Sunday, March 17, 2019

Nyantri? Pentingkah?


Santri dalam kehidupan

Santri adalah julukan bagi seseorang yang mencari ilmu yang berada di suatu tempat khusus, dimana di tempat itu memiliki beberapa komponen tertentu, diantaranya adanya pengasuh, pendidik dan santri itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pengamatan, santri masa kini dan santri zaman dahulu sudah jauh berbeda. Santri masa kini sudah menurun kualitas dan kuantitasnya, hal ini terjadi karena gempuran zaman dan beberapa faktor-faktor kehidupan. Diantaranya faktor lingkuangan, ekonomi, keyakinan dll. Dari faktor lingkungan, seseorang akan mudah terpengaruh oleh teman-temannya, jika banyak teman yang memilih kuliah maka dia pun akan terpengaruh, hal ini terjadi karena minimnya minat pelajar masa kini untuk mondok. Lalu dari faktor keyakinan, ada ungkapan yang mengatakan “sekarang kalau mondok, besok mau jadi apa?”. Ungkapan ini biasa dimiliki oleh orang-orang yang kurang kuat pemahaman agamanya, sehingga dia tidak berpikir bahwa kehidupan ini sudah ada yang mengatur dan mencukupi.

Akibat dari berbagai hal tersebut, santri yang berkeinginan mondok di zaman sekarang semakin menurun. Dan apabila hal ini terus ber lanjut, maka tidak dapat dipungkiri bahwa 10-20 tahun kedepan Islam akan mundur karena tidak ada generasi muda yang melanjutkan perjuangan para romo yai.

Oleh karena itu, seorang santri harus bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu terutama ketika belajar di pondok karena hal itu akan menjadi modal utama untuk dapat berjuang di masyarakat nanti. Dan perjuangan santri itu tidak harus melulu menjadi kyai, harus ada juga yang berada di bidang-bidang lain, misalkan pemerintahan, kesehatan, sosial, pendidikan, dll. Sebab jika tidak bidang-bidang itu akan diisi oleh orang-orang yang minim agamanya atau bahkan tidak beragama Islam.
Maka dari itu, hendaknya setiap santri memperhatikan adab dan tata cara yang baik dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat seperti dalam nadhom :

اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِســــِتَّةٍ   ۞   سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
 ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ ۞       وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

               Seorang santri tidak akan bisa sukses tanpa melewati enam perkara tersebut, yaitu :

  1. ذكاء 
               Cerdas, Seorang santri harus memiliki pikiran yang kuat sebab jika tidak dia akan mengalami kesulitan dalam mencari ilmu.
Seorang Santri Sedang Belajar Dengan
Tekun, Sungguh-sungguh dan Penuh Kesabaran

 2. حرص 
               Sungguh-sungguh, dalam menuntut ilmu seorang santri harus bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar di semua mata pelajaran.

   3. اصطبر 
               Sabar, dalam menuntut ilmu seorang santri harus selalu sabar untuk meraih apa yang diinginkannya. Santri harus bisa bersabar dalam segala hal, diantaranya :
a)      Sabar dalam perintah
b)      Sabar dalam larangan
c)      Sabar dalam musibah

 4. بلغة
               Cukup biaya, dalam menuntut ilmu seorang santri harus  mempunyai biaya yang cukup, karena jika tidak memiliki cukup biaya akan menghambat proses belajarnya.

Beliau Berdua Adalah Guru Kami (santri Al-Fattah)
Yang Selalu Memberi Arahan dan Nasihat Kepada Kami

 5. إرشاد أستاذ
               Ada pendidik, dalam proses belajar santri butuh terhadap guru maupun kyai. seorang santri itu juga harus selalu mengikuti semua arahan, saran maupun nasehat dari guru tersebut terutama romo yai.

 6. طول زمان
               Waktu yang panjang, dalam proses belajar seorang santri membutuhkan waktu belajar yang lama supaya matang ilmunya dan dapat bermanfaat di masyarakat.

Walaupun syarat itu cukup berat, semua ini harus dimiliki oleh semua santri jika dia ingin bermanfaat di masyarakat kelak. maka dari itu, tidak sepatutnya seorang santri hanya bermalas-malasan tanpa memikirkan apa yang harus dia lakukan dimasa yang akan datang.

Seorang santri harus meningkatkan kemampuannya dengan semaksimal mungkin baik itu kemampuan yang bersifat akademik maupun non akademik. Dengan memenuhi syarat-syarat diatas, diharapkan setiap santri mampu memaksimalkan kemampuannya. Kemampuan setiap santri memang berbeda-beda,  apalagi sekarang ini tantangan di masyarakat lebih berat, maka dari itu mulai sekarang seorang santri seharusnya mampu mengaplikasikan kemampuannya dan mulai mempunyai pemikiran “Apakah yang saya lakukan ini berdampak positif /negative?”. Dengan perkataan kepada diri sendiri ini, maka selebihnya kita akan bisa berintropeksi diri (muhasabah).

Kunci dari keberhasilan seorang santri adalah taat kepada gurunya terutama terhadap romo yai, serta taat kepada peraturan yang berlaku di lingkungan tempat santri itu belajar. Semua itu harus dilakukan dengan sepenuh hati, jikalau ada santri yang tidak bisa melakukan hal tersebut, itu menandakan bahwa dia tidak siap untuk berjuang di masyarakat.
 
Al Ustadz Ahmad Asrori, S.Pd.I

Oleh Beliau Al Ustadz Ahmad Asrori, S.Pd.I (Dewan Asatidz Ponpes Al-Fattah)

Previous Post
Next Post

0 comments: