Sunday, June 21, 2020

IHSAN LUR!!!


                Allah ta’ala telah berfirman dalam al-qur’an bahwasanya setiap  hal yang terjadi di dunia ini dapat terjadi semua atas kehendak Allah, setiap hal. Tapi, dalam firmannya yang lain Allah juga berfrmabahwa segala sesuatu yang baik itu terjadi dari Allah sementara setiap yang berlawanan dengan itu terjadi dari manusia.

               Jika dipandang dengan kacamata tekstual, dua firman diatas ‘seperti’ berlawanan satu sama lain. Firman pertama menyebut bahwa setiap hal, setiap perkara di dunia terjadi atas kehendak Allah, sementara dari firman kedua dapat dipahami bahwa yang dari Allah adalah perkara yang baik saja.

               Lalu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara kita dapat menggabungkan dua firman yang seperti ‘berlawanan’ ini? Padahal kita yakin bahwa setiap yang difirmankan oleh-Nya pastilah bersifat mutlak kebenarannya.

               Jawaban dari pertanyaan itu dapat kita temui di kitab arba’in nawawi, kitab hadits karangan Imam An-Nawawi pada hadits ke-17 

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

          Isi kandungan dari hadits ini adalah bahwa Allah telah menetapkan ihsan pada setiap hal, setiap hal. Jadi sebenarnya setiap hal jika dikerjakan dalam koridor ihsan juga pasti akan berbuah menjadi amal yang bermanfaat. Tapi, dalam kenyataanya sering kali kita lupa akan berihsan dalam beramal sehingga alih-alih pahala amal yang kita dapat malah dosa yang kita dapat.

               Wallahu A’lam.

Oleh: Ahmad Minhajul Akrom

 

Tuesday, June 16, 2020

Walidul 'Ilmi

              


Ilmu gramatika bahasa arab atau lebih mudahnya ilmu nahwu dan sharaf merupakan dua hal yang sangat familiar dikalangan santri, tentu, karena dua ilmu ini merupakan bekal utama bagi para santri untuk dapat memahami teks-teks berbahasa arab yang terdapat dalam kitab-kitab salaf

               Bagi seseorang yang sedang memelajari agama seperti seorang santri, ilmu gramatika merupakan hal yang harus dapat dipahami untuk dapat memahami kitab-kitab salaf, mengambil inti sari pengetahuan yang terdapat dalam kitab tersebut yang akhirnya dapat kita ajaran kepada orang lain sehingga ummat pun dapat lebih paham tentang ajaran ajaran agamanya.

               Juga karena Nabi Muhammad r merupakan nabi yang diutus di negri arab maka tentu ajaran yang disampaikannya juga berupa bahasa arab dan bahasa itu jugalah yang digunakan oleh para ulama’ untuk mengarang kitab-kitab mereka yang mengandung inti ajaran Nabi didalamnya.

               Tapi pada masa ini, banyak sekali santri yang sudah tidak terlalu menganggap nahwu dan sharaf merupakan hal penting, mindset mereka menganggap bahwa ilmu nahwu dan sharaf merupakan suatu yang sulit, membosankan, dan seperti tidak ada gunanya dimasa depan.

               Padahal pandangan seperti ini merupakan sebuah kesalahan yang jelas, seorang santri adalah normalnya orang yang di masa depan mengemban tugas untuk dapat membimbing masyarakat dari gelapnya ketidak tahuan menuju terang benderangnya pengetahuan. Jika santri saja yang jare wong merupakan orang yang belajar ilmu agama tidak bisa apalagi orang-orang lain yang bahkan mungkin tidak belajar ilmu agama.

               Akhir dari semua hal ini pun sudah jelas, tidak ada yang dapat memahami ilmu-ilmu yang terdapat dalam kitab-kitab, lalu orang-orang akan berfatwa seenak mereka, akhirnya ilmu agama pun redup, dan setelah ilmu agama redup bukan hanya agama saja yang lockdown tapi nanti pada saatnya langit juga akan lossdown.

Penulis: Ahmad Minhajul Akrom