Gak sengaja |
S: gimana si cara agar bisa baca kitab?
J: idih mana gue tahu, ujuk-ujuk bisa aja gitu pokoknya- mungkin
kita pernah disalah satu posisi itu
Setelah saya pernah
membuat sebuah tulisan yang bertema sama, saya kira, saya harus menambahinya.
Dalam tulisan saya
itu, saya memakai teori Belibrate Practice. Sebuah teori dimana seorang yang
ahli dihasilkan dari seringnya dan keterbiasan yang dia lakukan. Begitu juga
dengan beberapa santri senior yang ujuk-ujuk bisa tadi. Karena saking
sering dan keterbiasaan mereka sorogan, dan dilakukan selama ya mungkin dua
atau tiga tahun, mereka pun mencapai keahlian. Katakan bisa baca kitab.
Namun entah sebab IQ
yang dimiliki atau emang kurang belajar saja, masih ada beberapa santri lawas
yang masih kurang dalam baca kitab. Mereka kebanyakan belum menyebutkan makna
tarkib yang penting sekali. Baiklah, ini masalahnya. Santri baru maupun yang
belum bisa, kita samakan saja.
Sering sekali kita
mendengar masyayikh dawuh Iso Jalaran Soko Kulino. Ini sangat menarik
sekali dan maknanya tak jauh dari teori Delibrate Practice, sungguh-sungguh
belajar, bersabar dalam pembelajaran, dll. Santri yang mau belajar dan sorogan
secara konsisten harusnya bisa dan dapat menuai hasil yang diharapkan. Tetapi
dalam masalah tadi, nyatanya masih banyak juga santri lawas yang masih belum
bisa.
Lalu, mari kita singgung tentang Dhabit. Dhabit
adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan mampu
menyampaikan hafalannya kapan saja ia menghendakinya.
Ya, seorang santri normal
menemukan satu kalimat berulang kali, harusnya ingat dan benar dalam
mengartikan dikemudian hari. Dan adapun jika mereka masih belum benar,
berarti kesalahan terletak pada kali pertama mereka menemukan arti kata
tersebut. Sering kali kita menjumpai beberapa santri yang memang langsung
lepas membaca kitab terjemah. Mereka tak perlu melihatnya dan dengan sombong
langsung sorogan dengan modal makna asli kata tersebut.
Padahal saat kita
membaca terjemah makna gandul, tanpa sadar dan tidak sengaja, kita telah
melakukan suatu kebenaran makna yang tak kita pikirkan terlebih dahulu.
Andai saja mereka dari awal selalu baca secara benar-
berikut dengan tarkibnya, pasti mereka akan melakukan kebiasaan benar yang tak
mereka sadari dan akhirnya mereka terbiasa dengan makna benar tersebut.
Akhirnya, saya pun
melakukan percobaan kecil. Saya memberi arahan pada dua teman sorogan yang
masih MTs untuk teliti dan saya wajibkan membaca terjemah (makna gandul). Dua
bulan berlalu, bacaan makna gandul mereka selalu benar (katakan lengkap) dan
mereka pun akhirnya bisa mudah mengurai i’rob, alamat i’rob, nama tarkib, jenis
kalimah, dst sebab lengkapnya mereka memaknai.
Mungkin inilah salah
satu jawaban, gimana cara belajar baca kitab yang benar dan kita cari-cari.
Untuk santri MI dan MTs alangkah baiknya mereka selalu membaca terjemah
terlebih dahulu agar mengenal makna kata yang sesuai kaidah nahwu dan shorof.
Adapun ketika MA mungkin boleh mencoba langsung praktek.
Hingga akhirnya hasil
akhir masih kita harapkan, semoga sedikit simpulan ini bermanfaat. Aminn...
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5597897/apa-pengertian-dhabit-simak-di-sini-penjelasannya
.
https://saltfarmer.github.io/blog/youtube/Ulasan-channel-Kok-Bisa/