Tuesday, December 21, 2021

Kita di Masa Kini

            Sudah jutaan lebih manusia hidup. Sejak bapak kita – Adam – dengan ibu Hawa, hingga saat ini 2021, entah sudah berapa puluh generasi terlewati. Dari satu pasangan menjadi jutaan dan saat ini sudah mencapai 7,85 miliar.

             Manusia terus berkembang biak, hingga membuat bumi sesak. Manusia juga berkembang dalam banyak hal lainnya. Dari hidup di dalam goa yang gelap sampai sekarang tinggal di dalam rumah mengkilap, dari makan daging mentah hingga kini makan makanan mewah, dari kesana kemari berjalan sampai saat ini kemana mana menggunakan kendaraaan. Manusia tidak pernah berhenti berkembang.

            Namun, dari sekian banyak manusia yang tidak pernah berhenti berkembang, tidak sedikit dari mereka yang malah mengalami kemunduran.

            Dulu, para sahabat Nabi bisa menghafal dalam sekali dengar. Ada Imam Syafi’I yang bisa menghafal Al-Qur’an ketika umur sembilan tahun. Imam Syafi’i  juga sudah hafal ribuan hadist juga sanad sanadnya pada umur 13 tahun. Namun sekarang, seseorang begitu malas hanya untuk menghafal  beberapa hadist, mereka kadang menggerutu terlebih dahulu sebelum mencobanya.

      

Mula mula, orang orang hidup di dalam goa, di alam liar. Bila hujan kehujanan, bila kemarau datang kehausan. Orang perlu menempuh lika liku jalan puluhan mil untuk air. Hidup orang dulu butuh banting tulang, penuh perjuangan. Tapi kini, orang bahkan membentak ibunya untuk mendapat hal sepele yang mereka inginkan.

            Tempo hari, Sayyidina Ali bin Abi Thalib rela menjadi budak pada yang mengajarinya walau satu huruf. Akan tetapi di zaman ini, seorang murid bahkan  berani memukul gurunya hanya karena diingatkan tidak boleh merokok di sekolah.

            Perkembangan terus berjalan. Manusia semakin melakukan banyak kemajuan. Namun, lebih banyak dari mereka yang mengalami kemunduran. Baik dalam belajar, semangat juang, juga dalam ber-akhlak terhadap seseorang.

            Ada sebuah riwayat,

مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون

“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”

           Lantas, manusia jenis apa kalian ini? Manusia yang beruntung kah? yang merugi kah? atau yang terlaknat?

.Oleh : K-San

               

 

Sunday, December 19, 2021

SALAH MENARUH RASA

             Di pondok pesantren yang di huni oleh kang Jarno, ternyata ada satu lagi santri yang malasnya menyaingi kang Jarno, kang Kaslan namanya. Hal hal yang berkaitan dengan kemalasan, semuanya melekat pada diri kang Kaslan, malas mandi, malas mengaji, malas piket, dan malas malas lainnya. Tapi ada satu yang kang Kaaslan tidak malas, yaitu bermain di luar pondok. Untuk hal yang satu ini,\kang Kaslan sangat rajin, terlampau rajinnya sampai kadang kang Kaslan lupa atau melupa untuk mengikuti kegiatan jam wajib pondok. Berkali kali ditegur oleh pengurus dan ustadz tak membuat kang Kaslan kapok, malah semakin menjadi.

                Kemalasan kang kaslan berlangsung bertahun tahun, hingga ada sesuatu hal yang membuat kang Kaslan berubah. Hal itu tak ada yang mengetahui, yang rekan rekan santri tau, hanya kang Kaslan kini sudah mendapat hidayah. Kang Kaslan jadi rajin, sudah tak pernah meninggalkan jam wajib pondok. Bahkan, bisa di katakan kang Kaslan yang sekarang sudah selevel dengan kang Peno.

                Dua bulan berlalu dengan berubahnya kang Kaslan, kini tiba saatnya untuk liburan Idul Adha, hampir semua santri pulang ke rumah masing masing, tak terkecuali kang Kaslan. Mengingat liburan kali ini cukup lama, para santri saat pulang di berikan absen deresan, tujuannya tak lain untuk merawat apa yang telah di hafal oleh para santri.

                Liburan berlalu. Semua santri kembali ke pondok dengan cerita dan masalah yang berbeda beda. Ada yang tambah cerah wajahnya, Ada pula yang tampak kusut, mungkin karena masih malas kembali ke pondok. Kalau pada saat pulang di berikan absen deresan, tentu saja saat kembali lagi absen itu di kumpulkan. Ada yang kosong sebagian, ada yang full seperti kang Peno, tak sedikit juga yang kosong plong. Yang mengherankan adalah kang Kaslan, dua bulan terakhir berubah jadi sangat rajin, saat kembali tiba tiba absennya kosong plong. Tentu hal ini mengherankan kang Malik, keamanan pondok.

                “Ada apa tho kang. kog absen deresannya ngak di isi sama sekali?”, tanya kang Malik pada kang Kaslan.

                “Ngak pa pa kang”, jawab kang Kaslan sambil ngeloyor pergi.

                Malam hari, saat selesai jam wajib, kang Kaslan terlihat termenung, sendirian di pojokan dengan tatapan kosong. Hal ini membuat kang Songko yang kepekaan sosialnya tinggi tak tega. Di dekatilah kawannya yang satu itu, barang kali ada yang bisa dilakukan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.

                “Rokok kang?”, kang Songko menawari kang Kaslan rokok yang dia dapat dari ngutang di warung mbak Sum.

                “Makasih kang, lagi belum pengen ngerokok”, kang Kaslan menolak dengan halus.

                “Oh ya udah kang, mau ikut ngak kang?”

                “Kemana kang?

                “Ke atas, pada lagi ngobrol ngobrol”

                “Boleh kang”, kang Kaslan berpikir mungkin dengan bergaul dengan teman temannya dia bisa melupakan masalahnya.


                Sesampai di lantai atas, sudah berkumpul beberapa santri lainnya. Selain itu, gus Huda juga di situ, gus Huda ini memang gus yang supel dan ramah, mudah bergaul, termasuk dengan santri santrinya sendiri.

                “Woi Kaslan, mukamu kog kusut macam begitu kenapa tho?”, baru saja kang Kaslan muncul, dia sudah di sambar pertanyaan oleh gus Huda.

                “Ngak ada apa apa gus”, jawaban kang Kaslan tentu bukan jawaban sebenarnya.

                “Ah jujur saja Kaslan,”

                “Iya bener gus”

                “Biar aku tebak saja kalau kamu ngak mau mengaku”, sergah gus Huda.

                Belum kang kaslan menjawab, gus Huda sudah melanjutkan kalimatnya.

                “Kamu pasti gagal dalam masalah percintaan”

                “Iya gus”, wajah kang Kaslan memerah, tak di sangkanya tebakan gus Huda akan sangat tepat.

                “Kamu sih, harga beras sekilo aja tidak tau, sudah berani mencintai anak orang”

                “Iya gus, saya menyesal, ngak lagi gus, ngak lagi mau cinta cintaan”

                “Lho kenapa?”

                “Ngak mau kecewa lagi gus”

                “Jangan gitu, ngak semua cinta mengecewakan kog”

                “Iya gus, tapi rasanya takut saja, kalau di kecewakan lagi”

                “Kecewa nggak kecewa itu salah kamu sendiri, bukan cintanya yang salah”

                “Salah saya apa gus? apa mencintai itu ngak boleh?”

                “Kang sudah tak bilangin, yang salah kamu bukan cintanya”

                “Salah saya apa gus?”

                “Kamu salah menaruh rasa”

                “Maksutnya gimana gus?”

                “Ya kamu menaruh rasa cintamu pada orang yang salah”

                “Terus solusinya gimana gus?”

                “Ya taruh cintamu pada orang yang bener, yang pasti ngak akan mengecewakan kamu”

                “Lah dari mana saya tau mana yang bener dan tidak akan mengecewakan gus?”

                “Mau tak kasih tau siapa yang tak akan mengecewakan cintamu”

                “Mau dong gus”

                “Kanjeng nabi Muhammad, beliau itu pasti akan mencintai siapapun yang mencintai beliau”

                Kang Kaslan termenung, dari matanya terlihat menetes air mata.

                “Kamu kenapa menangis?”, tanya gua Huda.

                “Terharu saja gus, orang paling berhak saya cintai malah tak terpikirkan oleh saya, saya malah sibuk mencintai orang yang tak tentu akan mencintai saya”

                “Sudah ngak usah bersedih, tapi kalo boleh tau siapa nama orang yang mengecewakan kamu itu?”

                “Hidayah gus”.

 Oleh : Koboy

Tuesday, December 14, 2021

Positif yang Negatif

               Kita semua sama, mempunyai bapak bernama Adam, mempunyai ibu bernama Hawa. Kita semua sama, sesosok dari bangsa yang bernama Manusia. Kita semua sama, memimpikan tempat indah tiada tara bernama Surga.

                Lantas, sebuah pertanyaan, Kenapa kita berbeda? Padahal, kita sama sama berasal dari rahim ibu Hawa.

                Pertanyaan ini, pernah saya tanyakan pada guru agama, guru umum, kakak angkatan, paman, teman, dan mungkin yang lainnya. Dan seperti sebelumnya, mereka berbeda beda.

                Salah satu jawabannya adalah, “Otak kreatif manusia yang membuatnya belajar dari segala macam di dekatnya.” Namun, otak kreatif manusia, terkadang kere dengan seni agama.


                Contoh saja, seorang anak melihat kawannya berbohong pada gurunya. Guru itu tapi memaafkannya seraya berkata, “Tidak apa apa. Jangan diulangi lagi.” Kemudian, sang anak mengamati, memutar otak kreatifnya. Tidak apa apa, guru itu pemaaf. Toh, hanya sekali. Tidak akan diulangi. Padahal, dalam ajaran agama berbohong itu termasuk maksiat, dan maksiat itu harus dijauhi, tidak boleh dilakukan, walauapun itu hanya sekali.

                Jadi, sepenting itulah menancapkan seni islami sejak dini.

Oleh : K-San

Sunday, December 12, 2021

Tips dan Trik Mbalek Pondok

            Saat liburan pondok sudah selesai, waktunya para santri santri kembali ke pondok lagi untuk menimba ilmu. Di sini, saya akan berbagi tips dan trik saat kembali ke pondok. Saya akan membagi dua kategori, yaitu saat sebelum masuk ke pondok, dan saat sampai di pondok.

  Ø  Sebelum kembali ke pondok

                              1.            Menyiapkan semua yang dibutuhkan ketika pondok

                        Sebelum berangkat ke pondok, siapkan kebutuhan kebutuhannya. Seperti pakaian, alat alat tulis, peralatan mandi, snack, uang saku, dll. Jangan membawa barang barang yang mahal ke pondok. Karena, di pondok kita hidup bersama sama. Takutnya barang tersebut hilang atau membuat teman teman iri.

 

                              2.            Berpamitan

                        Jangan lupa juga berpanitan sebelum berangkat ke pondok. Berpamitan sekalian meminta do’a kepada kakek, nenek, saudara, dll, dan yang paling penting berpamitan kepada kedua orang tua. Karena do’a kedua orang tua itu maqbul.

 

  Ø  Saat sampai di pondok

                              1.            Menata niat

                        Nah, ini yang sering diingatkan beliau, K. H. Aniq Muhammad Makki, B.Sc. saat liburan sudah selesai dan kembali ke pondok, dawuh beliau “walaupun orang tua memondokkan kita agar dekat dengan madrasah, tapi kita harus iat mondok untuk Tholabul Ilmi.” Dengan Tholabul Ilmi, maka malaikat rahmat akan selalu melindungi kita dan setiap detiknya kita akan mendapat pahala sebagai orang yang Tholabul Ilmi.

 

                              2.            Menetapkan target setinggi tingginya

                        Agar mondok lebih semangat, kita harus menetapkan target setinggi tingginya. Saya ambil contoh kegiatan di P.P. Al – Fattah, ada Barnamaj tashlihul Hifdzi wal Fahmi (kegiatan bulanan ujian hafalan dan pemahaman). Dalam rangka kegiatan tersebut ada ranking, rata rata nilai, dan KKM yang bisa digunakan evaluasi perkembangan santri selama sebulan sekali.


 

                              3.            Mendo’akan kedua orang tua dan masyayikh

                        Yang terakhir, jangan lupa do’akan kedua orang tua dan para masyayikh sehabis sholat. Semoga beliau semua diberikan umur panjang,sehat wal afiat, dan bisa membimbing kita menuju ma’rifatullah wa ma’rifatu rasulillah shollahu alaihi wasallam. Amiinnn…..

 

Sekian, terima kasih. Semoga bermanfaat.

Oleh : Muhammad Abid Yakhsyallah

Wednesday, December 8, 2021

Bencana Terbesar Manusia

                Apa bencana terbesar dunia?


                Tsunami, Gempa, Tanah longsor, atau mungkin sebagainya.

                Lalu, apa bencana terbesar untuk umat manusia?

                Bukan, tidak Tsunami, Gempa, Tanah longsor, apalagi hanya sebatas banjir. Bencana terbesar untuk umat manusia adalah Kebodohan.

                Ingat! Kebodohan, bukan Bodoh. Karena Bodoh sejatinya tidak pernah ada, walaupun bodoh  dan kebodohan itu hampir sama.

                Kebodohan yang dimaksud di sini adalah tidak tahu, tidak memahami  sesuatu. Mungkin benar, tahu  dan faham itu adalah rezeki dari Allah. Dan kebodohan itu sendiri adalah bencana untuk kita. Namun, masih ingatkah urutan ketika mendapat bencana.

                Mendapat Bencana  - Bersabar – Bangkit.

                Begitu juga dengan kebodohan. Seseorang tidak seharusnya berkutat dengan kebodohannya. Ia harus bangkit bukan? Apalagi untuk para santri. Bukankah kalian adalah penerus para Kyai?




Oleh : K-San, diambil dari pengajian Adabul A'lim wal Muta'alim yang diampu Ust. Moch Sabiq Rohmatullah

Sunday, December 5, 2021

Serial Si Memet : Kepala Desa


     
Di sebuah desa yang sangat pelosok dan sangat jauh dari hiruk pikuk kota, sedang berkumpul semua masyarakatnya di suatu lapangan. mereka mempermasalahkan masalah kedatangan seorang petinggi dari kota kemarin, yang katanya kalau desa mereka ingin dianggap, maka mereka harus memiliki Kepala Desa. sedangkan kepala desa sebelumnya sudah kabur lama dan tak tahu rimbanya. jadi mereka sedang sibuk bersahut-sahutan bingung, menunjuk siapa orang di desa mereka yang pantas menjadi Kepala Desa.

          Mamet yang sedang pulang kampung dari kota dan melihat ada rame-rame di lapangan, langsung menuju lapangan, bertanya-tanya ada apa di lapangan. kenapa semua warga berkumpul di lapangan dan terlihat sedang mempermasalahkan suatu permasalahan yang serius. karena di lihat dari kejauhan mereka seperti segerombolan semut yang sedang berkerumun dan di ganggu manusia. sehingga terlihat ada yang berlari kesana kemari, ada yang diam saja, ada yang tabrak-tabrakan, ada yang tubruk-tubrukan, dan lain sebagainya. padahal di desanya selalu damai, aman, dan tentram. tak seperti biasanya, pikirnya.

          “Assalamuailakum”. teriak Memet memecah keramaian. hening seketika, seperti ada berita kematian. semua mata memandang kearah Memet, semua saling pandang, sebelum akhirnya saling mengangguk, “Waalaikumussalam”. jawab mereka serempak.

          jadilah Memet kepala desa dadakan di desanya, karena hanya Memetlah yang pernah ke kota dan bekerja di sana. dan jadilah Memet menjalani hari-hari berikutnya menjadi kepala desa.

          di hari ke 3 dia menjadi kepala desa, seperti biasa, Memet berangkat pagi-pagi sekali, memastikan apakah kantornya sudah bersih apa belum. karena jiwanya memang jiwa pembantu, jadi dia ingin semua tempat yang ia singgahi benar-benar steril dari noda seperti halnya rumah majikannya. tak lupa, dia juga memakai seragam kebesarannya sebagai kepala desa, yaitu hem putih di balut dengan jas hitam  lengkap dengan dasi merah, celana kain warna hitam, dan sepatu pantofel dengan warna senada bekas dari majikannya dari kota yang ia ambil di tempat sampah. kalau dilihat, dia sedikit mirip dengan foto Pak Jokowi yang di pajang di kelas-kelas, bedanya kalau rambut Pak Jokowi terlihat rapi dan klimis, sedangkan rambut Memet terlihat keriting dan awut-awutan. tapi sepertinya ada yang sedikit berbeda dari Memet hari itu, ya, di jari tengah tangan kanannya ada cincin akik berwarna merah kehitam-hitaman.

          di tengah jalan, Memet bertemu Mpok Ima yang mau pergi ke kebun. melihat Mpok Ima, Memet segera melaksanakan salah satu progamnya –seperti yang sudah ia lakukan pada 2 hari sebelumnya setiap bertemu warga- yaitu 3S yang artinya Senyum, Salam, dan Sapa. tapi kali ini reaksi Mpok Ima berbeda, dia malah melihat Memet dengan tatapan tajam kearahnya, lebih tepatnya kearah jari tengah tangan kananya Memet, lebih tepatnya lagi kearah cincin akik punya Memet. hingga kemudian mpok Ima pergi meninggalkan Memet dengan tergesa-gesa. Memet yang tak tahu apa-apa bingung, kenapa mpok Ima jadi begitu. mungkin terburu-buru, pikirnya. iapun dengan santai lanjut berjalan ke kantornya.

          ketika Memet sedang duduk santai di kantornya, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak-teriak dari luar. tak hanya satu orang, dua orang, atau tiga orang tapi berorang-orang, maksudnya puluhan entah ratusan. karena suaranya seperti sekumpulan dengungan lebah yang sedang memburu musuhnya.

“TURUNKAN MEMET!! TURUNKAN MEMET!! TURUNKAN MEMET!!”. seruan itulah yang Memet dapat ketika ia keluar dari kantornya.

           melihat Memet, mereka langsung menyerbu, membabi buta, dan melucuti pakaian Memet hingga hanya terlihat memakai CD warna hitam yang luntur dan ada bercak-bercak putihnya. “apa salah saya?”. melas Memet kepada semua warga yang sudah berkumpul di kantor balai desa.

“KAU TAK TAHU HAH?! CINCIN AKIK ITU!!”. bentak warga.

“kenapa dengan cincin akik saya?!”.

“CINCIN AKIK ITU MEMBUAT KAMI SEMUA IRI PADAMU, KARENA KAMI SEMUA TAK ADA YANG BISA MEMILIKINYA KARENA MAHAL!!”.

“tapi kan saya mendapatkannya tidak beli, saya dikasih majikan saya”.

“POKOKNYA KAMI TAK SETUJU!! KAU HARUS TURUN DARI KEPALA DESA!!”.

          semua warga menyerukan suara yang sama, mulai dari anak kecil hingga dewasa, dari pemuda-pemuda hingga pemudi-pemudi, dari bapak-bapak hingga ibu-ibu, bahkan dari kakek-kakek hingga nenek-nenek. mereka menyerukan suara yang sama. Memet hanya bisa bergumam,”kalian ini macam orang yang nyuruh buat mading berhadiah, tapi langsung menetapkan orang suruhannya kalah dan dapat hukuman. karena satu alasan dan satu peraturan yang ia tidak ketahui”.

Oleh : Cupong Da Silva

 

 

Wednesday, December 1, 2021

Manfaat Bersholawat kepada Rasulullah SAW


            Seperti yang kita ketahui, umat akhir zaman ini merupakan umat yang memiliki banyak cobaan cobaan duniawi yang sangat menggoda. Contoh saja HP, yang mungkin bisa mempunyai mudharat yang sangat besar jika kita tidak menggunakannya dengan baik.

                Bagaimana cara kita mengimbanginya? Yaitu dengan sholawat! Kenapa harus sholawat? Karena dengan bersholawat, kita bisa menge-cheat pahala kita. Dalam satu hadist nabi, dikatakan : “Barang siapa membaca sholawat kepadaku 1 kali saja, maka Allah akan mengabulkan 100 hajatnya, 70 hajat di akhirat dan 30 hajat di dunia."

                Satu lagi, bahwa sholawat bisa menghapus dosa dosa kita. Dan coba kita renungkan sejenak, bahwa di dalam sholat lima waktu, kita juga membaca sholawat kepada Rasulullah SAW. Tepatnya ketika duduk tahiyat. Berarti, secara tidak langsung, kita diwajibkan sholawat kepada Rasulullah SAW.

Oleh : Muhammad wafiqul Husna

Sunday, November 28, 2021

Untuk Indonesiaku

  

         Untuk indonesiaku, usia remaja, kata orang jawa, lagek bandel – bandel e mulai rasa keinginan tau nan dan  rasa ingin memiliki yang kuat sangat, hingga tak punya rasa cemas apalagi takut senggol sana senggol sini, ingin menang sendiri, itulah yang di inginkan sekarang. 

        Dan, bagaimana kita mengatasi semua itu? Kita belajar dari pemimpin yang terhebat di sepanjang zaman. Siapa pemimpin itu? Nabi Muhammad, beliau sangat menjunjung tinggi keadilan, ketegasan, dan kasih sayang. Dan semua tentang apa itu kepemimpinan, semua ada di beliau. Mungkin sebagian besar kalian menyanggah "ya kan beliau Nabi" jawaban kami jelas! Itulah pentingnya sejarah, sejarah itu sangat penting. Untuk apa? Untuk kita bisa tau setidaknya cerita cerita beliau memperjuangkan bangsanya, dan jika kalian masih merasa ragu Rosulullah juga mempunya sifat kemanusian, contoh beliau juga pernah terluka  pada saat perang, selalu terdepan untuk mengatasi jika ada problem. Dengan apa beliau menyelesaikan? Dengan kasih sayang! .

          Itulah tugas pertama kita, yaitu menanamkan cinta pada bangsa. Apa gunanya kita bersorak sorak saat ada seperti ini tanpa ada solusi untuk masa panjang oke,

           Oke siapa pemimpin masa depan kalau bukan pemuda pemuda sekarang. DPR DPR yang kalian benci cepat atau lambat pasti akan mati dan kalian sudah siap apa untuk menggantikan?.Siap untuk demo? Bakar bakar ban? Rusuuh? Kenapa kalian tidak di dengarkan? Karena kalian belum punya kontribusi apa apa untuk negara. 

CAMKAN ITU!! Sekian….

Oleh : Setiawan

Thursday, November 25, 2021

Janganlah Bersedih, Sungguh Allah Bersama Kita

Mungkin, ketika engkau lagi merasakan kepedihan dari hidup ini, engkau merasa dunia tidak lagi berada dipihakmu. Tapi itulah hidup, kadang engkau berada di atas, kadang engkau berada di bawah. Ketika engkau berada di atas, engkau akan merasa senang, puas, bangga. Tapi ketika engkau berada di bawah, engkau akan menyendiri, menangis, merenung, atau melampiaskan dengan hal-hal yang engkau sukai. Misal nih, seperti makan, travelling, tidur atau yang lainnya.

 Ketahuilah! Bahwa ke-2 posisi hidup itu, yaitu posisi di atas atau posisi di bawah, memanglah nyata, tidak bisa dihindari karena memang itu adalah takdir dari tuhan. Ketika engkau sedang di posisi atas, janganlah engkau terlena dengan apa yang sudah engkau raih. Sungguh itu akan membuatmu tidak berrkembang. Juga Ketika engkau sedang berada di posisi bawah, janganlah engkau bersedih. Merenung bersabarlah dan terus berjuang karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Jika Allah sudah bersamamu, maka semuanya akan dimudahkan oleh-nya. 

Lalu, ada yang bertanya “Aku sudah berusaha dan bersabar untuk mencapai apa yang aku inginkan, tapi tidak tercapai.” Jika ada yang mengatakan itu. Maka sebenarnya, ia sudah memutus kata sabarnya, sebab sabar itu tidak ada batasnya dan usaha tidak ada ujungnya. Engkau yang mengatakan itu janganlah engkau berhenti. Ketika engkau merasakan hal itu, sunguh engkau sudah dekat dengan apa yang engkau inginkan. Jika engkau menginginkan sesuatu, lihatlah kepada dirimu dulu! Sesuaikan apa keinginanmu dengan passionmu, sebab itu akan memudahkanmu untuk mencapai apa yang kamu impikan. Ketika kamu lagi diterjang dengan  cobaan-cobaan, ingatlah! Bahwa cobaan itu adalah dari Allah, dan kita jangan menyalahkan Allah. Sungguh Allah ingin mengangkat derajat kita dengan adanya cobaan-cobaan. Mungkin kita mengambil hikmah dari cobaan yang kita alami selama ini yang dapat membuat kita lebih dewasa. Jadi, janganlah engkau bersedih, sungguh Allah Bersama dengan kita.

Oleh : Ahnaziz

Sunday, November 21, 2021

UNTUK KAMU YANG FOMO

Melihat teman mempunyai brand baju mahal, hati jadi berdesir atau melihat postingan teman di instagram sedang berlibur di luar negeri, malah jadi mupeng. Pernah merasakan keadaan atau situasi tersebut kawan? jika kamu pernah, kamu mengidap Fomo.

Fenomena ini sering terjadi saat-saat ini. Apalagi hampir semua orang mempunyai sosial media, yang seolah-olah dunia berada di genggamannya. Apapun yang dilihat di sosial media rasanya ingin saja memiliki seperti yang dilihat, apapun yang dilihat rasanya ingin mengunjunginya. Dan sebagainya.

Fearing of missing out atau Fomo atau kita lebih gampang menyebutnya dengan Hasud sendiri merupakan rasa cemas yang timbul akibat terus menerus melihat orang lain yang sedang mengalami hal yang menyenangkan. Sedangkan kita tidak berada di dalamnya ataupun kita tidak mengalaminya.

Tidak lain tidak bukan, penyebab terbesarnya adalah ponsel yang sering kita gunakan. Makanya orang yang paling rentan mengidap  Fomo ialah orang yang sering bersinggungan dengan media sosial. Tidak hanya orang yang sering bermain instagram, orang yang kesepian juga bisa mengidap penyakit ini.

Dan fomo sangat berdampak negative pada suasana hati dan tingkat kepuasan hidup. Orang yang FOMO-nya tinggi cenderung lebih depretif, cemas, neurotic dan permasalahan dengan tidur dibanding dengan orang FOMO-nya cenderung rendah.

Tapi tenang, fomo bisa dihindari dengan cara mengubah titik fokus yang tidak ada pada dirimu dengan melihat dan menikmati yang ada pada diri sendiri. Atau kita bisa ubah istilahnya dengan JOMO atau Joy of Missing Out atau kita lebih gampang dengan menyebutnya bersyukur.


Imam Abdullah bin Alwy Al-Haddad dalam qasidah terkenalnya “ilzam baba rabbik” berkata,

لَا يَكْثُـرُ هَمُّـــكْ * مَـا قُـدِّرْ يَـكُـــون

Yang artinya, “janganlah bersedih hati, karena sesungguhnya yang ditakdirkan pasti akan terjadi”. Terima apa yang kita miliki saat ini tanpa harus melihat apa yang dimiliki orang lain. Ubah “ wah si doi enak ya, liburan bareng keluarganya ke new york” dengan “Alhamdulillah kita bahagia dirumah walau tanpa kemana-mana”.

Karena hidup kita singkat, nikmatilah. Jika kita jeli, kita bisa nemu apa saja kok yang bisa membuat kita bahagia di sekitar kita. So good bye FOMO, and say hello JOMO.

Oleh : Ulil Azka

 

Sunday, October 31, 2021

Renungan Hari Santri

               Kemeriahan hari santri sudah jauh terasa sejak beberapa hari sebelum hari santri. Yakni, pada tanggal 22 Oktober. Ada yang meramaikannya dengan lomba lomba. Seperti MQK, MTQ, rebbana, dan lain lain. Ada juga yang menyambut hari santri dengan cara beriarah ke makam makam masyayikh. Ada juga yang merayakannya dengan cara khotmil Qur’an.

       




         Kemudian, di tanggal 22 Oktober, orang yang merasa diri mereka santri, banyak yang mengupload story. Di akun medsos mereka mengucap “Selamat hari santri, bla… bla… bla…” Kemudian, setelah melihat peristiwa peristiwa itu, tiba tiba muncul fikirin di benak saya. Apakah saya pantas disebut santri? Apakah saya pantas diikutkan ke dalam gerbong santri kelak di akhirat. Sedangkan salah satu Ulama’ pernah berkata, yang kurang lebihnya, “Gimana kamu menyebut dirimu santri, yang sudah berlalu empat puluh malam. Dan tidak sekali pun, kamu memimpikan nabi Muhammad.”

                Setelah merenung beberapa saat, memang tidak pantas diri ini disebut santri. Karena, akhlak saya memang jauh dari akhlak para santri. Perbuatan dan ucapan saya jauh dibawah para santri, dan ini tidak sok tawadhu’. Tapi, memang begitu lah realitanya.  

                Namun, tidak berselang lama, saya ingat perkataan Habib Umar bin Hafidz dalam kitabnya, yang menjelaskan pegertian Sufi. Ada orang yang memang sudah pantas disebut sufi. Lalu, setelahnya, ada orang yang berusaha dengan sungguh sungguh mengikuti jalan para sufi dan terakhir, ada orang yang ngembo ngembo seperti para sufi. Entah dalam pakaiannya, sedikit perkataannya, dan secuil perbuataannya.

                Sudah fiks diri ini, tidak pantas disebut sebagai santri. Karena derajat santri yang begitu tingginya dan terhormat. Namun, lebih elok disebut orang yang ngembo ngembo seperti santri.

                Ia meskipun hanya jadi متشبه بهم   semoga kelak di akhirat. Saya dikumpulkan bersama mereka para santri. Aaamiinnn…

                Oleh : FIki Ishbahul Haq

Wednesday, October 27, 2021

Serial Si Memet : Kunci Mobil

         Pagi yang cerah, secerah hati Si Memet yang sedang menyirami tanaman-tanaman majikannya. padahal tanamannya hanya berupa pohon-pohon kaktus (karena sebesar pepohonan) dan rerumputan-rerumputan yang dipajang sepanjang halaman yang memanjang. sesekali Dia bersiul-siul menirukan siulan burung-burung yang berterbangan kesana kemari, dari satu dahan ke dahan yang lain, dari satu tanaman ke tanaman yang lain, dari satu bangunan ke bangunan lain, bahkan dari satu perempuan ke perempuan lain. eeits maaf, dari satu perempatan ke perempatan lain.

          “Met! Memet! hari ini kamu anterin Saya ke Kantor!”. teriak majikannya, Pak Bambang. karena hari itu, Mang Udin sopir Pak Bambang yang biasanya, sedang pulang kampung. “Siapkan mobilnya Met!”. teriak Pak Bambang lagi.

          Memet segera ke garasi menuju mobil carry kesayangan Pak Bambang. walaupun di garasi ada bermacam-macam mobil mewah seperti bermacam-macamnya jajanan di pasar, mulai dari Audi, BMW, Ferrari, Lamborghini, Roll Royce, dan Alphard. tapi Pak Bambang selalu memilih membawa mobil carry kesayangannya, karena katanya “Mobil inilah yang mengantarkan Saya menjadi Bos Tempe & Tahu Seluruh Dunia seperti sekarang ini”.

          Memet segera membuka pintu mobil -yang memang tak pernah terkunci dan tidak bisa dikunci- dan langsung duduk di kursi kemudi. tak lama kemudian Pak Bambang masuk duduk di samping Memet.


“Ayo berangkat!”

“gimana mau berangkat Pak, kuncinya saja gak Bapak kasih ke Saya”

“La kamu ini gimana?, bukannya tadi kamu tak suruh buat siapin mobilnya?!”.

“Iya Pak, tadi bapak memang nyuruh saya buat siapin mobilnya, tapi percuma Pak, kalau Bapak gak kasih kuncinya ke Saya”.

“Oh iya ya”.

“Bapak ini macam orang nyuruh piket tapi tak di kasih Ember”[1].

    Oleh : Cupong Da Silva

[1] Maksudnya, ketika seseorang telah memasrahi orang lain melakukan atau melaksanakan suatu pekerjaan, hendaknya ia sudah menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk bisa menunaikan pekerjaan tersebut.

Sunday, October 17, 2021

Kesalehan Algoritma

            Pada Zaman sekarang ini tidak mungkin anak muda bermain medsos, paling hanya 5% anak muda yang tidak  main medsos. Karena bagi mereka, medsos bagaikan kebutuhan wajib. Mereka sudah candu dengan medsos, tapi apakah kamu pernah mendengar seseorang masuk surga lewat jaringan sosial? Apakah ada? Bukankah media sosial hanya merusak mentalitas dan spiritual? Benarkah itu? Simaklah tulisan ini!

                Perlu kamu ketahui, media sosial itu berbasis semua yang namanya Algoritma. Apa itu Algoritma? Algoritma adalah, sistem yang membaca pola kita dan kemudian  sok tahu pada kemauan kita.

                Sederhanhya gini, kalau kamu mencari sepatu di market place, shoope misalnya, lalu kamu buka youtube, IG, dan FB, maka setelah itu sebagian iklan di medsos itu adalah iklan sepatu.

                Perkara Algoritma ini penting untuk kita. Sebagai orang muslim dan manusia pada umumnya, apalagi anak anak muda yang sudah kecanduan media sosial.

                Algoritma itu ditentukan oleh penciptanya, seperti Facebook pasti ditentukan Mark Zuckerberg. Begitu juga dengan IG da lain lain.sesuka hatinya berdasarkan track record kita bermedsos, maka sebenarnya kita sebagai konsumen ini hanya jadi budaknya merreka saja yang mau diarahkan sesuai kemauan mereka.

                Kalau mau kembali ke konsep Islam, sebenarnya nai Muhammad SAW memberi konsep Algoritma pada hidup kita,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

                Sehingga seharusnya, yang populer oleh Algoritma itu yang paling bermanfaat. Bukan yang sensasional ataupun yang kontroversional, tapi memang karena yang bikin bukan orang Islam, maka Algoritmanya tidak dibuat Islami.

                Jadi, memang kita tidak bisa mengendalikan Algoritma karena bukan kita yang mnciptakannya. Tapi, masih ada yang lebih baik, yaitu kita masih bisa mengendalikan Algoritma akun medsos pribadi, karena kita pemilik akun medsos kita sendiri secara baik. Sehingga kita bisa mencapai kebaikan Algoritma, bukan hanya kebaikan spritual sosial, tapi juga kebaikan medsos.

                Lalu Bagaimana caranya? Gampang.

                Kita tinggal harus ngelike, ngakses, nge follow,dan  subscribe akun akun berbentuk gambar/ tulisan / video yang positif, inspiratif, dan konstruktiF bagi diri. Bukan malah yang destruktif abgi spiritualitas dan mentalitas kita, sehingga timeline medsos akan berisi informasi yang positif.

                Dengan begitu, semakin kita medsos-an, kita akan semakin baik dalam spiritual dan mental, karena iniormasi yang kita konsumsi adalah informasi yang baik bagi spritual dan mental kita. Sebab kata nabi Muhammad SAW, “Seseorang akan dipengaruhi sedikit ataupun banya oleh orang orang tongkrongan.” Kalau kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka kita akan ketularan minyak wangi. Begitu sebaliknya, kita berteman dengan tukang sate, kita ketularan bau sate.

                Dan tongkrongan di era 40, bukan hanya tongkrongan tatap muak, tapi juga berbasis virtual melalui medsos. Oleh karenaitu, cermatilah dalam menerima informasi di medsos! Agar medos menjadi jalan menuju surga. 

Sunday, October 10, 2021

NG 3

Singkatan yang bagus sekali. Apa itu NGANUT,NGAJI,NGOPI? Udah tau kan artinya, mari kita berpikir sejenap tentang 3 hal itu. Mengahayati, mentadabburi, meresapi apa itu sihh NG 3?

ANA menyuruh kalian/pembaca ini untuk berpikir sebentar, karena ANA menukil ilmu hadits, apa ya fadhilahnya berpikir sebentar? mau tau nggak? Iyaa ANA kasih tau,

فِكْرَةُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً

Berfikir sesaat lebih baik dari pada beribadah 60 tahun

ANA ambil hadits ini dari kitab Syifauussaqim, bab Huruf FA’, halamannya 36, menerangkan, intinya  kalian mentashorrufkan hadits ini dalam hal islami. Contoh, kamu berpikir sebentar untuk taqorrub marang Allah, kamu membayangkan ciptaanNYA, nikmat yang diberikan Allah kepada kalian, banyaklah yang menyangkut makhluk dengan ALLAH. Selain ALLAH tidak termasuk yaaa…. Contoh: ngowoh/ngelamun.

Oke, langsung saja kita bahas tentang NGANUT dulu. DI Dunia pesantren, kita udah nggak asing lagi tentang “NDEREAKEN YAI”, Yaaaa kan. Masya Allah, ANA kagum sama santri2,KENAPA? Kenapa nggak kagum? Setiap harinya khidmah, menganut, menjadi pengurus   marang guru(apa pun yang dilakukan guru pasti santri meniliti gurunya ituuu). Terharu lahhh ANA, apalagi kalo lihat  pengurus kebersihan pasti paling berat ituuuu. kagum lahhh, Calon SURGA SEMUA ITUUU kalo santri nya MENGANUT GURUNYA. Kenapa nggak?

ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﺭﺛﺔ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ

Sudah masyhur lahhh tentang hadits ini, ”PARA ULAMA’ADALAH PEWARIS NABI”. Coba kita perluaskan pikiran antum/kalian. Santri menganut guru dan guru adalah ulama’. Ulama adalah pewaris nabi, Jadi, “JIKA KITA MENGANUT GURU MAKA OTOMATIS KITA MENGANUT NABI DAN JIKA KITA MENGANUT NABI MAKA OTOMATIS KITA MASUK SURGA. AMIIN YA ALLAH”

Lanjut,  nggak nihhh? Yang kedua, KARENA WAKTUNYA SUDAH HABIS SEKIAN DARI SAYA, KALO ADA KATA YANG NGGAK ENAK DI DALAM HATI/SALAH ANA MAAF SEBESAR BESARNYA

TERIMA KASIH

MAS FARDAN

 

Saturday, October 2, 2021

Etika Membalas Cacian




      
Banyak di kalangan kta, orang yang kalau dicaci, malah membalas dengan cacian juga.

                Rasululah SAW pernah bersabda, yang artinya :

                Raslullah SAW tidak pernah membalas keburukan dengan kebururkan. Akan tetapi, beliau merelakan dan memaafkan. ( HR. Turmudzi, Ahmad)

                Pernah ada suatu kisah, Suatu hari, Habib Ali Al-Jufri dapat cuitan dari netizen di Twitter dengan kata kata yang sangat kejam.

                “Habib Ali, semoga Allah melaknatmu, semoga Allah memerangimu, aku meminta kepada Allah agar ia menunjukkan kekuasaaan di dunia dengan mengadzabmu, dan semoga kelak di akhirat aku melihatmu di neraka Jahannam.” Bacot netizen

                Kalian tahu apa jawaban Habib Ali?

                Justru, Habib Ali menjawab dengan jawaban yang ssangat indah.

                “Semoga Allah senantiasa memberkahimu dan menyanyangimu. Semoga Allah selalu memberikan pertolongannya yang sempurnan di dunia dan di akhirat. Dan semoga kelak kita bisa dikumpulkan di surga firdaus dengan hati yang dibersihkan dari rasa benc dan dengki.”

 

Oleh : Bagas Adriansyah

Wednesday, September 22, 2021

Adab Ketika Telat Masuk Kelas

   Adab Ketika Telat Masuk Kelas



          Saat kita sekolah, ada beberapa momen momen yang tidak disangka-sangka salah satunya adalah telat masuk kelas dan di kelas tersebut guru yang mengajar sudah hadir / sedang menyampaikan materi kepada para santri.

          Lalu, sebagai seorang santri yang beradab, bagaimana adab yang tepat ketika telat masuk kelas ?


          Keterangan ini saya ambil dari kitab At Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an yang diampu oleh beliau Abuya Ahmadi Abdul Fattah Lc, MA

Artinya: Janganlah dia masuk sebelum minta izin jika gurunya berada di suatu tempat yang perlu minta izin untuk memasukinya. Hendaklah pelajar memberi salam kepada para hadirin ketika masuk dan mengkhususkan gurunya dengan penghormatan tertentu. Dia memberi salam kepada gurunya dan kepada mereka ketika dia pergi sebagaimana disebut di dalam hadits: “Bukanlah salam yang pertama itu lebih baik daripada yang kedua?”(Kitab At Tibyan Hal 48)

Jadi, santri harus melakukan hal-hal berikut :

Yang Pertama, meminta izin kepada kyai/guru ketika hendak memasuki kelas. Jika kyai/ guru berkenan memberi izin masuk, lanjut yang ke dua.

Yang Kedua, mengucap salam kepada kyai/guru dan semua santri yang berada di dalam kelas.

Yang Ketiga, mengucap salam khusus kepada kyai/guru yang mengajar di kelas sebagai rasa hormat kepada guru.

Jadi, itulah adab-adab sebagai seorang santri yang telat masuk kelas. Pesan saya untuk semua pelajar Indonesia, untuk hadir tepat waktu.

“Murid harus menuggu guru di dalam kelas bukan guru yang menunggu murid di dalam kelas”.

Oleh : Muhammad Abid Yakhsyallah

 

 

Tuesday, September 21, 2021

Teman terbaik

                Siapa teman terbaik kita? Yang baik? Yang cocok? Atau yang menyenangkan?

                Lalu, sebuah pertanyaan, apakah kalian pernah merasa mereka sedikit ehhmm.. tidak sreg  dengan mereka, atau bagaimana gitu? Seolah kadang tidak baik, kadang tidak cocok, kadang tidak menyenangkan. Kenapa?

                Karena dari itu semua, masih ada kawan yang paling baik. Lebih baik dari mereka. Ia selalu ada di dekat kita. Apa itu?

                Kitab.

·         Kitab adalah teman yang selalu menenamani di saat sendirian

·         Kitab adalah teman saat belajar.

·         Kitab adalah pengetahuan paling enak di negara asing.

·         Kitab adalah teman yang tidak akan memujimu.

·         Kitab adalah teman yang tidak menipumu.

·         Kitab adalah teman yang tidak akan membuat bosan.

·         Kitab adalah teman yang tidak seperti parasit (meraup apapun darimu)

·         Kitab adalah teman yang tidak munafik.

·         Kitab adalah teman yang siap menerima semua luapan kita.

Bebeda Jalan

 Bebeda Jalan

         Suatu hari, Dimas, Rendi, dan Rizqi sedang gabut. Ketika itu,mereka bertiga berencana pergi ke sebuah wisata. Tapi, mereka sepakat untuk berangkat ke tempat dengan jalan yang berbeda, dengan alasan ingin tahu jalur yang cepat sampainya. Singkat cerita, Rizqi lah yang sampai duluan, dan tapi Dimas dan Rendi tidak terima. mereka bertiga berdebat karena tidak mau jadi yang terakhir sampai.

                Sama halnya, jika kita ingin belajar dengan niat mendekatkan diri kepada Allah. Kita bisa mengambil jalur manapun, seperti belajar dengan jalur : Pondok atau pesantren, belajar di TPQ, belajar lewat video You tube, Face book,  dll.

                Dan semua itu seperti semboyan kita, yaitu “Bhineka Tunggal Ika.” Berbeda beda tetap satu jua. Jikapun kita berbeda beda jalur untuk belajar,  tapi niat kita sama yaitu tetapi sat jua, berarti ingin mendekatkan diri kepada Allah.

Oleh : Om Burhan

Monday, September 20, 2021

Menghafal yuk!

              Dalam belajar kitab kuning, ada banyak sekali perangkat perangkat yang dibutuhkan untuk mencapai apa yang disampaikan oleh Muallif. Tidak jarang, dalam satu kata saja sudah banyak sekali fan  keilmuan. Nahwu, Shorof, Balaghoh, tidak akan lepas dari kitab kuning.

                Nah sekarang, bagaimana cara kita memahami banyak fan ilmu sekaligus? Padahal perangkat perangkat tadi sangat luas pembahasannya.

                Caranya adalah kita harus memahami konsepnya dahulu, pondasinya! Apabila kita mempelajari suatu fan ilmu tanpa mengetahui pondasinya, maka bisa dianalogikan membangun gedug di atas laut, roboh. Untuk membangun pondasi yang kuat, kita harus mendapat bahan yan kuat, tepat. Dan, bahan yang tepat untuk belajar kitab kuning adalah menghafal matannya. Dalam Ta’lim Muta’alim dijelaskan (halaman 66         ……والصواب عندى خى هذ ما فعله مشائخنا الخ

                Dikatakan juga  :               من حافظ المتون حاز الفنون                           

                Hakikatnya orang yang menghafal matanya maka diatelah memperoleh fan-nya. Tidak salah banyak dari pondok pesantren yang mewajibkan para santrinya untuk menghafal kitab kitab matan sebelum beranjak ke pembahasan selanjutnya, di kitab syarah aau hasyiahnya.

                Beberapa rekomendasi kitab matan dari berbagi fan, misalnya :

1.       Nahwu   : Jurumiyyah atau Al Imrithi

2.       Fiqh       :  Goyyatut Taqrib atau Tanirul Hija

3.       Tauhid   : Aqidatul Awwam atau Durusut Tauhid

4.       Hadist 
  : Al Arbai’n Nawawi

Dan lain lain dari banyaknya fan keilmuan. Bahkan, di beberapa pesantren, wiridan setelh shalatny membaca kitab kitab matan, untuk menyemangati dan membiasakan santri dengan hafalannya. Dalam Nadzhom mawarisnya, Imam Rahbani ngendikan :

والثلثان وهما التمام فاحفظ فكل حافظ امام

“Dua pertiganya itu sempurna. Maka menghafal lah, karena setiap orang yang hafal adalah pemimpin.”

 

Oleh : Muhammad Alawy Mahfudz