Sayyidi…
ummatmu hendak berkeluh kesah. Maafkan diri ini, bila ia hanya bisa mengeluh.
Apakah aku pernah membuat engkau tersenyum? Apakah aku termasuk ummatmu yang
engkau berhamdalah karenanya, atau malah menangis dan beristighfar?
Sayyidi…
aku hanya ummatmu yang hidup lalang melintang dalam kegelapan. Tak jelas
arahnya, tapi masih saja menikmatinya.
Sayyidi…
aku rindu padamu, tapi aku malu bertemu denganmu dengan keadaanku.
Sayyidi…
maafkan aku bilamana rinduku hanya sewaktu-waktu, lalu mengaku-ngaku orang yang
paling rindu.
Sayyidi…
Apakah rinduku hanya sebatas kedok duniawi yang tersembunyi? Apakah pecinta
sejati akan mengukur materi?
Sayyidi…
Apa yang harus kuperbuat untuk membalasmu? Harta? Engkau adalah pemegang kunci
dunia, do’a? Tuhan dan para malaikatnya senantiasa bershalawat kepadamu, Tahta?
Tanpa engkau, kamipun tak ada!
Sayyidi…
Sayyidi… Sayyidi…
Maafkan
aku bila persembahanku hanya selembar kertas dan guratan pena. Hatiku masih
berlumur dengan dosa, tapi masih saja berdo’a. Pantaskah diri ini merindukanmu?
Badanku yang berbau busuk, pantaskah mendekapmu? Mataku yang masih terhalang
debu, pantaskah memandangmu?
Aku
mohon, pintaku satu, hanya ingin ‘gendolan’!
0 comments: