خص
البلاء بمن عرف الناس, وعاش فيهم من لم يعرفهم (رواه القضاعي)
Hadits ini merupakan
konsekuensi yang diterima seseorang bila ia sering bermuamalah dengan sesama
manusia, Bala’ yang diterima disebaban oleh keikutsertaan yang harus
dilakukannya untuk memimpin mereka (entah itu diri mereka atau kehormatan
mereka), sehingga mau tidak mau harus ikut campur dalam urusan-urusan mereka.
Sedangkan
orang yang jarang berkumpul dengan manusia lain, seakan-akan ia hidup selamanya
bersama tuhannya. Dengan tidak berkumpulnya dengan manusia lain, ia bisa lebih
menjaga diri dan agamanya, inilah yang digunakan hujjah oleh seseorang yang sedang
ber’uzlah.
Lalu
apakah kita tidak boleh berkumpul dengan manusia (setelah mengetahui
akibatnya?) Tidak! maksud hadits ini bukannya melarang kita untuk berkumpul
dengan manusia lainnya, hanya akibatnya. Allah berfirman واتقوا اللَّهَ وأصلحوا
ذات بينكم, Allah menyuruh kita untuk memperbaiki
hubungan kita dengan manusia lain. pun demikian dengan para nabi, selalu
mendapat cobaan karena mereka berkumpul bersama ummatnya. seperti kisah nabi
Musa u mendapat
cobaan dari Allah lewat Fir’aunذلك بلاء من ربك العظيم
Terjemah
hadits: bala’ itu dikhususkan pada orang yang mengenal manusia, sedangkan
mereka yang tidak mengenal manusia seakan-akan hidup selamanya.
‘Uzlah
adalah menepi dari kehidupan manusia untuk lebih fokus bertaqorrub
kepada Allah, sisi baiknya kita dapat terjaga dari fitnah serta bala’ yang
disebabkan berkumpul dengan manusia. sisi kurang baiknya adalah tidak ada orang
yang menyerukan agama Allah ditengah rusaknya manusia, bisa saja ia menjadi
hujjah nanti di Akhirat atas ketidaktahuan manusia terhadap agama Allah.
Oleh : M. Alawy Mahfudz
0 comments: