersebut itu dera’an yang benar-benar sampai mengelupas kulitnya.

kecuali dia yang mau bertobat kepada Allah SWT. dengan niat yang baik yaitu ikhlas untuk tidak melakukanya lagi, mengakui kesalahanya serta menyesali perbuatannya. 

Bila kalian mempunyai pendapat bahwa dalil Qur’an diatas yang dimaksud adalah untuk seorang perempuan yang mukmin. Ada keterangan dari Ibnu Katsir mengenai dalam dalil Al Qur’an tersebut itu bukan hanya dituju untuk seorang perempuan saja. Namun juga mencakup untuk laki-laki sekalipun.

Memang tidak sengaja. Sangat mudah dilakukan. Bahkan tidak terasa karena sudah menjadi kebiasaan. Namun, kalau dihitung secara syari’at, hukumnya sudah pasti jelas dan pastinya sudah terdapat hukuman yang sangat dan sangat jelas.

Jadi, kesimpulan dari artikel pembahasan kali ini adalah, Boleh kita saling memanggil dengan nama julukan. Dan bahkan, kadang-kadang memanggil dengan nama julukan dapat mempererat tali persaudaraan dalam dunia pesantren. Namun, kita sebagai santri haruslah bijak memilah panggilan yang baik dan tentunya tidak memiliki kandungan arti yang jelek, tidak mengina suku ras dan agama,  atau yang telah disebutkan dalam dalil-dalil diatas dan juga dianya yang dipanggil itu meridhoi akan pangilan tersebut.

Penjabaran dari keterangan Abuya KH. Ahmadi Abdul Fattah,Lc. MA. Dan Agus H. Aniq Muhammad Makki, Lc.

Monday, February 18, 2019

Alasan Muallif Ngendikan "Ketahuilah!"


AQIDATUL AWWAM BAIT 5

وبعد فاعلم بوجوب المعرفة # من واجب الله عشرين صفة

Setelah membaca basmalah, hamdalah dan sholawat, muallaif memberi tahu akan wajibnya mengetahui sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20 sifat.

·        Sifat wajib Allah itu ada 20.
·        Alasan muallif memakai kata اعلم karena untuk memberi peringatan bahwa perkataan yang akan dilontarkan adalah perkataan yang wajib dihafalkan karena hal tersebut adalah pokok semua kebaikan.
·        Disimpulkan bahwa yang tidak menghafalkan maka akan berdosa dan jika dibawa sampai mati maka akan masuk neraka.
·        Alasan Muallif tidak memakai kata :
v   إفهامKarena perintah memahami sesuatu adalah untuk mengingatkan perkataan yang telah disampaikan terdahulu dan yang telah dipahami.
v  إقرأ  Karena perintah membaca itu hanya bisa diwujudkan dengan adanya tulisan dan ditambah jika adanya pengelihatan.
v  إحفظ  Karena perintah menghafal hanya berfungsi untuk menjaga sesuatu agar tidak hilang.
v  إسمع  Karena perintah mendengarkan hanya berfungsi untuk menangkap kata-kata saja, sementara Muallif bermaksud agar kita bisa menangkap ma’na kandungan dengan pasti dan tepat.
·        Kita belajar ini hanya untuk ngalap barokah.
·        معرفة  Secara ilmu tauhid adalah kepastian hati yang sesuai dengan haq yang disertai dengan adanya dalil.
·        تقليد  adalah meyakini isi kandungan perkataan, perbuatan, ketetapan orang lain tanpa mengetahui dalil.
·        Keluar dari pengertian تقليد   adalah seorang santri, karena santri itu mendapatkan petunjuk dari kyai-kyainya untuk mengetahui dalil. Tapi, sepengetahuannya tersebut tidak sampai tingkatan معرفة , karena tahunya dia itu sebab dikasih tau oleh gurunya bukan tahu sendiri.
·        معرفة   mengetahuinya tahu sendiri, bukan dikasih tahu.

diampu oleh Agus H. Aniq Muhammad Makki, Lc.

Thursday, February 14, 2019

Pentingnya “Amiin” Dalam Do’a


PENTINGNYA “AMIIN” DALAM DO’A

Contoh Ketika Bedo'a Bersama-sama, Yang Satu
 Membaca Dan Yang Lainya Mengamini

               Do’a merupakan sebuah amaliyah orang islam untuk memohon kepada Allah SWT. baik itu memohon ampunan, memohon dalam artian meminta ataupun yang lainya. Tentang perintah berdo’a Allah SWT. telah berfirman:
.....اُدْعُوْنِي اَسْتَجِبْ لَكُمْ.....
“Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu” (Q.S.Ghofir 60/24)
 Oleh karena itu, maka berdo’alah kita kepada Allah dimanapun dan kapanpun itu.

               Didalam pembacaan do’a biasanya dilakukan secara individu atau bersama-sama, do’a bersama-sama adalah do’a yang dibacakan satu orang dan yang lainya membaca amiin. Dimasa sekarang, sering kita jumpai bahkan disekitar kita yaitu ketika dibacakanya do’a oleh seseorang dalam do’a bersama-sama, yang lainya bukanya mengaminkan do’a tersebut tetapi malah diam atau tidak fokus do’a. Ibarat orang yang berdo’a tetapi tidak serius dalam do’anya adalah ketika kita meminta uang kepada orang tua kita dengan tidak sopan, akankah orang tua kita memeberi atau sebaliknya membiarkan kita.?

               Untuk itu itu jika kita berada / sedang mengikuti do’a bersama-sama ketika pemimpin do’a membacakan do’a maka ucapkanlah amiin ditambah dengan perasaan yang khusyu’ dan perasaan yakin akan dikabulkanya do’a kita. Dari satu sisi, kita membaca Amiin adalah untuk serius meminta dan memohon kepad Allah SWT. dari sisi lainya kita telah menghormati dan memberikan persaaan kepada orang yang memimpin do’a atas diamininya do’a yang dibacakannya.

               Diterangkan bahwa salah satu pembeda antara muslim dan yahudi itu adalah pembacaan amiin, Rasulullah bersabda:
  
مَا حَسَدَ كُمُ الْيَهُوْدُ عَلَى شَيْءٍ مَا حَسَدُوْا كُمْ عَلَى اَمِينْ و تَسْلِيم َبْعضُكُمْ عَلَى بَعْض
  (رواه احمد)

“Yahudi tidak iri kepada kalian atas sesuatu, sebagaimana irinya mereka kepada kalian adanya pembacaan amiin dalam do’a dan saling mengucapkan salam diantara kalian.” (HR. Ahmad)
Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita membaca Amiin dalam do’a. semoga kita termasuk orang-orang yang melakukanya. Amiin.


Penjabaran dari keterangan Agus H. Aniq Muhammad Makki, Lc.

Tuesday, February 12, 2019

Santri (Masih) Relevan kah…?


          Santri (Masih) Relevan kah…?               

Kaum sarungan, baik itu Kyai atau Ustadz selalu mengatakan atau lebih senang jika disebut sebagai “Santri”, banyak juga yang mendefinisikan siapa itu santri, murid yang ngeger (ngabdi) kepada kyai pada zaman Kolonial Belanda dahulu sangatlah dihormati. Mereka itu disebut dengan “Santri”. Dalam bahasa Sansekerta, santri merupakan akronim dengan suku kata masing – masing “san” berarti kebagusan, sedangkan “tri” berarti tiga. Jadi, ketika sudah melalui proses penggabungan, kata “santri” memiliki arti “tiga kebagusan”. Tiga kebagusan itu mencakup Islam, Iman dan Ihsan.

Relevannya Santri Sekarang
               Berbeda dari bahasa Sansekerta, sumber lain yang mereka-reka dengan takwilan kata “santri” satu per satu ketika di-eja menggunakan huruf Arab. Dengan singkatan “Sin” berarti “Satrul 'uyub” (menutup sikap cela). Kemudian “Alif” berarti “Amar ma'ruf  nahi mungkar” (menyuruh kebaikan, menjauhi kejelekan). Selanjutnya “Nun” berarti “Naibusy Syuyukh” (Pengganti orang tua atau guru). Kemudian “Ta'” berarti “Tarkul ma'ashi” (berusaha kuat meninggalkan maksiat). Selanjutnya “Ro'” berarti “rooghibun fil mandhub” (sepi dari mengharap imbalan). Dan “Ya'” “yughni 'anrizqillah” (merasa cukup dengan rizki yang diberikan oleh Allah).

               Tetapi, berdasarkan realitas saat ini, kata “santri” agak tepat didefinisikan sebagai individu yang mengkaji ilmu agama didalam lingkungan pondok pesantren. Untuk melegiminasi siapa santri itu dan misi apa yang di emban oleh santri. Dalam hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 122 :

وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semua (ke medan perang), sebaiknya supaya tiap golongan diantara mereka terdapat beberapa orang yang memperdalam pengetahuan tentang agama dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali, agar mereka dapat menjaga diri” (Qs. At-Taubah : 122)

               Ayat diatas menginformasikaan bahwa santri adalah dia yang memposisikan diri sebagai pembimbing umat, serta siap sedia mempersiapkan kader – kader dakwah berkepribadian kokoh demi menjaga kemurnian ajaran agama.

               Santri memahami agama bukan berdasarkan teks saja, akan tetapi secara konteks baik tersirat maupun tersurat. Jadi santri paling tidak harus bisa memahami betul apa kandungan yang ada di dalam sebuah teks.
Beberapa Santri Yang Sedang Melakukan Kegiatan
di Pesantren

Sedangkan, pesantren sendiri merupakan wadah dimana untuk menggembleng keilmuan dan adab mereka sebelum terjun kemasyarakat. Ia menjadi tempat simulasi terkecil menempa kemandirian, sikap saling menghormati, gotong royong, organisasi dan konsep-konsep sosial yang lainnya. Disitulah kepekaan sosialnya dirangsang. Menyikapi situasi dan kondisi, lantas mencari sebuah solusi.

Hampir tidak mungkin atau peluang sangat kecil sekali, jika santri melakukan hal anarkis atau menjadi teroris. Pun tidak pernah terdengar ada pesantren yang melakukan tawuran antar pesantren seperti yang dilakukan sebuah lembaga pendidikan yang didanai dan dikelola oleh negeri ini. Tawuran saja tidak bisa, apalagi anarkis. Mereka mempunyai pandangan bahwa sebagai santri harus mendahulukan akhlak mereka diatas ilmu.             

               Seperti dawuhnya Abuya Sayid Muhammad ibnu Alawi Al-Hasani Al Maliki “Akhlak lebih didahulukan daripada Ilmu”. Mereka yang berbuat anarkis dan menjadi teroris yang meneriakkan atas nama agama adalah orang minim keagamaan, lalu mereka bertemu atau belajar kepada orang yang tidak tepat.

               Sehingga, mereka keblinger surga, yang akhirnya saking keblingernya menggunakan cara instant yang menurut mereka itu adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkannya. Padahal jihad fisabilillah yang diajarkan dipondok pesantren adalah menyebarkan luaskan ilmu dan menyebar kedamaian terhadap sesama. Karena konsep Hablum Minannaas dikaji lebih mendalam disana. Santri mempunyai semboyan,

المحافظة على القديم الصالح والأخد بالجديد الاصلاح 

“Melestarikan hal-hal kuno (masih relevan) dan mengambil sesuatu terobosan yang baru (langkah inovatif)”.

               Meskipun begitu mereka tidak fanatik. Tetap membuka diri untuk hal yang baik. Mereka juga tidak alergi dengan teknologi dan modernitas. Bisa kita lihat, sekarang kaum santri tidak mengaji saja tapi dunia digital pun mereka pelajari.

               Komputerisasi di lab-lab pesantren seakan tak mau kalah dengan lembaga pendidikan lainnya. Namun, sekencang apa pun badai globalisasi yang terjadi mau tak mau harus diikuti, akan tetapi itu tidak akan merubah dan membuat santri kehilangan identitasnya. Jadi, label kolot, fanatik dan alergi terhadap kemajuan zaman merupakan kesalahan.

Kegiatan Santri Untuk NKRI Yang Menjadi Bukti
Bahwa Santri itu Tidak Fanatik
                              Mengenai negara islam juga dijawab oleh kaum santri. Peringatan hari santri nasional tanggal 22 oktober yang diresmikan oleh bapak presiden adalah salah satu jalannya. Mereka bangga dan sangat mencintai Indonesia. Sampai titik darah penghabisan dengan semboyan NKRI harga mati. Mereka termasuk generasi penjaga negeri. 

Bagaimana mungkin tidak, penduduk Indonesia mayoritas muslim, namun mereka tidak egois menjadikan negeri ini negeri islam. Mereka tetap setia pada kebhenikaan yang tunggal ika. Dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Maka, adanya pondok pesantren dan santri eksistensinya sangat masih dibutuhkan diera globalisasi yang sarat dengan kemajuan teknologi. Mereka menjadi titik penyeimbang. Walaupun, sebenarnya keberadaan santri terus menerus ingin digerus oleh pihak-pihak tertentu. Mereka tahu, tapi mereka tidak terpancing menanggapi isu-isu negatif. Dan cukuplah hari santri nasional menjadi jawaban bagi pihak-pihak tertentu yang ingin menenggelamkan santri itu menjadi semakin gusar, gelisah dan kepanasan. Karena, santri semakin erat dan kokoh persatuannya membela, menjaga dan merawat negeri ini.

       Oleh Ustadz Muhammad Faiz Amali

Friday, February 8, 2019

Siapakah Ahlun Nabi?



 
AQIDATUL AWWAM BAIT 3 & 4

ثم الصلاة والسلام سرمدا # على النبيّ خير من قد وحّدا
وآله وصحبه ومن تبع # سبيل دين الحق غير مبتدع

Kemudian sholawat serta salam selama-lamanya tercurah kepada Nabi, sebaik baik orang yang mengesakan Allah
Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang mengikuti jalan agamanya dengan benar,bukan tukang bid’ah

               Setelah Muallif membaca basmalah, hamdalah, sekarang Muallif membacakn sholawat kepada Nabi, keluarganya, sahabatnya, dan semua orang yang ikut kepada jalan yang haq (segala seuatu yang sesuai dengan Al-Quran, Hadits, Ijma’, Qiyas).

               Sholawat dari Allah merupakan bentuk rohmat ta’dzim/penghoramtan yang sebesar-besarnya kepada Nabi Muhammad, jika sholawat dari malaikat merupakan bentuk permintaaan ampunan, sedangkan sholawat dari makhluk merupakan bentuk memohon do’a/rahmat. Bersholawat kepada nabi bukan berarti memberikan rohmat ta’dzim kita/berdo’a untuk nabi tapi yang benar adalah suatu cara agar Allah memberikan rohmat ta’dzimnya kepada nabi tanpa batas.

 Nabi (النبي) secara bahasa terbentuk dari beberapa lafadz :
1.      Lafadz Nabi (النبي) terbuat dari lafadz النبوّة yang artinya tempat yang tinggi, karena nabi merupakan suatu derajat maqom yang tinggi/orang yang bisa mengangkat derajat orang yang mengikutinya
2.      Lafadz Nabi (النبي) terbuat dari lafadz النّباء yang artinya berita, karena nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah ( مُخبِرعن الله)/orang yang menyampaikan wahyu dari Allah kepada ummatnya(مُخبِر).

Nabi secara istilah adalah manusia laki-laki merdeka yang diberi wahyu Allah tentang syari’at dan diperintah untuk menyampaikan atau tidak.
keluarga Nabi adalah orang yang mempunyai nasab dengan Nabi
              yang beriman dan yang berasal dari keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthallib

Keluarga nabi dalam bait juga bisa dimaksud semua orang mukmin dengan dalil hadits Nabi yaitu عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال سُئل رسول الله صلى الله عليه وسلم من آل محمد فقال آل محمد كل تَقِيٍّ (رواه الطبراني)

Sahabat nabi yang adalah orang-orang yang pernah berkumpul/berjumpa dengan nabi, dan juga iman akan kerosulan nabi serta pernah bertemu Nabi selama masih hidup di bumi.

Alasan Muallif mensifati Nabi sebagai sebaik-baik orang yang mengesakan Allah karena :
1.   Pada waktu umur 3 tahun Nabi sudah dibelah dadanya oleh malaikat Jibril dan Mikail padahal hatinya Nabi sudah bersih, lalu yang pertama kali dikeluarkan malaikat adalah jalan masuk setan kemudian diisi dengan hikmah-hikmah, air zam-zam, dll.
2.   Pada waktu baligh Nabi dibelah dadanya kembali agar tidak terpengaruh dengan kenakalan remaja.
3.   Pada waktu akan dijadikan Nabi/Rosul dibelah dadanya agar tidak Nabi kuat untuk menyampaikan wahyu.
4.   Pada waktu akan Isro’ Mi’roj dadanya dibelah kembali agar lebih siap bertemu dengan Allah.

Bid’ah secara bahasa adalah sesuatu yang diciptakan yang tidak ada contoh sebelumnya, sedang secara Syar’I adalah sesuatu hal yang diciptakan yang tidak sesuai dengan hukum syari’at. Bid’ah dibagi menjadi 5:
1.      Bid’ah Wajibah yaitu bid’ah yang memiliki kaedah-kaedah hukum wajib beserta dalil syari’atnya, contoh membukukan Al-Qur’an, mendirikan madrasah, dll.
2.      Bid’ah Mahrumah yaitu bid’ah yang memiliki kaedah-kaedah hukum haram beserta dalil syari’atnya, contoh narkoba, membuat tempat dugem, dll.
3.      Bid’ah Mandubah yaitu bid’ah yang memiliki kaedah-kaedah hukum sunnah beserta dalil syari’atnya, contoh sholat tarawih.
contoh bid'ah mandubah adalah pelaksanaan
 sholat tarawih
4.      Bid’ah Makruhah yaitu bid’ah yang memiliki kaedah-kaedah hukum makruh beserta dalil syari’atnya, contoh menghiasi masjid (menurut Imam Nawawi), menghiasi mushaf (Menurut Imam Hambali tidak masalah), dll.
5.      Bid’ah Mubahah yaitu bid’ah yang memiliki kaedah-kaedah hukum mubah beserta dalil syari’atnya, contoh menggunakan ayakan untuk menghaluskan tepung (ini adalah permulaan bid’ah yang dilakukan manusia setelah nabi wafat), menempelkan gambar para ulama’, dll.


Diampu oleh Agus H. Aniq Muhammad Makky, Lc.

Monday, February 4, 2019

Perbedaan القديم (Yang Maha Dahulu) Dengan الأوّل (Yang Maha Awwal)

Perbedaan  القديم (Yang Maha Dahulu) Dengan الأوّل (Yang Maha Awwal)


 AQIDATUL AWWAM BAIT 2
فالحمد لله القديم الأول # الآخر الباقى بلا تحوّل
Segala puji bagi Allah dzat yang dahulu, yang awal, yang akhir,yang kekal tanpa perubahan

Alhamdu (puji) secara bahasa adalah memuji dengan lisan, sedangkan secara istilah suatu pekerjaaan yang menggambarkan atau menceritakan pengagungan kepada sang pemberi nikmat karena telah diberi kenikmatan baik kepada si pemuji atau lainnya, melalui lisan atau dengan rasa cinta didalam hati atau dengan pekerjaan anggota tubuh.

               Syukur secara bahasa sama dengan Alhamdu secara istilah, sedangkan syukur secara istilah adalah penggunaan seorang hamba Allah atas semua nikmat Allah yang diberikan Allah kepadanya, digunakan untuk hal-hal yang disenangi dan diridloi oleh Allah, contoh penggunaan anggota badan untuk ibadah.

               Rukun Alhamdu ada 4:
1.      Orang yang memuji   (حامد)
2.      Orang yang dipuji    (محمود)  
3.      Sesuatu yang dipuji   (محمود به)
4.      Tujuan pujian   (محمود عليه )

Macam-macam pujian :
1.      حمد قديم لقديم :Pujian Allah kepada Allah sendiri contoh   حسبنا الله ونعم الوكيل
2.      حمد قديم لحادث :Pujian Allah untuk makhluk contoh Allah memuji nabi وإنك لعلى خلق عظيم  
3.      حمد حادث لقديم :Pujian dari makhluk untuk Allah contoh pujian nabi isa a.s kepada Allah  أنت تعلم ما فى نفسي ولا أعلم ما فى نفسك
4.      حمد حادث لحادث :Pujian makhluk kepada makhluk contoh pujian nabi kepada Abu Bakar Shiddiq                 ما طلعت الشمس ولا غربت من بعدي على رجل أفضل من أبى بكر الصديق

Makna القديم الأول الآخر الباقى:  
القديم adalah Allah sudah ada tanpa permulaan dan akan selamanya ada
الأول adalah adanya Allah tidak dimulai dengan sesuatu apapun
الآخر adalah wujudnya Allah tidak ada akhirnya
الباقى adalah Allah abadi selamanya

               Semua perkara yang dinisbatkan dengan awal dan akhir ada 4:
1.      Tidak ada awalnya dan akhirnya, contoh Allah
2.      Tidak ada awalnya dan ada akhirnya, contoh zaman azali yang sudah tidak ada ketika makhluk wujud
3.      Tidak ada akhirnya da nada awalnya, contoh akherat, surge, neraka
4.      Ada awal dan akhirnya, contoh makhluk.

Diampu Agus H. Aniq Muhammad Makki, Lc.