Monday, January 27, 2020

"Bangkitlah dengan Ijinku."


               Seperti pada tulisan kami yang berjudul “Kita Ini Spesial.”


               Di sana dijelaskan bahwa seorang dikaum Nabi Muhammad SAW sama seperti Nabi pada zaman bani Israel.
               Diceritakan dahulu pada zaman"
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, salah satu murid beliau berdebat dengan seorang ahli Nashrani. Sang murid berdebat soal kehebatan Nabi Muhammad Saw dengan Nabi Isa. Orang Nashrani itu mengunggulkan Nabi Isa, bahkan mengatakannya lebih hebat dari Nabi Muhammad Saw.
               Namun, murid Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani lebih mengatakan bahwa Nai Muhammad lah yang paling hebat di antara Nabi lainnnya. Dimulailah debat antara mereka berdua. Sang Nashrani terus mengatakan mu’jizat mu’jizat Nabi Isa, begitu pula dengan murid Syaikh Abdul Qadir. Hingga pada sang Nashrani mengatakan Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati, si murid tidak dapat berkata apa apa lagi.
               Sang murid pun kemudian megadukan kejadian tersebut kepada sang guru, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. mendengar cerita dari sang murid, Syaikh Abdul Qadir pun meminta untuk dipertemukan dengan sang Nashrani yang mengatakan Nabi Isa lah yang paling hebat. Hingga bertemulah mereka.
               “Engkau yang mengatakan Nabi Isa lebih hebat dari pada Nabi Muhammad?” Tanya Syaikh Abdul Qadir kepada sang Nashrani.
               “Iya.”   
               “Apa alasannya?”
               “Karena beliau dapat menghidupkan orang  mati.”
               “Kalau begitu, carikn aku makam paling tua yang ada di sini.”
               Sang Nashrani pun menuruti ucapan Syaikh Abdul Qadir, ia pun mencari makam yang paling tua. Didapatkannya makam seorang penyanyi,makam itu makam yang paling tua di sekitar situ. Sang Nashrani pun mengatakan makam itu kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
               “Ini makam yang paling tua? tdak ada yang paling tua lagi?”
               “Iya.”
               “Lihatlah. Bila Nabi Isa menghidupkan orang mati dengan ucapan قم باذن الله  . Maka lihatlah.”
               قم باذني
               Sang Mayit pun tiba tiba terbangun dari qubur. Kemudian, menceritakan segala sesuatu tentang dirinya. Sang Nashrani sangat kaget melihat kejadian tersebut.
               “Lihatlah. Lha wong cucunya saja bisa menghidupkan orang mati dengan izinnya sendiri, lalu, bagaimana dengan kakeknya, pasti lebih hebat lagi.”

Saturday, January 18, 2020

'Uzlah dan Hubungannya dengan Muamalah


خص البلاء بمن عرف الناس, وعاش فيهم من لم يعرفهم (رواه القضاعي)

                              Hadits ini merupakan konsekuensi yang diterima seseorang bila ia sering bermuamalah dengan sesama manusia, Bala’ yang diterima disebaban oleh keikutsertaan yang harus dilakukannya untuk memimpin mereka (entah itu diri mereka atau kehormatan mereka), sehingga mau tidak mau harus ikut campur dalam urusan-urusan mereka.

                        Sedangkan orang yang jarang berkumpul dengan manusia lain, seakan-akan ia hidup selamanya bersama tuhannya. Dengan tidak berkumpulnya dengan manusia lain, ia bisa lebih menjaga diri dan agamanya, inilah yang digunakan hujjah oleh seseorang yang sedang ber’uzlah.

                        Lalu apakah kita tidak boleh berkumpul dengan manusia (setelah mengetahui akibatnya?) Tidak! maksud hadits ini bukannya melarang kita untuk berkumpul dengan manusia lainnya, hanya akibatnya. Allah berfirman واتقوا اللَّهَ وأصلحوا ذات بينكم, Allah menyuruh kita untuk memperbaiki hubungan kita dengan manusia lain. pun demikian dengan para nabi, selalu mendapat cobaan karena mereka berkumpul bersama ummatnya. seperti kisah nabi Musa u mendapat cobaan dari Allah lewat Fir’aunذلك بلاء من ربك العظيم        

                        Terjemah hadits: bala’ itu dikhususkan pada orang yang mengenal manusia, sedangkan mereka yang tidak mengenal manusia seakan-akan hidup selamanya.


                        ‘Uzlah adalah menepi dari kehidupan manusia untuk lebih fokus bertaqorrub kepada Allah, sisi baiknya kita dapat terjaga dari fitnah serta bala’ yang disebabkan berkumpul dengan manusia. sisi kurang baiknya adalah tidak ada orang yang menyerukan agama Allah ditengah rusaknya manusia, bisa saja ia menjadi hujjah nanti di Akhirat atas ketidaktahuan manusia terhadap agama Allah.

Oleh : M. Alawy Mahfudz