Saturday, May 18, 2019

Sekelumit Karomah Mbah Arwani Kudus #1



1.   AIR PUTIH PEMBERIAN MBAH ARWANI BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN BAKAR

Suatu hari, Mbah Arwani pergi ke luar Kota untuk menghadiri suatu acara bersama beberapa Kiai dengan menggunakan mobil. Selepas menghadiri acara, rombongan Mbah Arwani pun pulang menuju Kudus. Baru sampai di daerah Rembang tiba-tiba mobilnya mogok. Setelah diperiksa oleh sang sopir, ternyata bahan bakar mobilnya habis. Sang sopir dan beberapa anggota rombongan bingung, karena pada waktu itu sangat jarang keberadaan SPBU atau yang menjual BBM eceran di pinggir jalan.

Di saat sopir dan para Kiai kebingungan, tiba-tiba Mbah Arwani memberi air putih kemasan dan dawuh (berkata), “Coba tuangkan pakai air putih ini.

Tanpa ragu, sang sopir pun mengiyakan dawuh Mbah Arwani tersebut. Subhanallah… mobil pun kembali bisa berjalan.

2.   MBAH ARWANI PERGI KE MADINAH DALAM SEKEJAP

KH. Manshur Popongan adalah guru Thariqahnya Mbah Arwani. Saat Mbah Manshur dirawat di sebuah Rumah Sakit di Kota Solo, Mbah Arwani menjenguk gurunya itu. Di sela-sela obrolan guru dan muridnya tersebut, tiba-tiba Mbah Manshur minta sesuatu kepada Mbah Arwani, “Mbah Arwani, saya ingin sekali makan kurma hijau, apa sampeyan bisa mencarikan untukku ?.

Dengan bergegas Mbah Arwani pun menyanggupi permintaan gurunya itu. Dalam sekejap, setelah Mbah Arwani keluar dari kamar tempat gurunya dirawat, Mbah Arwani langsung tiba di Kota Madinah Al-Munawwarah.

Setelah sampai di Madinah, Mbah Arwani pun langsung mencari kurma hijau di sebuah pasar Kota Madinah. Sehabis membeli kurma hijau, Mbah Arwani tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk ziarah ke makam Rasulullah SAW dan shalat di Masjid Nabawi. Namun, baru beberapa raka’at shalat selesai didirikan, Mbah Arwani melihat gurunya sudah berada di belakangnya. Betapa kaget Mbah Arwani karena sudah disusul oleh gurunya itu. Gurunya pun dawuh (berkata), “Selesai shalat langsung pulang, ya ?.

Mbah Arwani pun menjawab, “Nggeh, Mbah Yai.

3.   ROKOK PEMBERIAN MBAH ARWANI TAK PERNAH HABIS

Suatu waktu, ada seorang tamu yang sowan kepada Mbah Arwani. Tidak berselang lama, si tamu diberi jamuan dan sebungkus rokok. Setelah mendengar nasihat-nasihat dari Mbah Arwani, si tamu pun mohon pamit untuk pulang. Tetapi sebelum pulang, Mbah Arwani dawuh (berkata), “Bawa saja rokoknya, tapi jangan dihitung berapa isinya ?.
Si tamu pun mengangguk, “Nggeh, Mbah Yai.

Tak terasa, si tamu merasa heran, kenapa sudah satu minggu rokok yang dikasih Mbah Arwani itu tidak habis-habis, padahal dalam sehari ia bisa menghabiskan kurang lebih 6 batang rokok. Karena penasaran, ia pun membuka bungkus rokok yang dikasih Mbah Arwani tersebut, ternyata isinya tinggal 1 batang. Ia pun merasa bersalah karena tidak mematuhi pesan Mbah Arwani agar tidak menghitung jumlah rokoknya. Ia pun berpikir jika dalam sehari ia bisa menghabiskan 6 batang rokok berarti isi rokok yang ada di bungkus itu kurang lebih 42 batang, padahal pada waktu itu, umumnya satu bungkus rokok berisi 12 batang.
Subhanallah…

4.   MBAH ARWANI TERHINDAR DARI KECELAKAAN BUS

Kiai Manshur Maskan adalah santri kinasih sekaligus anak angkatnya Mbah Arwani. Setiap kali Mbah Arwani mendapat undangan sema’an Al Qur’an, Kiai Manshur sering diajak untuk menyimaknya.

Suatu hari, Kiai Manshur diajak gurunya untuk menghadiri undangan sema’an Al Qur’an di luar Kota. Karena jaraknya jauh, Mbah Arwani pun memutuskan untuk naik bus. Lama sekali Kiai Manshur dan gurunya menunggu datangnya bus. Tak berselang lama, ada bus yang kondisinya baik dan mulus lewat di depan mereka, saat Kiai Manshur akan menghentikan bus tersebut, tiba-tiba Mbah Arwani melarangnya, “Jangan bus ini, tapi bus berikutnya saja.

Kiai Manshur pun hanya mengiyakan dawuh gurunya itu. Kemudian datanglah bus yang kondisinya tidak baik dan kurang mulus di depan mereka. Kiai Manshur pun menghentikan bus tersebut atas perintah gurunya itu.

Dalam perjalanan, Kiai Manshur melihat sebuah peristiwa kecelakaan, ternyata yang kecelakaan adalah bus yang tadi hampir dinaiki dirinya dan gurunya itu. Dalam hati, Kiai Manshur berujar, “Ternyata Mbah Yai Arwani melihat kejadian sebelum kejadian itu terjadi.
Subhanallah…  

Oleh: Saifur Ashaqi (Alumni PTYQ Pusat)
Sumber: KH. Manshur Maskan dan KH. Sa’dullah Royani

5.   KETIKA ULAMA MESIR MEMUJI KEALIMAN MBAH ARWANI

Suatu ketika, KH. Sya'roni Ahmadi (Mustasyar PBNU) umroh dan membawa kitab “Faidlul Barokat” karya KH. M. Arwani Amin (Mbah Arwani).

Kitab tersebut diperlihatkan kepada Ulama Qiroat Makkah dan Madinah yang dikenal oleh Mbah Sya'roni, lantas para ulama tersebut berkomentar, “Tidak sembarang orang bisa menulis kitab ini kecuali seorang Muqri’ Al-Kabir (Ahli ilmu qiroah yang handal).

Setelah itu, giliran seorang ulama Mesir Syeikh Ahmad Yasin Muhammad Abdul Mutholib juga mendapatkan kitab “Faidlul Barokat.

Spontan beliau bersya’ir memuji kealiman Mbah Arwani :

Betapa bahagianya para pencari ilmu dari Kudus, beruntung bisa dekat Sang Rahman dengan Mbah Arwani.
"Siapa saja yang berada se-zaman didekatnya meski hanya sehari, akan pulang ke keluarganya dengan hati berseri-seri."

"Hidup bersama mereka adalah anugerah dan kemuliaan dari Sang Pemilik Keagungan yang telah memberiku anugerah tiada terperi (sebab jumpa dengan Mbah Arwani)."

Sampai sekarang, kitab “Faidlul Barokat” sudah diajarkan di berbagai Pesantren Tahfidz di Indonesia, bahkan sudah sampai diajarkan di kawasan Arab terutama Arab Saudi dan Mesir.

Sejarah Penulisan Kitab “Faidlul Barokat

Menurut riwayat santri dekatnya, pada masa belajar ilmu Qiroat di Krapyak, Yogyakarta, beliau selalu datang dua jam sebelum setoran ngaji dimulai. Yakni jam 11 malam beliau sudah ada di majlis, padahal setoran dimulai jam 01.00 dini hari.

Selain itu, beliau selalu menyimak dengan seksama, menulis semua yang diucapkan oleh gurunya, sebab proses belajarnya dengan metode Talaqi Qiro’ah. Catatan tulisan tersebutlah yang menjadi kitab “Faidlul Barokat” tiga puluh juz lengkap.

Tidak heran diantara murid-murid Mbah Munawir (Pendiri Ponpes Al-Munawir, Krapyak) hanya Mbah Arwani yang diberi Ijazah Qiroah Sab’ah, bahkan di depan muridnya beliau dawuh (menyampaikan) untuk belajar kepada Mbah Arwani saja kalau beliau sudah wafat.

6.   KELEMBUTAN AKHLAK MBAH ARWANI KETIKA DIHINA

Dalam pengajian Tafsir Jalalain belum lama ini, Pengasuh Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah, KH Muhammad Shofi Al Mubarok menceritakan salah satu kisah kehidupan KH. Arwani Amin Kudus.

Ia menerangkan, seusai menghadiri pembukaan thoriqoh yang baru saja didirikan oleh KH. Arwani Amin, KH. Manshur Maskan, murid kesayangan Kiai Arwani melihat tulisan yang mengusik hatinya.

"Arwani Edan". Ya, begitulah tulisan yang tertera melekat di dinding pinggiran jalan.

Melihat tulisan yang masih basah itu, Kiai Mansur Maskan lantas bergegas matur kepada Kiai Arwani untuk meminta izin menghapus tulisan yang tidak bertanggung jawab tersebut. Namun, apa yang justru dikatakan Kiai Arwani ?.

"Ojo dibusak disik, ben aku weruh disik. ben wong sing nulis iku puas. Onone wong kui nulis, mergo nduwe tujuan ben tak woco. wes jarke disik. ngko nak aku wes weruh, hapusen." (Jangan dihapus dulu, agar orang yang menulis puas. Adanya orang itu nulis karena memiliki tujuan agar saya membaca. Sudah biarkan saja dulu. Nanti kalau saya sudah melihat, hapuslah).

Diriwayatkan oleh Kiai Manshur Maskan, beliau wafat pada 31 Maret 2004 M/10 Safar 1426 H dalam usia 59 tahun.

Sumber: Situs PBNU
Previous Post
Next Post

0 comments: