Wednesday, February 24, 2021

Mersani Tiyang Sholih

Beruntung sekali orang yang bisa  memandang Orang Sholih

        Keberkahan seorang yang sholih / ulama’ yang bisa kita alap keberkahanya bukan hanya terletak didalam ilmunya, ditanganya ketika dicum atau dibekas air minumnya saja, tetapi ketika kita memandangan wajah mereka saja, kita sudah mendapatkan keberkahan yang sangat banyak, yang pasti pandangan tersebut didasari akan pengagungan dan rasa cinta, bukan penghinaan atau rasa benci. Jiakalau semua pandangan disamaratakan akan mendapatkan keberkahan, abu jahal  juga termasuk orang yang paling banyak mempunyai keberkahan karena pernah melihat Makhluq Termulia nan Agung yaitu Rasulullah akan tetapi hal itu tidak akan terjadi, karena pandangannya didasari rasa benci dan penghinaan kepada Rasulullah yang menghasilkan kebalikan dari rahmat yaitu laknat. Seorang yang sholih / ulama’ tingkatan atau derajat kemulianya memanglah sangat tinggi. Allah saja memuliakan para ulama’, Dalam potongan ayat 11 Surat Al Mujadalah Allah Berfirman :

…  يَرفَعِ اللّهُ الَّذِينَ امَنُوا مِنكُم وَالَّذِينَ اُوتُوا العِلمَ دَرَجتٍ 

“... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ...”

        Pernah ada suatu cerita dari Habib Novel Alaydrus Solo yang Beliau dapat dari Habib Husain bin Hasan Alaydrus Solo. Ketika Beliau Habib Husain masih kanak-kanak setiap malam jumu’ah selalu diperintah ayah Beliau Habib Hasan ke Masjid Riyadh untuk hadir majelis maulid yang dipimpin Habib Alwi bin Ali Al Habsyi. Sebelum berangkat, Habib Husain selalu dipesani untuk mencari sesuatu diantara kedua mata Habib Alwi, dan namanya anak-anak pasti patuh terhadap orang tauanya. Berngkatlah Habib Husain ke Masjdi Riyadh Solo, diacara maulid tersebut Habib Husain selalu melihat wajah Habib Alwi deraya mencari sesuatu yang disampaikan ayahnya Habib Hasan. Sebulan, dua bulan, tiga bulan bahkan sampai setahun beliau ketika menghadiri majleis maulid di Masjid Riyadh selalu dipeseni ayahnya Habib Hasan tentag hal itu, tetapi hasilnya nihil semua, Habib Husain tidak menemukan apapun sama sekali. Hingga suatu waktu Habib Hasan bilang keanaknya Habib Husain “aku sengaja suruh kamu cari, agar pandanganmu tidak kemana-mana, biar memandang wajahnya Habib Alwi yang pernah beliau pernah bertemu Habib Ali Al Habsyi, yang pernah bertemu dengan banyak wali-wali dulu dan yang mungkin pernah bertemu Rasulullah dalam mimpi ataupun lebih dari itu, sehingga wajahmu ini mendapat barokah dari Habib Alwi Al Habsyi”.

      Tetapi kita sebagai manusia zaman akhir, yang tidak sekurun ataupun sekurun  tapi juga tidak pernah berjumpa dengan beliau-beliau karena jarak yang jauh. Apa yang bisa kita andalkan untuk mendapatkan keberkahan seperti itu dizaman akhir ini? Diterangkan dalam syair yang disusun Al Habib Ali bin Muhammad Bin Husain Al Habsyi (muallif simthud duror) :

بَختْ مَن قَد رَآهُم أَو رَأَى مَن رَآهُم

“beruntung orang yang pernah melihat mereka (orang sholih / ulama’) atau orang yang melihat orang yang pernah melihat mereka (orang sholih / ulama’)”

            Saking besarnya keberkahan melihat orang sholih / ulama, melihat orang yang pernah melihat mereka saja mendapat keberkahan juga. Sekarang, jikalau kita juga tidak pernah melihat orang yang pernah melihat beliau-beliau, lalu bagaimana? Apa yang kita andalkan lagi? Lanjutan dari syair diatas :

kedekatan muncul karena adanya rasa cinta

أو تَعلّق بهم دَائم ولاَزَم فينَاهُم

"atau (beruntung) orang yang mempunyai 

hubungan dengan mereka, selalu didepan

pintu mereka"

            Mempunyai hubungan yang dimaksud adalah adanya rasa cinta terhadap orang sholih atau ulama tersebut, karena kedekatan tumbuh karena adanya rasa cinta, kalau sudah dekat dengan beliau-beliau, tidak mungkin kalau keberkahan tidak kita dapatkan karena ketika Allah Ta’ala melihat dengan rahmat kepada kekasih-kekasihnya tersebut maka orang yang dekat dengan mereka pun akan merasakan rahmat-Nya Allah tersebut. Dan selalu berada didepan pintu mereka adalah selalu berharap dekat dengan mereka, selalu ingin bertemu mereka baik dimimpi atau lebih dari itu, selalu meneladani perilaku mereka dan mengambil ilmu-ilmu dari mereka.

            Semoga kita selalu dimudahkan Allah Ta’ala. Untuk mengambil / ngalap keberkahan dari orang-orang sholeh dan ulama dengan sebaik-baiknya, Amiin.



Rabu, 24 Februari 2021 M
Muhammad Misbahul Arif

Saturday, February 13, 2021

Awal Mula Kebijaksanaan

            Ada orang pintar – sebut saja namanya Ridho. Ia selalu lulus ujian dengan peringkat pertama, memenangkan bermacam macam loma, disukai banyak guru dan orang tua karena kebaikan dan kepintarannya. Terlebih lagi, ia orang yang rajin, baik, dermawan, dan mudah bergaul.

            Hari terus berjalan menjadi minggu. Minggu menjadi bulan dan terus merangkai menjadi tahun. Tujuh tahun berlalu, Ridho tetap menjadi orang yang baik, dermawan, rajin, dan tentu saja pintar.

            Suatu hari, ia dinikahkan dengan seorang perempuan cantik di desanya. Karena ia anak yang patuh, Ridho menyetujuinya, toh ia tidak masalah. Pernikahan berjalan lancar. Pasangan suami istri itu hidup bahagia selama satu semester.

            Akan tetapi, Ridho yang haus akan ilmu pun ijin pada istrinya untuk mencari ilmu. Sang istri tak keberatan, akhirnya, berangkatlah Ridho menaiki kapal pergi mencari ilmu. Namun sayang, ia yang terlalu senang tholiul Ilmi itu lupa hingga bertahun tahun terlewati.

            Akhirnya, setelah dua puluh tahun, Ridho memutuskan untuk pulang. Namun di tengah jalan, seorang petani menyapanya,

            “Hei, kau Ridho kan?” Ridho hanya menganggguk.

            “Sudah lama tak nampak kau lah. Apakah kau pulang dari belajar?” Ridho lagi lagi hanya mengangguk.

            “Sekarang aku coba bertanya, Apa awal dari kebijaksanaan itu?” Ridho yang merasa sudah berilmu menjawabnya dengan panjang lebar. Namun, sang petani hanya tersenyum dan menggeleng, tanda jawaban Ridho salah.

            “Lalu?” Ridho yang tidak terima dengan jawabannya yang salah mencari jawaan yang benar. Namun, sang petani berkata akan menjawab besok dan menyuruh Ridho untuk menginap semalam di rumahnya.

            ***

            Keesokan harinya, ketika ayam baru saja berkokok, Ridho dengan terburu buru meminta jawaan yang benar.

            “Awal mula dari kebijaksanaan adalah sabar.”

            “Haahh…” Ridho yang mendapat jawaan begitu pendek kecewa. Ia pun mengambil tasnya dan memutuskan pulang.

            Akan tetapi, saat ia hendak sampai rumahnya, Ridho melihat, istrinya yang masih cantik jelita tengah memangku laki laki. Tiba tiba, Ridho tidak dapat menahan emosinya. Ia kemudian hendak marah marah pada keduanya.

            Namun, tiba tiba teringat dengan ucapan petani tadi. Ia pun tersadar dan bertanya pada istrinya. Sang istri yang sudah tidak mengenali Ridho karena perubahannya menjawab dengan jujur,

            “Ini anak dari laki laki yang tengah tolabul Ilmi.

            ###

            Nah, bayangkan, bila saja Ridho tadi tidak sabar! Ia tidak hanya akan kehilangan sang istri, tapi juga anaknya.

 

Oleh : K-San

Wednesday, February 10, 2021

طُوبَى

طُوبَى

جاءَ أعرابيَّانِ إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فقال أحدُهما : يا رسولَ اللهِ ! أيُّ الناسِ خيرٌ ؟ قال : طُوبَى لمن طالَ عُمُرُه ، وحَسُنَ عملُه الحديث.

            Secara harfiahnya, hadits ini menceritakan suatu ketika baginda Rasulullah didatangi dua orang a’raby  lalu salah satu dari mereka bertanya ‘wahai Rasulullah! Siapakah orang terbaik itu? Maka Rasulullah menjawab ‘sangat beruntung bagi orang yang panjang umurnya dan bagus amal perbuatannya’Hasil gambar untuk ilustrasi orang bahagia

            Hadits ini mungkin bertentangan dengan mindset kebanyakan orang yang berpikir kalau orang yang beruntung ya orang yang mati saat masih kecil, meninggal langsung auto jannah.

            Hadits ini menjadi dasar bahwa mindset tersebut tidaklah benar, dawuh Rasulullah, orang yang paling bejo adalah yang panjang umurnya dan bagus amalnya. Jadi kalo orang model gini masuk surga pasti syukurnya dobel- dobel, nggak kayak yang mati bocil ujug-ujug surgo, kurang keren. Karena baginya masuk surga itu reward setelah struggle –berjuang- ta’at dan menjauhi larangan Allah di dunia. Dan bukanlah perkara mudah bisa survive dari hal ini.

            Jadi mudahnya kalo orang itu masuk surga ya pasti feelingnya lebih daripada yang auto jannah tadi. Karena merasa dia hidup di dunia itu ada hasilnya tidak sia-sia. 

 

Oleh : Muhammad Rafly

Sunday, February 7, 2021

Project “Blog-on.”

               Pada minggu ini, Ponpes putra Al-Fattah memulai sebuah program bernama “Blog-on.”.  Di mana setiap santri akan dibagi kelompok, dan tiap dua minggu, mereka akan memberikan sebuah tulisan yang menarik yang akan diposting di Blog pondok.


                Kenapa ada program ini?

                Apa tujuannya?

                Karena dengan menulis, seseorang akan belajar. Bila ia hendak menulis artikel ataupun opini, ia harus mempelajari bahan yang akan ia tulis. Saat menulis, pertama seseorang mungkin akan menggunakan bahasa yang kaku, namun perlahan ia pasti mulai dapat menggunakan bahasa yang estetik atau entah orang lain menyebutnya.

beberapa karya M. Jihad Nur Alim



                Manusia diciptakan dengan keterbatasan. Supaya apa? Supaya dia berkembang. Otak manusia itu layaknya karet, perlu sedikit paksaan supaya ia menjadi elastis dan lebih baik.

                Jadi, daripada sibuk bertanya kenapa kalian diciptakan terbatas. Kenapa tak kalian gunakan waktu itu untuk berkembang?

 Mari berkarya!

Mari berkembang!

Wednesday, February 3, 2021

Yang Membuat Seseorang Terjatuh

              Apa yang membuat seseorang jatuh kalau bukan mimpi yang tak tercapai. Sebelum itu mari kita semak kumpulan kalimat di bawah ini.




                Mimpi memang bukan sekedar cita cita, ia bisa juga berupa keinginan. contoh, menikahi anak kiai. Lalu apa yang akan kita lakukan? Pati berusaha, berusaha mendapatkannya, mecapainya. Terus berusaha, berharap bisa menikahi anak kiai tersebut.

                Nah, itulah masalahnya. “berharap bisa menikahi anak kiai tersebut.”. Lho, memang apa salahnya berharap? Kalau tidak berharap kan semua usaha akan menjadi hampa. Benar, bila tidak berharap semua usaha akan terasa hampa, tapi terlalu berharap dan lupa do’a yang menjadi masalahnya.

                Terlalu berharap memang tidak terlalu bermasalah, ia malah bisa membuat usaha semakin bertambah kuat. Namun masalahnya  adalah lupa do’a. Ini bukan sekedar berdo’a kepada allah meminta sesuatu. Ini tentang mengingat Allah, mengingat kalau semuanya itu kehendak Allah, mengingat kalau Allah itu yang berkuasa, yang patut disembah. Ketika kita ingat pada Allah, semua takdirnya akan kita terima, karena itu kehendak tuhan kita. 

Oleh : K-San