Tuesday, November 3, 2020

Belajar Berdaring Bukan Belajar Lewat Daring

 

Belajar Berdaring Sebelum Daring

Assalamu'alaikum,

Bismillah wassholatu wassalam 'ala Rasulillah Shollallahu 'Alaihi Wasallam.

Pada masa sekarang ini, kita telah banyak mengalami perubahan sistem pembelajaran. Setidaknya kita melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menjadi  progam pemerintah menangani krisis pendidikan ini. Dari namanya sendiri, pembelajaran sistem ini mengharuskan kita belajar secara virtual baik melalui Zoom, Google Classroom, atau Whatsapp. Semua ini pada dasarnya adalah mengoptimalkan pembelajaran dimasa masa pendemi Covid-19.


Namun, alih-alih mencari hasil yang maksimal, yang kita lihat justru terbalik. Kita melihat para siswa yang tak bersungguh-sungguh dalam belajar, tidak mengumpulkan tugas, dan bahkan tidak mengikuti pelajaran sedikitpun. Lalu bagaimana bisa kita mendapat ilmu tanpa kesungguhan. Padahal kesungguhan pun harus sejalan IQ.

Dilansir dari Distance Learning (E-Learning) bahwa salah satu kekurangan pembelajaran jarak jauh adalah potensi mengabaikan aspek akademik. Hal ini wajar karena kurangnya pengawasan pada siswa saat di rumah. Dari segi kesehatan, American Optometric Association menyarankan aturan 20-20-20. Jadi kita tidak boleh memandang layar komputer selama terus-menerus selama 20 menit. Sehingga setelah memandang monitor selama 20 menit, kita disarankan untuk melihat ke suatu objek yang jauh, berjarak kira-kira 20 kaki, selama setidaknya 20 detik. Aturan ini menjaga mata kita agar tetap sehat. Kedua hal inipun belum termasuk masalah finansial yang banyak dilkeluhkan juga.

Dilain sisi, kita sebagai penuntut ilmu seharusnya sadar diri. Tidak ada ilmu yang mudah didapat. Tidak ada ilmu yang mudah melekat dalam hati kita. Syekh Ali bin Abu Bakr As Syakron dalam kitab Nida' karangan Habib Saad, berkata Ilmu itu tidak bisa didapat dengan hanya bermalasan di kasur. Selanjutnya Habib Saad mengambil maqolah Badiuzzaman disaat memberi pertanyaan sindiran sulitnya mendapatkan ilmu, beliau berkata Apakah orang yang bekerja di siang hari lalu bersenggama di malam hari akan menjadi Fuqoha (ahli fikih)? lalu jawabnya, Tidak. Seperti inilah perspektif ulama tentang ilmu.

Demikianlah yang harus dipahami oleh semua generasi penerus bangsa Indonesia. Kesungguhan dan kegigihan mereka harus tetap ada meskipun pembelajaran tidak maksimal lagi. Kita tak dapat menyalahkan pemerintah maupun personal perseorangan. Alangkah baiknya justru kita mensyukuri dengan adanya pendemi ini. Salah satunya tanpa kita sadari, sekarang kita sudah mulai mengadopsi teknologi untuk pembelajaran di sekolah-sekolah kita. It's so interesting..

Oleh : Muhammad Nasihul Umam

 

http://e-learning-teknologi.blogspot.com/2012/12/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2698580/berapa-lama-mata-boleh-memandang-layar-komputer#:~:text=Aturan%2020%2D20%2D20%20dirumuskan,kaki%2C%20selama%20setidaknya%2020%20detik.

Previous Post
Next Post

0 comments: