Allah ta’ala telah berfirman dalam al-qur’an bahwasanya setiap hal yang terjadi di dunia ini dapat terjadi semua atas kehendak Allah, setiap hal. Tapi, dalam firmannya yang lain Allah juga berfrman bahwa segala sesuatu yang baik itu terjadi dari Allah sementara setiap yang berlawanan dengan itu terjadi dari manusia.
Jika dipandang dengan kacamata tekstual, dua firman diatas ‘seperti’ berlawanan satu sama lain. Firman pertama menyebut bahwa setiap hal, setiap perkara di dunia terjadi atas kehendak Allah, sementara dari firman kedua dapat dipahami bahwa yang dari Allah adalah perkara yang baik saja.
Lalu
pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara kita dapat menggabungkan dua
firman yang seperti ‘berlawanan’ ini? Padahal kita yakin bahwa setiap yang
difirmankan oleh-Nya pastilah bersifat mutlak kebenarannya.
Jawaban
dari pertanyaan itu dapat kita temui di kitab arba’in nawawi, kitab hadits
karangan Imam An-Nawawi pada hadits ke-17
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ
فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ
وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
Isi kandungan dari hadits ini adalah bahwa Allah telah menetapkan ihsan pada setiap hal, setiap hal. Jadi sebenarnya setiap hal jika dikerjakan dalam koridor ihsan juga pasti akan berbuah menjadi amal yang bermanfaat. Tapi, dalam kenyataanya sering kali kita lupa akan berihsan dalam beramal sehingga alih-alih pahala amal yang kita dapat malah dosa yang kita dapat.
Wallahu
A’lam.
Oleh: Ahmad Minhajul Akrom