Dunia maya saat ini sudah merebak
diseluruh masyarakat. Indonesia sendiri menjadi negara nomor 5 sebagai pemakai
terbanyak media sosial (berikut dengan keadaan Indonesia yang cukup besar
juga). Lalu, apakah ini sebuah pencapaian yang besar? Mungkin saja, ini
adalah prestasi anak-anak bangsa Indonesia? Ataukah justru seballiknya?
Voa Indoneisa mengatakan ada kurang lebih 200 anak di Jawa
Barat yang harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena kecanduan gedget.
Kita juga tanpa sadar melihat layar gadget 85 kali sehari, ya ternyata
banyak sekali. Dan inilah beberapa dampak dari memakai gadget berlebihan.
Kita bisa menyebut hal ini dengan
Gadget Addiction. Gadget Addiction ini tak jauh dari obat-obatan adiktif yang
membuat kecanduan lainnya. Alkohol, sabu, kokai, dan lain-lain yang notabene
memberi dampak kesehatan pada kita, Gadget pun demikian. Terutama pada
kesehatan mental kita.
Lalu seberapa jauh sih dampak Gadget Addiction ini?
Perlu kita ketahui ternyata Withdrawal atau efek kecanduan Gadget Addiction ini setara dengan kokain. Ya, kita pasti tahu cerita para pecandu kokain yang kerjaanya bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup namun malah membeli kokain kembali. Loh, kok bisa sama? Karena saat kita mengonsumsi informasi di gadget, kita akan selalu ingin mencari euforia yang sama, hingga akhirnya kita butuh waktu yang lebih lama demi memenuhi euforia yang kita inginkan itu. Nah, dampak selanjutnya yang kita alami adalah produktivitas yang menurun. Kan eman-eman..
Selanjutnya, Gadget Addiction ini
juga akan memberi efek Fear of missing out atau dapat kita artikan dengan takut
ketinggalan berita. Efek ini akan memberikan rasa cemas, tidak sabar, dan
kurangnya fokus hingga akhirnya proses belajar ataupun bekerja kita akan
terganggu.
Terus Bagaimana kita menanggulanginya?
Semua ini bisa kita mulai dari diri kita dan keluarga.
Marilah kita sedikit meninggalkan gadget dan lebih fokus pada pelajaran ataupun
kerja kita. Kurangi obrolan yang tidak penting dengan teman ataupun keluarga.
Kita harus bisa memberi keluarga kita keleluasaan dengan menghindari efek Fear
of Missing Out. Ya, mulailah tidak memberi kabar yang tidak penting atau
tidak perlu pada keluarga. Hingga akhirnya, dia tidak akan takut ketinggalan
informasi dari kita karena kita tidak melulu memancing dia dengan memberi kabar
yang tak penting itu.
Sekian terima kasih.
0 comments: