Sunday, November 29, 2020

Layaknya Bruce Banner dengan Hulk

 

Apakah kalian pernah menonton serial Avengers?  Apakah kalian tahu Hulk?

    


           Hulk. Monster besar berwarna hijau yang bersemayam dalam tubuh Dr. Bruce Banner. Diceritakan, Bruce asalnya ingin mematikan amarahnya supaya tidak bisa mengundang Hulk yang akan menghancurkan sekitarnya. Namun, di tengah tengah perang New York, Bruce menggunakan Hulk. Memang untuk menghancurkan, tapi pada alien alien yang memebawa kekacauan.

               Hulk itu layaknya sebuah nafsu. Ia tidak bisa dimatikan, ia akan terus bersemayam dalam tubuh orang orang. Nafsu memang membawa kepada keburukan, namun kalau kita mau berkompromi dengannya, layaknya Bruce dengan Hulk, kita bisa membawa nafsu kepada kebaikan.

    Dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu, diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا يؤمنُ أحدُكم حتَّى يكونَ هواه تبعًا لما جئتُ به

“Tidak beriman seseorang sampai hawa nafsunya ia tundukkan demi mengikuti apa yang aku bawa”

          Kesimpulannya, untuk apa mematikan nafsu kalau kita bisa menggiringnya pada ketaatan. Dengan begitu, ibadah dan perintah yang kita jalankan akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.


Oleh : K-San, Penulis The Eight Stranger Things

Friday, November 20, 2020

Tips Berteman yang Menyenangkan

            Teman. Sahabat. Karib, Hal yang sering lumrah terdengar di sekolah, rumah, ataupun di media sosial. Namun terkadang hubungan itu mengalami gangguan yang membuat hubungan itu semakin retak dan akhirnya memecah persahabatan. Berikut akan diberikan tips cara supaya persahabatan, pertemanan kita lancar.  

Ø  Tahap pertama, Terima kawanmu apa adanya.


            Seperti dalam postingan Yang Dimiliki Makhluk Terkuat, kita itu manusia. makhluk terkuat yang ada di muka bumi. Kita kuat karena kita beradaptasi atau lebih tepatnya menyesuaikan. Begitu juga dengan sebuah hubungan, dengan keduanya yan saling menyesuaikan, bukan saling memberi tuntutan maka tahap pertama akan lancar.

  Ø  Tahap kedua, Perhatikan perasaan.

            Masih ingatkah cerita peletakan Hajar Aswad? Nabi Muhammad Di ceritakan Rasulullah yang mendapat kemuliaan untuk meletakkan hajar aswad yang sebelumnya diperebutkan suku suku di Makkah . Karena memeperhatikan perasaan mereka, Rasul meletakkan hajar aswad itu di sebuah selendang, kemudian di bawa bersama sama setiap petinggi suku.

            Ada lagi sebuah cerita. Baba adalah pendukung Barcelona. Ia berteman baik dengan Mada yang pendukung Real Madrid. Ketika keduanya berbincang bincang selalu seputar bola, dan mereka saling mengunggulkan klub favoritnya masing masing. Suatu ketika, Barca menang dengan Madrid 4-0. Ketika bertemu, Baba pun bukan hanya semakin mengunggulkan klubnya, tapi menjelek jelekan klub favorit Mada. Mada hanya tersenyum tipis. Namun, tanpa Baba sadari, Mada sakit hati, dan ketika disaat sepi Mada membunuh Baba.

            Dari kedua kisah di atas dapat di ambil pelajaran bahwa memerhatikan perasaaan orang lain itu sangat penting. Kalau kita tidak bisa tahu perasaan orang lain, setidaknya kita mengira ngira, apakah ia sedang sakit hati atau tidak.. Karena hanya dengan ucapan sepele (Seperti cerita kedua) bisa menimbulkan hal yang tidak bisa dikira. Ingat!!! Mulutmu Harimaumu.

Oleh : K-San 


 

 

 

 


Wednesday, November 11, 2020

Among Us : Impostor ( bagian 2)

 

            Sebelumnya, apakah kalian sudah membaca postingan tentang impostor.

            https://www.alfattahkudus.com/2020/10/impostor.html

            Kali ini, kita akan membahas impostor bagian dua.

            Dalam game Among Us. Para Crewmate memiliki dua masalah besar yang harus dituntaskan. Pertama, memperbaiki masalah masalah yang terjadi. Mereka harus menyelasaikan task. Masalah kedua, para crewmate harus menyingkirkan para Impostor.

            Satu pertanyaan. Lebih susah mana menyelesaikan task atau menyingkirkan Imposotor? Jawaban kalian pasti menyingirkan Imposotor. Kenapa? Karena melawan diri sendiri itu lebih susah dari pada melawan orang lain. Apa buktinya? Indonesia. Lebih susah melawan pemerintahnya sendiri dari pada negara yang menjajah.

          Dalam surah an-Naas disampaikan, "Katakanlah, aku berlindung dengan Rabb manusia. Penguasa manusia. Sembahan manusia. Dari waswas (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (Yang berasal) dari jin dan manusia." (QS an-Naas [114]: 1-6). Dalam surat ini, manusia diperintahkan untuk berlindung kepada Allah sebanyak tiga kali. Seorang Muslim disuruh berlindung kepada Allah sebagai Rabb, Penguasa, dan Sembahan manusia. Semua itu hanya untuk menghadapi rasa waswas yang datang dari dalam dirinya.

            Berbeda dengan surah al-Falaaq yang mengatakan, "Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan, dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki." (QS al-Falaaq [113]: 1-5). Dalam surah ini, perintah untuk berlindung kepada Allah hanya satu kali. Padahal, kejahatan yang menyerangnya datang dari beraneka ragam, yakni kejahatan malam, wanita tukang sihir, dan para pendengki.

            Dari surah an-Naas dan surah al-Falaaq disimpulkan, melawan sesuatu yang datang dari diri sendiri jauh lebih berat ketimbang melawan musuh dari luar. Untuk itulah, seseorang diseru untuk berlindung tiga kali lebih banyak ketika menghadapi dirinya sendiri.

            Karena itu melawan diri sendiri itu susah. Namun, berusahalah.

 

 

Saturday, November 7, 2020

KUDET itu Perlu

 

            Dunia maya saat ini sudah merebak diseluruh masyarakat. Indonesia sendiri menjadi negara nomor 5 sebagai pemakai terbanyak media sosial (berikut dengan keadaan Indonesia yang cukup besar juga). Lalu, apakah ini sebuah pencapaian yang besar? Mungkin saja, ini adalah prestasi anak-anak bangsa Indonesia? Ataukah justru seballiknya?

Voa Indoneisa mengatakan ada kurang lebih 200 anak di Jawa Barat yang harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena kecanduan gedget. Kita juga tanpa sadar melihat layar gadget 85 kali sehari, ya ternyata banyak sekali. Dan inilah beberapa dampak dari memakai gadget berlebihan.

            Kita bisa menyebut hal ini dengan Gadget Addiction. Gadget Addiction ini tak jauh dari obat-obatan adiktif yang membuat kecanduan lainnya. Alkohol, sabu, kokai, dan lain-lain yang notabene memberi dampak kesehatan pada kita, Gadget pun demikian. Terutama pada kesehatan mental kita.

Lalu seberapa jauh sih dampak Gadget Addiction ini?


Perlu kita ketahui ternyata Withdrawal atau efek kecanduan Gadget Addiction ini setara dengan kokain. Ya, kita pasti tahu cerita para pecandu kokain yang kerjaanya bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup namun malah membeli kokain kembali. Loh, kok bisa sama? Karena saat kita mengonsumsi informasi di gadget, kita akan selalu ingin mencari euforia yang sama, hingga akhirnya kita butuh waktu yang lebih lama demi memenuhi euforia yang kita inginkan itu. Nah, dampak selanjutnya yang kita alami adalah produktivitas yang menurun. Kan eman-eman..

            Selanjutnya, Gadget Addiction ini juga akan memberi efek Fear of missing out atau dapat kita artikan dengan takut ketinggalan berita. Efek ini akan memberikan rasa cemas, tidak sabar, dan kurangnya fokus hingga akhirnya proses belajar ataupun bekerja kita akan terganggu.

Terus Bagaimana kita menanggulanginya?

Semua ini bisa kita mulai dari diri kita dan keluarga. Marilah kita sedikit meninggalkan gadget dan lebih fokus pada pelajaran ataupun kerja kita. Kurangi obrolan yang tidak penting dengan teman ataupun keluarga. Kita harus bisa memberi keluarga kita keleluasaan dengan menghindari efek Fear of Missing Out. Ya, mulailah tidak memberi kabar yang tidak penting atau tidak perlu pada keluarga. Hingga akhirnya, dia tidak akan takut ketinggalan informasi dari kita karena kita tidak melulu memancing dia dengan memberi kabar yang tak penting itu.

Sekian terima kasih.

Oleh : Mhammad Nasihul Umam

Tuesday, November 3, 2020

Belajar Berdaring Bukan Belajar Lewat Daring

 

Belajar Berdaring Sebelum Daring

Assalamu'alaikum,

Bismillah wassholatu wassalam 'ala Rasulillah Shollallahu 'Alaihi Wasallam.

Pada masa sekarang ini, kita telah banyak mengalami perubahan sistem pembelajaran. Setidaknya kita melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menjadi  progam pemerintah menangani krisis pendidikan ini. Dari namanya sendiri, pembelajaran sistem ini mengharuskan kita belajar secara virtual baik melalui Zoom, Google Classroom, atau Whatsapp. Semua ini pada dasarnya adalah mengoptimalkan pembelajaran dimasa masa pendemi Covid-19.


Namun, alih-alih mencari hasil yang maksimal, yang kita lihat justru terbalik. Kita melihat para siswa yang tak bersungguh-sungguh dalam belajar, tidak mengumpulkan tugas, dan bahkan tidak mengikuti pelajaran sedikitpun. Lalu bagaimana bisa kita mendapat ilmu tanpa kesungguhan. Padahal kesungguhan pun harus sejalan IQ.

Dilansir dari Distance Learning (E-Learning) bahwa salah satu kekurangan pembelajaran jarak jauh adalah potensi mengabaikan aspek akademik. Hal ini wajar karena kurangnya pengawasan pada siswa saat di rumah. Dari segi kesehatan, American Optometric Association menyarankan aturan 20-20-20. Jadi kita tidak boleh memandang layar komputer selama terus-menerus selama 20 menit. Sehingga setelah memandang monitor selama 20 menit, kita disarankan untuk melihat ke suatu objek yang jauh, berjarak kira-kira 20 kaki, selama setidaknya 20 detik. Aturan ini menjaga mata kita agar tetap sehat. Kedua hal inipun belum termasuk masalah finansial yang banyak dilkeluhkan juga.

Dilain sisi, kita sebagai penuntut ilmu seharusnya sadar diri. Tidak ada ilmu yang mudah didapat. Tidak ada ilmu yang mudah melekat dalam hati kita. Syekh Ali bin Abu Bakr As Syakron dalam kitab Nida' karangan Habib Saad, berkata Ilmu itu tidak bisa didapat dengan hanya bermalasan di kasur. Selanjutnya Habib Saad mengambil maqolah Badiuzzaman disaat memberi pertanyaan sindiran sulitnya mendapatkan ilmu, beliau berkata Apakah orang yang bekerja di siang hari lalu bersenggama di malam hari akan menjadi Fuqoha (ahli fikih)? lalu jawabnya, Tidak. Seperti inilah perspektif ulama tentang ilmu.

Demikianlah yang harus dipahami oleh semua generasi penerus bangsa Indonesia. Kesungguhan dan kegigihan mereka harus tetap ada meskipun pembelajaran tidak maksimal lagi. Kita tak dapat menyalahkan pemerintah maupun personal perseorangan. Alangkah baiknya justru kita mensyukuri dengan adanya pendemi ini. Salah satunya tanpa kita sadari, sekarang kita sudah mulai mengadopsi teknologi untuk pembelajaran di sekolah-sekolah kita. It's so interesting..

Oleh : Muhammad Nasihul Umam

 

http://e-learning-teknologi.blogspot.com/2012/12/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2698580/berapa-lama-mata-boleh-memandang-layar-komputer#:~:text=Aturan%2020%2D20%2D20%20dirumuskan,kaki%2C%20selama%20setidaknya%2020%20detik.