Friday, November 8, 2019

Sudah Merasa Dekat Dengan Nabi Kah ? Kok Membidahkan Maulid


Hasil gambar untuk karikatur kubah hijau 




               Bulan ini menjadi bulan yang bersejarah bagi Kang Badrul. Tepat di bulan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam dia memutuskan untuk masuk islam. Memang hidayah itu mutlak hak prerogatif Allah Azza Wa Jalla, dia masuk islam karena tidak sengaja mendengarkan pembacaan Maulid Badrul Qomaroin. Meskipun Kang Badrul tidak paham artinya, namun dia merasa hatinya sejuk dan tenang saat mendengar pembacaan maulid itu. Sejak itu dia tertarik dengan Agama Islam dan selang sebulan dia memutuskan untuk masuk islam dan merubah namanya dari Kamino menjadi Badrul Qomaroin.

               Gelap telah menyelimuti langit, dengan selimut bermotif bintang-bintang yang indah. Kang Badrul sedang leyeh-leyeh di kursi rumahnya sambil mendengarkan ceramah dari seorang ustaz lewat radio bututnya. Kang Badrul  sedang ingin mengetahui lebih dalam tentang maulid nabi setelah dia kemarin tidak sengaja mendengar lewat radionya jika malam kelahiran nabi itu lebih baik dari lailatul qodr.

               "Lho kok bisa ?" Gumam nya.

               Setelah itu dia langsung pergi ke rumah Haji Soleh, imam masjid di desanya untuk menjawab rasa penasarannya.

              "Ya bisa lah kang, wong kalau kanjeng nabi ndak lahir apa ada lailatul qodr ?" Jawab Haji Soleh.

               Sejak itu Kang Badrul ingin mengetahui lebih dalam tentang maulid. Setelah beberapa kali mengganti frekuensi radio, akhirnya dia menemukan channel ceramah, dan entah kebetulan atau tidak, si penceramah sedang menerangkan tentang maulid nabi. Setelah beberapa menit mendengarkan ceramah itu Kang Badrul malah bingung, karena si penceramah sejak tadi menghimbau agar jangan melakukan perayaan maulid, karena katanya maulid nabi itu perbuatan mengkultuskan nabi dan bidah.

               "Merayakan maulid nabi itu tidak ada contohnya, baik pas zaman tabiin sahabat apalagi zaman rasulullah. Tidak usah terlalu kreatif." Ucap si penceramah di radio.

               "Lho piye tho iki." Batin Kang Badrul bergejolak campur bimbang.

               Esoknya setelah salat subuh Kang Badrul berniat untuk bertanya kepada Haji Soleh, namun dia tidak melihat Haji Soleh di masjid subuh itu. Dia hanya bertemu dengan anaknya, Gus Ali.

               "Gus, aku mau tanya soal maulid nabi." Tanya Kang Badrul langsung tanpa basa-basi.

               "Oh, tentang maulid. Pasti mau tanya apakah maulid itu bidah atau nggak kan? Ya bidah kang, jelas-jelas bidah." Jawab Gus Ali.

               "Rasulullah, sahabat dan tabiin nggak ada yang pernah melakukan perayaan maulid. Dan di Bulan Rabiul Awwal juga rasulullah wafat, lebih baik kita mengedepankan kesedihan atas wafatnya beliau di banding dengan kebahagiaan atas kelahirannya, tinggalkan perbuatan maulid kang, karena itu perbuatan bidah yang batil." Jelas Gus Ali panjang lebar.

               "Lho lho, bener gitu gus ?" Tanya Kang Badrul dengan wajah terkejut bercampur tak percaya.

               "Tapi kok bapak kamu ngadain maulid ?"

               "Bener kang. Sampeyan itu mualaf, ilmu tentang agama masih dikit, jadi percaya aja sama saya. Masalah bapakku,  ya itu karena bapakku belum dapet hidayah aja." Jelas Gus Ali dengan pd-nya.

               "Heuheuheuheu.." Tiba-tiba terdengar suara ngikik dari serambi masjid.

               "Banyak orang yang merasa pintar, padahal bodoh saja ndak punya, heuheuheu."

               "Lho kang toghom, sejak kapan disitu ?" Tanya Kang Badrul.

               Ternyata suara Kang Toghom, marbot masjid yang sedang nyapu serambi masjid.

               "Lha, saya dari tadi disini kang, heuheuheu."

               "Gus, gus, kok njenegan membidah-bidahkan maulid, memang sudah merasa dekat dengan kanjeng nabi ya ? Heuheuheu." Tanya Kang Toghom kepada Gus Ali.

               "Lho apa harus lewat maulid buat dengan dengan rasulullah ? Lebih baikkan lewat mengerjakan sunnah-sunnah nya."

               "Heuheuheuheu.." Kang Toghom malah ngikik.

               "Gus..bukanya Kanjeng Nabi pernah dawuh kalau orang yang paling dekat dengan beliau itu orang yang paling banyak bersholawat kepadanya ? Dan di dalam acara maulid itu kan kita bersholawat dengan beliau ? "

               "Njenegan salawat berapa kali sehari ? 100 ? 500 ? 1000 ? Kok berani bilang maulid bidah yang batil ?" Tanya Kang Toghom dengan wajah serius.

               "Ehh...ee...ya saya salawat..." Gus Ali kikuk.

               "Gini gus, tujuan maulid itu agar kita lebih mengenal kanjeng nabi, berusaha dekat dengan kanjeng nabi, karena di dalam acara maulid itu di bacakan salawat kanjeng nabi, riwayat hidup kanjeng nabi, dan pujian-pujian untuk kanjeng nabi. Di zaman kanjeng nabi para sahabat ndak ngadain acara maulid karena kanjeng nabi itu bersama mereka dekat dengan meraka, perang, salat, bercanda bersama. Lalu para tabiin ndak ngadain maulid juga, kenapa ? Karena ikatan kedekatan mereka dengan kanjeng nabi itu masih kuat, karena apa ? Karena guru-guru mereka itu para sahabat, orang yang merasakan manis pahit kehidupan bersama kanjeng nabi. Lha kita ? Saya, Njenengan ? Kita hidup jauh setelah kanjeng nabi wafat. 14 abad yang lalu. Bayangkan gus, jika di zaman yang sudah amburadul begini ndak ada acara seperti ini, sulit sepertinya kita untuk dapat mendekat apalagi mengenal sosok panutan yang mulia ini."

               "Dan esensi dari maulid itu, selain agar kita lebih dekat dengan kanjeng nabi, juga sebagai wujud rasa syukur kita atas kelahiran beliau. Karena beliau kita menjadi umat termulia. Dan menjadi umat beliau itu juga merupakan fadhol yang besar juga gus, dan dengan acara maulid inilah wujud kita mensyukuri nikmat yang agung ini." Panjang lebar Kang Toghom menjawab.

               Kang badrul melongo sekaligus takjub atas penjelasan Kang Toghom yang masuk akal. Hatinya tenang dan mantap.

               "Lha bidah ya tetap bidah kang, saya tetep nggak suka." Jawab Gus Ali kekeuh.

               "Heuheuheueheuheu..." Kang Toghom malah ngikik terlingkal-pingkal.

               "Gus Ali..sependek pengetahuan saya, ada dua golongan yang ndak suka sama maulid nabi. Pertama itu iblis dan yang kedua itu orang yahudi. Nah Gus Ali itu termasuk yang mana ? Heuheueheueheu." Kang toghom ngikik tambah keras. Kang Badrul Hanya senyum-senyum menahan tawa. Sedangkan Gus Ali wajahnya merah, menahan kencing mungkin..heuheueheu.

               "Eh..ya saya ya..saya pamit dulu.."

               "Lho..njenegan lupa salam gus..heueheuehu." teriak Kang Toghom.

               Kang toghom ngikik sambil meneruskan nyapu serambi masjid. Kang badrul sekarang merasa mantap dengan maulid berkat penjelasan Kang Toghom tadi. Diam-diam dia takjub dengan Kang Toghom.

               "Sangar kali orang ini." Batinnya.

               "Sangar gimana kang ? Wong bodoh saja saya ndak punya..heuheuheu."

               "Eh, kang, lho kok.."

               Kang Toghom hanya ngikik melihat wajah kebingungan Kang Badrul. Ia terus asyik dengan kegiatan nyapunya sembari lirih bersalawat, Assholatu Wassalaamu Alaika Ya Sayyidii Ya Rasulallah...Khudz Biyadi..

*Di sarikan dari resume kitab husnul maqsid dan penjelsan-penjelasan Gus Aniq di berbagai kesempatan.


Previous Post
Next Post

0 comments: