Ada orang pintar – sebut saja namanya Ridho. Ia selalu lulus ujian dengan peringkat pertama, memenangkan bermacam macam loma, disukai banyak guru dan orang tua karena kebaikan dan kepintarannya. Terlebih lagi, ia orang yang rajin, baik, dermawan, dan mudah bergaul.
Hari terus berjalan menjadi minggu. Minggu menjadi bulan dan terus merangkai menjadi tahun. Tujuh tahun berlalu, Ridho tetap menjadi orang yang baik, dermawan, rajin, dan tentu saja pintar.
Suatu hari, ia dinikahkan dengan seorang perempuan cantik di desanya. Karena ia anak yang patuh, Ridho menyetujuinya, toh ia tidak masalah. Pernikahan berjalan lancar. Pasangan suami istri itu hidup bahagia selama satu semester.
Akan tetapi, Ridho yang haus akan ilmu pun ijin pada istrinya untuk mencari ilmu. Sang istri tak keberatan, akhirnya, berangkatlah Ridho menaiki kapal pergi mencari ilmu. Namun sayang, ia yang terlalu senang tholiul Ilmi itu lupa hingga bertahun tahun terlewati.
Akhirnya, setelah dua puluh tahun, Ridho memutuskan untuk pulang. Namun di tengah jalan, seorang petani menyapanya,
“Hei, kau Ridho kan?” Ridho hanya menganggguk.
“Sudah lama tak nampak kau lah. Apakah kau pulang dari belajar?” Ridho lagi lagi hanya mengangguk.
“Sekarang aku coba bertanya, Apa awal dari kebijaksanaan itu?” Ridho yang merasa sudah berilmu menjawabnya dengan panjang lebar. Namun, sang petani hanya tersenyum dan menggeleng, tanda jawaban Ridho salah.
“Lalu?” Ridho yang tidak terima dengan jawabannya yang salah mencari jawaan yang benar. Namun, sang petani berkata akan menjawab besok dan menyuruh Ridho untuk menginap semalam di rumahnya.
***
Keesokan harinya, ketika ayam baru saja berkokok, Ridho dengan terburu buru meminta jawaan yang benar.
“Awal mula dari kebijaksanaan adalah sabar.”
“Haahh…” Ridho yang mendapat jawaan begitu pendek kecewa. Ia pun mengambil tasnya dan memutuskan pulang.
Akan tetapi, saat ia hendak sampai rumahnya, Ridho melihat, istrinya yang masih cantik jelita tengah memangku laki laki. Tiba tiba, Ridho tidak dapat menahan emosinya. Ia kemudian hendak marah marah pada keduanya.
Namun, tiba tiba teringat dengan ucapan petani tadi. Ia pun tersadar dan bertanya pada istrinya. Sang istri yang sudah tidak mengenali Ridho karena perubahannya menjawab dengan jujur,
“Ini anak dari laki laki yang tengah tolabul Ilmi.”
###
Nah, bayangkan, bila saja Ridho tadi tidak sabar! Ia tidak hanya akan kehilangan sang istri, tapi juga anaknya.
Oleh : K-San
0 comments: