Friday, September 27, 2019

Modus Mufassir Tanpa Dalil

Jalsah At Tibyan  
  • Sebar luaskan ilmu ilmu di dalam Al-qur’an. Mengajak orang lain melakukan perintah yang ada didalam Al-qur’an. Semua orang Islam sepakat wajib menghormati, memulyakan, menyucikan, dan menjaga Al-qur’an.
  • “Barang siapa berani mengingkari, tidak percaya cerita cerita yang ada di dalam Al-qur’an maka ia kafir.”
  • Semua orang Islam sepakat bahwa yang tertulis dalam mushaf Al-qur’an. Dari awal al-fatihah sampai akhir ayat an-nas semuanya itu adalah kalamullah.
  • Orang kafir di larang memegang Al-qur’an. Jangankan memegang membawa ke tempatnya saja sudah tidak boleh, seperti yang tercantum dalam hadist :
·         Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. melarang bersafar membawa mushaf al-Qur’an ke negeri musuh, (HR Bukhari [2990] dan Muslim [1869]).
·        Dalam riwayat lain ditambahkan, “Dikhawatirkan mushaf tersebut akan jatuh ke tangan musuh,” (HR Muslim [1869]).
·        Dalam riwayat lain pula disebutkan, “Sesungguhnya aku tidak merasa aman mushaf tersebut akan jatuh ke tangan musuh,” (HR Muslim [1869]).
  •  Haram mentafsiri Al-qur’an tanpa dasar ilmu. Bila menafsiri Al-qur’an dengan pendapat sendiri dan ternyata benar, tetap salah. Orang alim yang belum ahli tafsir haram menafsiri Al-qur’an. Namun,ia boleh merangkum dari tafsiran ulama’ ulama’ terpercaya.
  • Orang yang berani menafsiri Al-qur’an tanpa dalil yang benar ada macam-macam:
o   Bertujuan untuk mendukung kelompoknya.
o   Semata-mata untuk mengalahkan musuhnya.
o   Untuk mengajak orang lain mengikutinya.
·       Haram berdebat tentang arti Al-qur’an yang tidak jelas dalilnya. Debat Al-qur’an yag membuat orang lain ragu itu dilarang. Debat yang dilarang adalah yang dilakukan oleh orang orang yang menyesatkan.
·       Sebaiknya tata krama bertanya tentang Al-qur’an adalah “apa hikmahnya?”, jangan bertanya “apa sebabnya?”. Makruh ketika hafalan dan tidak bisa melanjutkan langsung bertanya. Sepertidari Abdillah ibni Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah satu dari kalian bertanya ayat yang lupa, karena sama dengan dilupakan”.Rasulullah SAW bersabda: “Alangkah jeleknya ketika tidak ingat ayat, berkata Saya lupa ayat ini, tapi berkatalah saya dilupakan ayat ini.”


Diampu Oleh Abuya KH. Ahmadi Abdul Fattah, Lc. MA.
Previous Post
Next Post

0 comments: