Bulan ini menjadi bulan yang bersejarah
bagi Kang Badrul. Tepat di bulan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wasallam dia memutuskan untuk masuk islam. Memang hidayah itu mutlak hak
prerogatif Allah Azza Wa Jalla, dia masuk islam karena tidak sengaja
mendengarkan pembacaan Maulid Badrul Qomaroin. Meskipun Kang Badrul tidak paham
artinya, namun dia merasa hatinya sejuk dan tenang saat mendengar pembacaan
maulid itu. Sejak itu dia tertarik dengan Agama Islam dan selang sebulan dia
memutuskan untuk masuk islam dan merubah namanya dari Kamino menjadi Badrul Qomaroin.
Gelap telah menyelimuti langit, dengan
selimut bermotif bintang-bintang yang indah. Kang Badrul sedang leyeh-leyeh di
kursi rumahnya sambil mendengarkan ceramah dari seorang ustaz lewat radio
bututnya. Kang Badrul sedang ingin
mengetahui lebih dalam tentang maulid nabi setelah dia kemarin tidak sengaja
mendengar lewat radionya jika malam kelahiran nabi itu lebih baik dari lailatul
qodr.
"Lho kok bisa ?" Gumam
nya.
Setelah itu dia langsung pergi ke
rumah Haji Soleh, imam masjid di desanya untuk menjawab rasa penasarannya.
"Ya bisa lah kang, wong kalau
kanjeng nabi ndak lahir apa ada lailatul qodr ?" Jawab Haji Soleh.
Sejak itu Kang Badrul ingin
mengetahui lebih dalam tentang maulid. Setelah beberapa kali mengganti frekuensi
radio, akhirnya dia menemukan channel ceramah, dan entah kebetulan atau tidak,
si penceramah sedang menerangkan tentang maulid nabi. Setelah beberapa menit
mendengarkan ceramah itu Kang Badrul malah bingung, karena si penceramah sejak
tadi menghimbau agar jangan melakukan perayaan maulid, karena katanya maulid
nabi itu perbuatan mengkultuskan nabi dan bidah.
"Merayakan maulid nabi itu
tidak ada contohnya, baik pas zaman tabiin sahabat apalagi zaman rasulullah.
Tidak usah terlalu kreatif." Ucap si penceramah di radio.
"Lho piye tho iki."
Batin Kang Badrul bergejolak campur bimbang.
Esoknya setelah salat subuh Kang Badrul
berniat untuk bertanya kepada Haji Soleh, namun dia tidak melihat Haji Soleh di
masjid subuh itu. Dia hanya bertemu dengan anaknya, Gus Ali.
"Gus, aku mau tanya soal
maulid nabi." Tanya Kang Badrul langsung tanpa basa-basi.
"Oh, tentang maulid. Pasti
mau tanya apakah maulid itu bidah atau nggak kan? Ya bidah kang, jelas-jelas
bidah." Jawab Gus Ali.
"Rasulullah, sahabat dan
tabiin nggak ada yang pernah melakukan perayaan maulid. Dan di Bulan Rabiul Awwal
juga rasulullah wafat, lebih baik kita mengedepankan kesedihan atas wafatnya
beliau di banding dengan kebahagiaan atas kelahirannya, tinggalkan perbuatan
maulid kang, karena itu perbuatan bidah yang batil." Jelas Gus Ali panjang
lebar.
"Lho lho, bener gitu gus
?" Tanya Kang Badrul dengan wajah terkejut bercampur tak percaya.
"Tapi kok bapak kamu ngadain
maulid ?"
"Bener kang. Sampeyan itu
mualaf, ilmu tentang agama masih dikit, jadi percaya aja sama saya. Masalah bapakku,
ya itu karena bapakku belum dapet
hidayah aja." Jelas Gus Ali dengan pd-nya.
"Heuheuheuheu.." Tiba-tiba
terdengar suara ngikik dari serambi masjid.
"Banyak orang yang merasa
pintar, padahal bodoh saja ndak punya, heuheuheu."
"Lho kang toghom, sejak
kapan disitu ?" Tanya Kang Badrul.
Ternyata suara Kang Toghom,
marbot masjid yang sedang nyapu serambi masjid.
"Lha, saya dari tadi disini kang,
heuheuheu."
"Gus, gus, kok njenegan
membidah-bidahkan maulid, memang sudah merasa dekat dengan kanjeng nabi ya ?
Heuheuheu." Tanya Kang Toghom kepada Gus Ali.
"Lho apa harus lewat maulid
buat dengan dengan rasulullah ? Lebih baikkan lewat mengerjakan sunnah-sunnah
nya."
"Heuheuheuheu.." Kang
Toghom malah ngikik.
"Gus..bukanya Kanjeng Nabi pernah
dawuh kalau orang yang paling dekat dengan beliau itu orang yang paling banyak
bersholawat kepadanya ? Dan di dalam acara maulid itu kan kita bersholawat
dengan beliau ? "
"Njenegan salawat berapa kali
sehari ? 100 ? 500 ? 1000 ? Kok berani bilang maulid bidah yang batil ?"
Tanya Kang Toghom dengan wajah serius.
"Ehh...ee...ya saya salawat..."
Gus Ali kikuk.
"Gini gus, tujuan maulid itu
agar kita lebih mengenal kanjeng nabi, berusaha dekat dengan kanjeng nabi, karena
di dalam acara maulid itu di bacakan salawat kanjeng nabi, riwayat hidup kanjeng
nabi, dan pujian-pujian untuk kanjeng nabi. Di zaman kanjeng nabi para sahabat ndak
ngadain acara maulid karena kanjeng nabi itu bersama mereka dekat dengan
meraka, perang, salat, bercanda bersama. Lalu para tabiin ndak ngadain maulid
juga, kenapa ? Karena ikatan kedekatan mereka dengan kanjeng nabi itu masih
kuat, karena apa ? Karena guru-guru mereka itu para sahabat, orang yang merasakan
manis pahit kehidupan bersama kanjeng nabi. Lha kita ? Saya, Njenengan ? Kita
hidup jauh setelah kanjeng nabi wafat. 14 abad yang lalu. Bayangkan gus, jika
di zaman yang sudah amburadul begini ndak ada acara seperti ini, sulit
sepertinya kita untuk dapat mendekat apalagi mengenal sosok panutan yang mulia
ini."
"Dan esensi dari maulid itu,
selain agar kita lebih dekat dengan kanjeng nabi, juga sebagai wujud rasa syukur
kita atas kelahiran beliau. Karena beliau kita menjadi umat termulia. Dan
menjadi umat beliau itu juga merupakan fadhol yang besar juga gus, dan dengan acara
maulid inilah wujud kita mensyukuri nikmat yang agung ini." Panjang lebar Kang
Toghom menjawab.
Kang badrul melongo sekaligus
takjub atas penjelasan Kang Toghom yang masuk akal. Hatinya tenang dan mantap.
"Lha bidah ya tetap bidah
kang, saya tetep nggak suka." Jawab Gus Ali kekeuh.
"Heuheuheueheuheu..."
Kang Toghom malah ngikik terlingkal-pingkal.
"Gus Ali..sependek
pengetahuan saya, ada dua golongan yang ndak suka sama maulid nabi. Pertama itu
iblis dan yang kedua itu orang yahudi. Nah Gus Ali itu termasuk yang mana ?
Heuheueheueheu." Kang toghom ngikik tambah keras. Kang Badrul Hanya
senyum-senyum menahan tawa. Sedangkan Gus Ali wajahnya merah, menahan kencing
mungkin..heuheueheu.
"Eh..ya saya ya..saya pamit
dulu.."
"Lho..njenegan lupa salam gus..heueheuehu."
teriak Kang Toghom.
Kang toghom ngikik sambil
meneruskan nyapu serambi masjid. Kang badrul sekarang merasa mantap dengan
maulid berkat penjelasan Kang Toghom tadi. Diam-diam dia takjub dengan Kang
Toghom.
"Sangar kali orang
ini." Batinnya.
"Sangar gimana kang ? Wong
bodoh saja saya ndak punya..heuheuheu."
"Eh, kang, lho kok.."
Kang Toghom hanya ngikik melihat wajah
kebingungan Kang Badrul. Ia terus asyik dengan kegiatan nyapunya sembari lirih
bersalawat, Assholatu Wassalaamu Alaika Ya Sayyidii Ya Rasulallah...Khudz
Biyadi..
*Di sarikan dari
resume kitab husnul maqsid dan penjelsan-penjelasan Gus Aniq di berbagai
kesempatan.