Suatu malam, malam yang indah berhias purnama dengan ditemani berjuta-juta bintang yang kadang berkelip seperti berkedipnya istri kepada suami meminta jatah malamnya.
Malam itu, Memet sedang asik nongkrong dengan Mang Udin (sopir Pak Bambang). Entah apa yang mereka bahas, mungkin mereka membahas isu-isu terkini tentang yang terjadi di negri ini. Kalo kalian lihat, mereka seperti para pakar atau tokoh yang kalian lihat di tivi-tivi yang wajah mereka terlihat serius dan paham akan situasi negri ini.
Padahal dan padahal, mereka mungkin seperti Memet dan Mang Udin yang hanya sok paham, sok peduli, atau mungkin sok paling rela mati ketika negri ini dijajah orang-orang keji. Tapi faktanya, apa bedanya mereka dengan Memet dan Mang Udin, bahkan mereka lebih buruk lagi, mereka malah menjadi penjajah itu sendiri, uang negara dikorupsi, aktivitas rakyat dibatasi, nilai-nilai agama dikebiri, bahkan persatuan negri dipecah belahi. Woy, kenapa ini jadi serius?!.
Woke, kembali Memet dan Mang Udin yang sedang sibuk berdiskusi. Tiba-tiba, di tengah seru-serunya mereka membahas negri ini, ponsel Memet berbunyi, ada panggilan masuk. Dilihatnya foto profil orang yang memanggilnya, Memet terkaget-kaget bahkan hampir kehabisan nafas. Bagaimana tidak, foto profil orang yang memanggil Memet adalah seorang wanita yang cantik seperti cantiknya artis-artis papan atas, atau mungkin itulah artis itu sendiri. kalau digambarkan begini, kulit putih mulus, mata hitam kecoklat-coklatan dengan bulu mata menggoda, bibir merah muda merona, dan rambut blonde panjang terurai menambah nafsu birahi pria. Dan juga dia hanya memakai bikini, tapi Cuma setengah badan. Mana ada cewek cantik begini nelpon saya?, pikir Memet.
Saat pikiran liar Memet lagi seru-serunya berfantasi dengan foto wanita cantik yang memanggilnya, dilihatnya nama orang yang memanggilnya, tertulis “BOS BAMBANG”. Seketika hancur luruh semua pikiran liar dan fantasi Memet, yang awalnya dengan wanita cantik, berganti wajah dengan wajah majikannya, Pak Bambang. Anying, kirain siapa?! Ternyata Pak Bambang, gerutu Memet kesal dan kecewa.
“Ada apa Pak?”. Tanya Memet mengangkat panggilan dengan nada kesal. “jemput saya Met di pasar!”. Jawab Pak Bambang. “tapikan ada Udin pak”. Protes Memet, tapi yang di seberang sudah memutus panggilannya. Memet langsung menoleh ke Mang Udin, “kan kau yang ditelpon dan disuruh”. Jawab Mang Udin tanpa babibu. Dengan suasana hati yang masih kesal dan tak terima, Memet sambil menggerutu segera mengambil kunci dan pergi menjemput Pak Bambang.
Ketika sampai pasar waktu menunjukkan pukul 07.01, itulah waktu yang ditunjukkan jam dinding yang dipasang di mobil carry kesayangan Pak Bambang. Dan jam segitu pasar benar-benar telah sepi dan gelap. Mana mungkin pak Bambang menyuruh jemput di sini? Pak Bambang kan orangnya takut kesepian dan kegelapan, pikir Memet. Untuk memastikan, Memet segera menelpon pak Bambang,
“Bapak dimana pak?” tanya memet
“Di pasar Met”
“Pasar yang mana pak?” Karena setahu Memet, pasar di kota itu cuma satu, dan menjadi pusatnya kriminal dan dosa kota itu, mulai dari menjambret, mencopet, mencuri, menipu, merampas, merampok, mencabul, dan lain sebagainya. Bahkan mungkin setan tak perlu ke situ untuk menjerumuskan manusia. Karena tanpa setan pun, manusia di situ telah menjadi setan itu sendiri.
“Pasar yang berada di dalam gedung dan ber-AC Met” jawab pak Bambang. “Ha?! Itu namanya pasar Swalayan pak” gerutu Memet. “Tapi pasar kan Met?!” jawab pak Bambang tak mau kalah.
“Iya pasar, tapikan pak…..arghh ya sudahlah. Bapak ini kalo kasih informasi yang benar, biar saya gak kesasar”.jelas Memet.
“Tapi benar pasarkan?”. Lagi-lagi pak Bambang tak mau kalah.
“Ya sudahlah pak, saya segera kesana”. Akhirnya Memet segera mengalah. Sambil memutar kemudi, Memet bergerutu, “Pak Bambang ini, macam orang yang keliru kasih informasi bus, udah keliru, tak mau kalah lagi”[1].
[1] Kejadian ini berawal ketika kami akan pergi ziarah. Waktu itu kami dikasih tahu kalo lokasi bus berada disuatu tempat. Dan kami mengambil jalan pintas untuk segera sampai ketempat lokasi bus. Awalnya kami berpikir kalo kami datang lebih dulu, tapi ternyata ketika sampai dilokasi, bus tak ada dan kami hanya mengambil jalan memutar dan lebih jauh.
0 comments: