Tuesday, December 21, 2021

Kita di Masa Kini

            Sudah jutaan lebih manusia hidup. Sejak bapak kita – Adam – dengan ibu Hawa, hingga saat ini 2021, entah sudah berapa puluh generasi terlewati. Dari satu pasangan menjadi jutaan dan saat ini sudah mencapai 7,85 miliar.

             Manusia terus berkembang biak, hingga membuat bumi sesak. Manusia juga berkembang dalam banyak hal lainnya. Dari hidup di dalam goa yang gelap sampai sekarang tinggal di dalam rumah mengkilap, dari makan daging mentah hingga kini makan makanan mewah, dari kesana kemari berjalan sampai saat ini kemana mana menggunakan kendaraaan. Manusia tidak pernah berhenti berkembang.

            Namun, dari sekian banyak manusia yang tidak pernah berhenti berkembang, tidak sedikit dari mereka yang malah mengalami kemunduran.

            Dulu, para sahabat Nabi bisa menghafal dalam sekali dengar. Ada Imam Syafi’I yang bisa menghafal Al-Qur’an ketika umur sembilan tahun. Imam Syafi’i  juga sudah hafal ribuan hadist juga sanad sanadnya pada umur 13 tahun. Namun sekarang, seseorang begitu malas hanya untuk menghafal  beberapa hadist, mereka kadang menggerutu terlebih dahulu sebelum mencobanya.

      

Mula mula, orang orang hidup di dalam goa, di alam liar. Bila hujan kehujanan, bila kemarau datang kehausan. Orang perlu menempuh lika liku jalan puluhan mil untuk air. Hidup orang dulu butuh banting tulang, penuh perjuangan. Tapi kini, orang bahkan membentak ibunya untuk mendapat hal sepele yang mereka inginkan.

            Tempo hari, Sayyidina Ali bin Abi Thalib rela menjadi budak pada yang mengajarinya walau satu huruf. Akan tetapi di zaman ini, seorang murid bahkan  berani memukul gurunya hanya karena diingatkan tidak boleh merokok di sekolah.

            Perkembangan terus berjalan. Manusia semakin melakukan banyak kemajuan. Namun, lebih banyak dari mereka yang mengalami kemunduran. Baik dalam belajar, semangat juang, juga dalam ber-akhlak terhadap seseorang.

            Ada sebuah riwayat,

مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون

“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”

           Lantas, manusia jenis apa kalian ini? Manusia yang beruntung kah? yang merugi kah? atau yang terlaknat?

.Oleh : K-San

               

 

Sunday, December 19, 2021

SALAH MENARUH RASA

             Di pondok pesantren yang di huni oleh kang Jarno, ternyata ada satu lagi santri yang malasnya menyaingi kang Jarno, kang Kaslan namanya. Hal hal yang berkaitan dengan kemalasan, semuanya melekat pada diri kang Kaslan, malas mandi, malas mengaji, malas piket, dan malas malas lainnya. Tapi ada satu yang kang Kaaslan tidak malas, yaitu bermain di luar pondok. Untuk hal yang satu ini,\kang Kaslan sangat rajin, terlampau rajinnya sampai kadang kang Kaslan lupa atau melupa untuk mengikuti kegiatan jam wajib pondok. Berkali kali ditegur oleh pengurus dan ustadz tak membuat kang Kaslan kapok, malah semakin menjadi.

                Kemalasan kang kaslan berlangsung bertahun tahun, hingga ada sesuatu hal yang membuat kang Kaslan berubah. Hal itu tak ada yang mengetahui, yang rekan rekan santri tau, hanya kang Kaslan kini sudah mendapat hidayah. Kang Kaslan jadi rajin, sudah tak pernah meninggalkan jam wajib pondok. Bahkan, bisa di katakan kang Kaslan yang sekarang sudah selevel dengan kang Peno.

                Dua bulan berlalu dengan berubahnya kang Kaslan, kini tiba saatnya untuk liburan Idul Adha, hampir semua santri pulang ke rumah masing masing, tak terkecuali kang Kaslan. Mengingat liburan kali ini cukup lama, para santri saat pulang di berikan absen deresan, tujuannya tak lain untuk merawat apa yang telah di hafal oleh para santri.

                Liburan berlalu. Semua santri kembali ke pondok dengan cerita dan masalah yang berbeda beda. Ada yang tambah cerah wajahnya, Ada pula yang tampak kusut, mungkin karena masih malas kembali ke pondok. Kalau pada saat pulang di berikan absen deresan, tentu saja saat kembali lagi absen itu di kumpulkan. Ada yang kosong sebagian, ada yang full seperti kang Peno, tak sedikit juga yang kosong plong. Yang mengherankan adalah kang Kaslan, dua bulan terakhir berubah jadi sangat rajin, saat kembali tiba tiba absennya kosong plong. Tentu hal ini mengherankan kang Malik, keamanan pondok.

                “Ada apa tho kang. kog absen deresannya ngak di isi sama sekali?”, tanya kang Malik pada kang Kaslan.

                “Ngak pa pa kang”, jawab kang Kaslan sambil ngeloyor pergi.

                Malam hari, saat selesai jam wajib, kang Kaslan terlihat termenung, sendirian di pojokan dengan tatapan kosong. Hal ini membuat kang Songko yang kepekaan sosialnya tinggi tak tega. Di dekatilah kawannya yang satu itu, barang kali ada yang bisa dilakukan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.

                “Rokok kang?”, kang Songko menawari kang Kaslan rokok yang dia dapat dari ngutang di warung mbak Sum.

                “Makasih kang, lagi belum pengen ngerokok”, kang Kaslan menolak dengan halus.

                “Oh ya udah kang, mau ikut ngak kang?”

                “Kemana kang?

                “Ke atas, pada lagi ngobrol ngobrol”

                “Boleh kang”, kang Kaslan berpikir mungkin dengan bergaul dengan teman temannya dia bisa melupakan masalahnya.


                Sesampai di lantai atas, sudah berkumpul beberapa santri lainnya. Selain itu, gus Huda juga di situ, gus Huda ini memang gus yang supel dan ramah, mudah bergaul, termasuk dengan santri santrinya sendiri.

                “Woi Kaslan, mukamu kog kusut macam begitu kenapa tho?”, baru saja kang Kaslan muncul, dia sudah di sambar pertanyaan oleh gus Huda.

                “Ngak ada apa apa gus”, jawaban kang Kaslan tentu bukan jawaban sebenarnya.

                “Ah jujur saja Kaslan,”

                “Iya bener gus”

                “Biar aku tebak saja kalau kamu ngak mau mengaku”, sergah gus Huda.

                Belum kang kaslan menjawab, gus Huda sudah melanjutkan kalimatnya.

                “Kamu pasti gagal dalam masalah percintaan”

                “Iya gus”, wajah kang Kaslan memerah, tak di sangkanya tebakan gus Huda akan sangat tepat.

                “Kamu sih, harga beras sekilo aja tidak tau, sudah berani mencintai anak orang”

                “Iya gus, saya menyesal, ngak lagi gus, ngak lagi mau cinta cintaan”

                “Lho kenapa?”

                “Ngak mau kecewa lagi gus”

                “Jangan gitu, ngak semua cinta mengecewakan kog”

                “Iya gus, tapi rasanya takut saja, kalau di kecewakan lagi”

                “Kecewa nggak kecewa itu salah kamu sendiri, bukan cintanya yang salah”

                “Salah saya apa gus? apa mencintai itu ngak boleh?”

                “Kang sudah tak bilangin, yang salah kamu bukan cintanya”

                “Salah saya apa gus?”

                “Kamu salah menaruh rasa”

                “Maksutnya gimana gus?”

                “Ya kamu menaruh rasa cintamu pada orang yang salah”

                “Terus solusinya gimana gus?”

                “Ya taruh cintamu pada orang yang bener, yang pasti ngak akan mengecewakan kamu”

                “Lah dari mana saya tau mana yang bener dan tidak akan mengecewakan gus?”

                “Mau tak kasih tau siapa yang tak akan mengecewakan cintamu”

                “Mau dong gus”

                “Kanjeng nabi Muhammad, beliau itu pasti akan mencintai siapapun yang mencintai beliau”

                Kang Kaslan termenung, dari matanya terlihat menetes air mata.

                “Kamu kenapa menangis?”, tanya gua Huda.

                “Terharu saja gus, orang paling berhak saya cintai malah tak terpikirkan oleh saya, saya malah sibuk mencintai orang yang tak tentu akan mencintai saya”

                “Sudah ngak usah bersedih, tapi kalo boleh tau siapa nama orang yang mengecewakan kamu itu?”

                “Hidayah gus”.

 Oleh : Koboy

Tuesday, December 14, 2021

Positif yang Negatif

               Kita semua sama, mempunyai bapak bernama Adam, mempunyai ibu bernama Hawa. Kita semua sama, sesosok dari bangsa yang bernama Manusia. Kita semua sama, memimpikan tempat indah tiada tara bernama Surga.

                Lantas, sebuah pertanyaan, Kenapa kita berbeda? Padahal, kita sama sama berasal dari rahim ibu Hawa.

                Pertanyaan ini, pernah saya tanyakan pada guru agama, guru umum, kakak angkatan, paman, teman, dan mungkin yang lainnya. Dan seperti sebelumnya, mereka berbeda beda.

                Salah satu jawabannya adalah, “Otak kreatif manusia yang membuatnya belajar dari segala macam di dekatnya.” Namun, otak kreatif manusia, terkadang kere dengan seni agama.


                Contoh saja, seorang anak melihat kawannya berbohong pada gurunya. Guru itu tapi memaafkannya seraya berkata, “Tidak apa apa. Jangan diulangi lagi.” Kemudian, sang anak mengamati, memutar otak kreatifnya. Tidak apa apa, guru itu pemaaf. Toh, hanya sekali. Tidak akan diulangi. Padahal, dalam ajaran agama berbohong itu termasuk maksiat, dan maksiat itu harus dijauhi, tidak boleh dilakukan, walauapun itu hanya sekali.

                Jadi, sepenting itulah menancapkan seni islami sejak dini.

Oleh : K-San

Sunday, December 12, 2021

Tips dan Trik Mbalek Pondok

            Saat liburan pondok sudah selesai, waktunya para santri santri kembali ke pondok lagi untuk menimba ilmu. Di sini, saya akan berbagi tips dan trik saat kembali ke pondok. Saya akan membagi dua kategori, yaitu saat sebelum masuk ke pondok, dan saat sampai di pondok.

  Ø  Sebelum kembali ke pondok

                              1.            Menyiapkan semua yang dibutuhkan ketika pondok

                        Sebelum berangkat ke pondok, siapkan kebutuhan kebutuhannya. Seperti pakaian, alat alat tulis, peralatan mandi, snack, uang saku, dll. Jangan membawa barang barang yang mahal ke pondok. Karena, di pondok kita hidup bersama sama. Takutnya barang tersebut hilang atau membuat teman teman iri.

 

                              2.            Berpamitan

                        Jangan lupa juga berpanitan sebelum berangkat ke pondok. Berpamitan sekalian meminta do’a kepada kakek, nenek, saudara, dll, dan yang paling penting berpamitan kepada kedua orang tua. Karena do’a kedua orang tua itu maqbul.

 

  Ø  Saat sampai di pondok

                              1.            Menata niat

                        Nah, ini yang sering diingatkan beliau, K. H. Aniq Muhammad Makki, B.Sc. saat liburan sudah selesai dan kembali ke pondok, dawuh beliau “walaupun orang tua memondokkan kita agar dekat dengan madrasah, tapi kita harus iat mondok untuk Tholabul Ilmi.” Dengan Tholabul Ilmi, maka malaikat rahmat akan selalu melindungi kita dan setiap detiknya kita akan mendapat pahala sebagai orang yang Tholabul Ilmi.

 

                              2.            Menetapkan target setinggi tingginya

                        Agar mondok lebih semangat, kita harus menetapkan target setinggi tingginya. Saya ambil contoh kegiatan di P.P. Al – Fattah, ada Barnamaj tashlihul Hifdzi wal Fahmi (kegiatan bulanan ujian hafalan dan pemahaman). Dalam rangka kegiatan tersebut ada ranking, rata rata nilai, dan KKM yang bisa digunakan evaluasi perkembangan santri selama sebulan sekali.


 

                              3.            Mendo’akan kedua orang tua dan masyayikh

                        Yang terakhir, jangan lupa do’akan kedua orang tua dan para masyayikh sehabis sholat. Semoga beliau semua diberikan umur panjang,sehat wal afiat, dan bisa membimbing kita menuju ma’rifatullah wa ma’rifatu rasulillah shollahu alaihi wasallam. Amiinnn…..

 

Sekian, terima kasih. Semoga bermanfaat.

Oleh : Muhammad Abid Yakhsyallah

Wednesday, December 8, 2021

Bencana Terbesar Manusia

                Apa bencana terbesar dunia?


                Tsunami, Gempa, Tanah longsor, atau mungkin sebagainya.

                Lalu, apa bencana terbesar untuk umat manusia?

                Bukan, tidak Tsunami, Gempa, Tanah longsor, apalagi hanya sebatas banjir. Bencana terbesar untuk umat manusia adalah Kebodohan.

                Ingat! Kebodohan, bukan Bodoh. Karena Bodoh sejatinya tidak pernah ada, walaupun bodoh  dan kebodohan itu hampir sama.

                Kebodohan yang dimaksud di sini adalah tidak tahu, tidak memahami  sesuatu. Mungkin benar, tahu  dan faham itu adalah rezeki dari Allah. Dan kebodohan itu sendiri adalah bencana untuk kita. Namun, masih ingatkah urutan ketika mendapat bencana.

                Mendapat Bencana  - Bersabar – Bangkit.

                Begitu juga dengan kebodohan. Seseorang tidak seharusnya berkutat dengan kebodohannya. Ia harus bangkit bukan? Apalagi untuk para santri. Bukankah kalian adalah penerus para Kyai?




Oleh : K-San, diambil dari pengajian Adabul A'lim wal Muta'alim yang diampu Ust. Moch Sabiq Rohmatullah

Sunday, December 5, 2021

Serial Si Memet : Kepala Desa


     
Di sebuah desa yang sangat pelosok dan sangat jauh dari hiruk pikuk kota, sedang berkumpul semua masyarakatnya di suatu lapangan. mereka mempermasalahkan masalah kedatangan seorang petinggi dari kota kemarin, yang katanya kalau desa mereka ingin dianggap, maka mereka harus memiliki Kepala Desa. sedangkan kepala desa sebelumnya sudah kabur lama dan tak tahu rimbanya. jadi mereka sedang sibuk bersahut-sahutan bingung, menunjuk siapa orang di desa mereka yang pantas menjadi Kepala Desa.

          Mamet yang sedang pulang kampung dari kota dan melihat ada rame-rame di lapangan, langsung menuju lapangan, bertanya-tanya ada apa di lapangan. kenapa semua warga berkumpul di lapangan dan terlihat sedang mempermasalahkan suatu permasalahan yang serius. karena di lihat dari kejauhan mereka seperti segerombolan semut yang sedang berkerumun dan di ganggu manusia. sehingga terlihat ada yang berlari kesana kemari, ada yang diam saja, ada yang tabrak-tabrakan, ada yang tubruk-tubrukan, dan lain sebagainya. padahal di desanya selalu damai, aman, dan tentram. tak seperti biasanya, pikirnya.

          “Assalamuailakum”. teriak Memet memecah keramaian. hening seketika, seperti ada berita kematian. semua mata memandang kearah Memet, semua saling pandang, sebelum akhirnya saling mengangguk, “Waalaikumussalam”. jawab mereka serempak.

          jadilah Memet kepala desa dadakan di desanya, karena hanya Memetlah yang pernah ke kota dan bekerja di sana. dan jadilah Memet menjalani hari-hari berikutnya menjadi kepala desa.

          di hari ke 3 dia menjadi kepala desa, seperti biasa, Memet berangkat pagi-pagi sekali, memastikan apakah kantornya sudah bersih apa belum. karena jiwanya memang jiwa pembantu, jadi dia ingin semua tempat yang ia singgahi benar-benar steril dari noda seperti halnya rumah majikannya. tak lupa, dia juga memakai seragam kebesarannya sebagai kepala desa, yaitu hem putih di balut dengan jas hitam  lengkap dengan dasi merah, celana kain warna hitam, dan sepatu pantofel dengan warna senada bekas dari majikannya dari kota yang ia ambil di tempat sampah. kalau dilihat, dia sedikit mirip dengan foto Pak Jokowi yang di pajang di kelas-kelas, bedanya kalau rambut Pak Jokowi terlihat rapi dan klimis, sedangkan rambut Memet terlihat keriting dan awut-awutan. tapi sepertinya ada yang sedikit berbeda dari Memet hari itu, ya, di jari tengah tangan kanannya ada cincin akik berwarna merah kehitam-hitaman.

          di tengah jalan, Memet bertemu Mpok Ima yang mau pergi ke kebun. melihat Mpok Ima, Memet segera melaksanakan salah satu progamnya –seperti yang sudah ia lakukan pada 2 hari sebelumnya setiap bertemu warga- yaitu 3S yang artinya Senyum, Salam, dan Sapa. tapi kali ini reaksi Mpok Ima berbeda, dia malah melihat Memet dengan tatapan tajam kearahnya, lebih tepatnya kearah jari tengah tangan kananya Memet, lebih tepatnya lagi kearah cincin akik punya Memet. hingga kemudian mpok Ima pergi meninggalkan Memet dengan tergesa-gesa. Memet yang tak tahu apa-apa bingung, kenapa mpok Ima jadi begitu. mungkin terburu-buru, pikirnya. iapun dengan santai lanjut berjalan ke kantornya.

          ketika Memet sedang duduk santai di kantornya, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak-teriak dari luar. tak hanya satu orang, dua orang, atau tiga orang tapi berorang-orang, maksudnya puluhan entah ratusan. karena suaranya seperti sekumpulan dengungan lebah yang sedang memburu musuhnya.

“TURUNKAN MEMET!! TURUNKAN MEMET!! TURUNKAN MEMET!!”. seruan itulah yang Memet dapat ketika ia keluar dari kantornya.

           melihat Memet, mereka langsung menyerbu, membabi buta, dan melucuti pakaian Memet hingga hanya terlihat memakai CD warna hitam yang luntur dan ada bercak-bercak putihnya. “apa salah saya?”. melas Memet kepada semua warga yang sudah berkumpul di kantor balai desa.

“KAU TAK TAHU HAH?! CINCIN AKIK ITU!!”. bentak warga.

“kenapa dengan cincin akik saya?!”.

“CINCIN AKIK ITU MEMBUAT KAMI SEMUA IRI PADAMU, KARENA KAMI SEMUA TAK ADA YANG BISA MEMILIKINYA KARENA MAHAL!!”.

“tapi kan saya mendapatkannya tidak beli, saya dikasih majikan saya”.

“POKOKNYA KAMI TAK SETUJU!! KAU HARUS TURUN DARI KEPALA DESA!!”.

          semua warga menyerukan suara yang sama, mulai dari anak kecil hingga dewasa, dari pemuda-pemuda hingga pemudi-pemudi, dari bapak-bapak hingga ibu-ibu, bahkan dari kakek-kakek hingga nenek-nenek. mereka menyerukan suara yang sama. Memet hanya bisa bergumam,”kalian ini macam orang yang nyuruh buat mading berhadiah, tapi langsung menetapkan orang suruhannya kalah dan dapat hukuman. karena satu alasan dan satu peraturan yang ia tidak ketahui”.

Oleh : Cupong Da Silva

 

 

Wednesday, December 1, 2021

Manfaat Bersholawat kepada Rasulullah SAW


            Seperti yang kita ketahui, umat akhir zaman ini merupakan umat yang memiliki banyak cobaan cobaan duniawi yang sangat menggoda. Contoh saja HP, yang mungkin bisa mempunyai mudharat yang sangat besar jika kita tidak menggunakannya dengan baik.

                Bagaimana cara kita mengimbanginya? Yaitu dengan sholawat! Kenapa harus sholawat? Karena dengan bersholawat, kita bisa menge-cheat pahala kita. Dalam satu hadist nabi, dikatakan : “Barang siapa membaca sholawat kepadaku 1 kali saja, maka Allah akan mengabulkan 100 hajatnya, 70 hajat di akhirat dan 30 hajat di dunia."

                Satu lagi, bahwa sholawat bisa menghapus dosa dosa kita. Dan coba kita renungkan sejenak, bahwa di dalam sholat lima waktu, kita juga membaca sholawat kepada Rasulullah SAW. Tepatnya ketika duduk tahiyat. Berarti, secara tidak langsung, kita diwajibkan sholawat kepada Rasulullah SAW.

Oleh : Muhammad wafiqul Husna