Santri dalam
kehidupan
Santri adalah julukan bagi seseorang yang mencari ilmu yang
berada di suatu tempat khusus, dimana di tempat itu memiliki beberapa komponen
tertentu, diantaranya adanya pengasuh, pendidik dan santri itu sendiri.
Berdasarkan beberapa pengamatan, santri masa kini dan santri
zaman dahulu sudah jauh berbeda. Santri masa kini sudah menurun kualitas dan
kuantitasnya, hal ini terjadi karena gempuran zaman dan beberapa faktor-faktor
kehidupan. Diantaranya faktor lingkuangan, ekonomi, keyakinan dll. Dari faktor
lingkungan, seseorang akan mudah terpengaruh oleh teman-temannya, jika banyak
teman yang memilih kuliah maka dia pun akan terpengaruh, hal ini terjadi karena
minimnya minat pelajar masa kini untuk mondok. Lalu dari faktor keyakinan, ada
ungkapan yang mengatakan “sekarang kalau mondok, besok mau jadi apa?”. Ungkapan
ini biasa dimiliki oleh orang-orang yang kurang kuat pemahaman agamanya,
sehingga dia tidak berpikir bahwa kehidupan ini sudah ada yang mengatur dan
mencukupi.
Akibat dari berbagai hal tersebut, santri yang berkeinginan
mondok di zaman sekarang semakin menurun. Dan apabila hal ini terus ber lanjut,
maka tidak dapat dipungkiri bahwa 10-20 tahun kedepan Islam akan mundur karena
tidak ada generasi muda yang melanjutkan perjuangan para romo yai.
Oleh karena itu, seorang santri harus bersungguh-sungguh
dalam mencari ilmu terutama ketika belajar di pondok karena hal itu akan
menjadi modal utama untuk dapat berjuang di masyarakat nanti. Dan perjuangan
santri itu tidak harus melulu menjadi kyai, harus ada juga yang berada di
bidang-bidang lain, misalkan pemerintahan, kesehatan, sosial, pendidikan, dll.
Sebab jika tidak bidang-bidang itu akan diisi oleh orang-orang yang minim
agamanya atau bahkan tidak beragama Islam.
Maka dari itu, hendaknya setiap santri memperhatikan adab
dan tata cara yang baik dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat seperti dalam
nadhom :
اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِســــِتَّةٍ ۞ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ ۞ وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
Seorang
santri tidak akan bisa sukses tanpa melewati enam perkara tersebut, yaitu :
1. ذكاء
Cerdas,
Seorang santri harus memiliki pikiran yang kuat sebab jika tidak dia akan
mengalami kesulitan dalam mencari ilmu.
Seorang Santri Sedang Belajar Dengan Tekun, Sungguh-sungguh dan Penuh Kesabaran |
2. حرص
Sungguh-sungguh,
dalam menuntut ilmu seorang santri harus bersungguh-sungguh dan tekun dalam
belajar di semua mata pelajaran.
3. اصطبر
Sabar,
dalam menuntut ilmu seorang santri harus selalu sabar untuk meraih apa yang
diinginkannya. Santri harus bisa bersabar dalam segala hal, diantaranya :
a)
Sabar dalam perintah
b)
Sabar dalam larangan
c)
Sabar dalam musibah
4. بلغة
Cukup
biaya, dalam menuntut ilmu seorang santri harus
mempunyai biaya yang cukup, karena jika tidak memiliki cukup biaya akan
menghambat proses belajarnya.
Beliau Berdua Adalah Guru Kami (santri Al-Fattah) Yang Selalu Memberi Arahan dan Nasihat Kepada Kami |
5. إرشاد أستاذ
Ada
pendidik, dalam proses belajar santri butuh terhadap guru maupun kyai. seorang
santri itu juga harus selalu mengikuti semua arahan, saran maupun nasehat dari
guru tersebut terutama romo yai.
6. طول زمان
Waktu
yang panjang, dalam proses belajar seorang santri membutuhkan waktu belajar
yang lama supaya matang ilmunya dan dapat bermanfaat di masyarakat.
Walaupun syarat itu cukup berat, semua ini harus dimiliki
oleh semua santri jika dia ingin bermanfaat di masyarakat kelak. maka dari itu,
tidak sepatutnya seorang santri hanya bermalas-malasan tanpa memikirkan apa
yang harus dia lakukan dimasa yang akan datang.
Seorang santri harus meningkatkan kemampuannya dengan
semaksimal mungkin baik itu kemampuan yang bersifat akademik maupun non akademik.
Dengan memenuhi syarat-syarat diatas, diharapkan setiap santri mampu
memaksimalkan kemampuannya. Kemampuan setiap santri memang berbeda-beda, apalagi sekarang ini tantangan di masyarakat
lebih berat, maka dari
itu mulai sekarang seorang santri seharusnya mampu mengaplikasikan kemampuannya
dan mulai mempunyai pemikiran “Apakah yang saya lakukan ini berdampak positif
/negative?”. Dengan perkataan kepada diri sendiri ini, maka selebihnya kita
akan bisa berintropeksi diri (muhasabah).
Kunci dari keberhasilan seorang santri adalah taat kepada
gurunya terutama terhadap romo yai, serta taat kepada peraturan yang berlaku di
lingkungan tempat santri itu belajar. Semua itu harus dilakukan dengan sepenuh
hati, jikalau ada santri yang tidak bisa melakukan hal tersebut, itu menandakan
bahwa dia tidak siap untuk berjuang di masyarakat.
Al Ustadz Ahmad Asrori, S.Pd.I |
Oleh Beliau Al Ustadz Ahmad Asrori, S.Pd.I (Dewan Asatidz Ponpes Al-Fattah)