“cobalah saling bicara, barangkali dapat mengurir keanggungan diantara
kita”. aku membuka suara, memecah keheningan yang tadi tanpa sengaja telah aku
ciptakan. bukan tanpa maksud aku menanyakan masa lalu dan masalah yang sedang
di hadapinya. walaupun aku tahu ia hanya akan diam, namun seagai wanita aku
tidak tega melihatnya, sekalipun ia berusaha menutupinya. matanya ta dapat
berbohong, ia sepi, hilang, dan kosong.Tuhan ijinka aku mejadi alasanya untuk
kembali tesenyum.
“percuma aja kak,cerita sama orang yang ga pernah ngalamin”,ia berbicara
tanpa memandangku,berusaha agar aku ta memandang wajahnya yang terus
menunduk.kuakui iamemang laki-laki yang tertutup,karna itulah aku menaruh rasa
terhadapnya,namun ta ada keberanian untuk memilikinya.
“setidakya setiap orang membutuhkan sandaran saat ia terpuruk”.aku
mencoba menenagkanya.
“hahaha,ku laki –laki kak!,benci menangis, benci menjadi lemah,benci
dikasihani……..”
“bukanya kakak kasihan,kakak peduli”.aku langsung memotong
ucapanya,teramat perih menyaksikan tawa getir yang akan ia keluarkan saat ia
mulai merasa lemah. sekalipun aku baru mengenalnya tiga bulan serta usia kami
yang terpaut tujuh tahun,aku dapat memahaminya.ia telah lelah.
“percuma kak,banyak orang yang pernah ngomong kalo mereka
peduli,ujung-ujungnya mereka pergi. apa ini tujuan kakak?jujur aja kak,kakak tu
Cuma kasian, ga ada sedikitpun kepedulian di hati kakak!”.
Ia telah telah berhasil membuat mataku berkaca-kaca,tidak ada yang lebih
menyakitkan selain orang yang kita perjuangkan tidak lagi percaya terhadap
kita. kakak ga minta banyak,dikit aja kamu beriin beban itu sama
kakak,barangkali walaupun ga banyakkakak
bisa bantu senyum aneh itu kebali muncul,disusul tawa getiryang sama
sekali gangerubag keadaanya jadi lebih baik.
“hahaha,satu hal yang harusnya kakak tahu adalah,aku paling gasuka
diperintah,entah itu teman, guru dan orang tua pun ga ada satupun dari mereka
yang aku dengerin, apalagi aku laksanain kak…”
aku
hanya diam sambil berusaha bersikap biasa,agar mata yang sudah berkaca-kaca
tidak mengalir ke pipi.ia kembali bicara.
“bahkan perintah Tuhan aja kadang ga aku laksanain kak!”
“maafin kakak,kakak Cuma pengen bikin kamu nyaman di dekat kakak”
“kakak tau kenapa sekarang aku deket ama dia?”
“ga,”jawabku
sambilmenggelengkan kepala.
“karna aku suka cewe ramah”ucapnya tegas,ia telah
sempurna memuatku menangis,namun sepertinya ia sadar telah memilih kata untuk
di ucapkan.
“maaf kak,bukan gitu
maksud aku”
lalu di peluknya tubuhku,aku
menangis dalam peluknya.disertai detak jantungnya, hangat tubuhnya juga
tanganya yang mebelai rambutku, aku bahagia, teramat bahagia