Tuesday, April 19, 2022

Apa yang di Dalam


Satu dari sekian syair sufistik yang begitu mengagumkan dan mind blowing.

 

"Aku berjalan melawati rumah Laila, maka kuciumi dinding rumah itu sana sini.

 

Tapi bukanlah dinding yang membuat hati ini mencinta, melainkan seseorang yang tinggal di dalam rumah lah yang memikat rasa ini"

 

Kiranya, itulah terjemahan syair Qais pada kekasihnya Laila.

 

So.... coba kita renungkan bersama, banyak orang di luar sana mengatakan 'ziarah haram, tawassul haram, ini haram, itu haram' iki lek opo...

 

Gini lho, yang kita tuju selama ini kan apa yang di dalam, bukan apa yang tampak di luar, yang kita arep-arep kan tetep Allah meskipun luarnya kita madepe ke maqam mbah sunan semisal. Ibarat di dalam rumah ada orang yang kita tuju bukan rumahnya tapi tentu orang di dalamnya.

 

Bukankah setiap kali berdoa, kita tetap menjadikan Allah sebagai subjek pengarep kita? Allah tetap menjadi figur yang kita harapkan mengijabah penyuwun kita, memang apa arti kata 'allahumma' dan 'rabbana' selama ini?

 

Bukannya apa, kita ini cuman hamba amatiran yang meh madep langsung Gusti Allah yo gak macem, maka kita meminta pada Allah dengan cara melalui perantara mereka para auliya sholihin, yang notabene mereka adalah hamba Allah yang udah pro player. Ya nggak?

 

Lalu contoh lain, ketika sampean pergi ibadah haji, sampean madep ke baitullah ka'bah, apa sujud sampean ditujukan pada ka'bah atau pada Dia, Dzat yang memiliki ka'bah? Tentunya ini pertanyaan retoris yang telah jelas jawabnya.

 

ولكن حب من سكن الديار

Intinya disana.....

Wednesday, April 13, 2022

Diri Sendiri



    permulaan hidup itu bukan pada ketika dilahirkan. Jauh sebelum itu, kita telah hidup di angan angan orang tua kita. Di angan akan berhasil pada agama dan kehidupan dunia. Angan mulai menjadi jadi, ketika kita mulai tumbuh di kandungan, mulai mengangan adam atau hawa, mulai belanja persiapan kelahiran putra atau putri, dan ketika anda dilahirkan, sejak mulai itu, saat itu juga, anda mulai dilatih berdiri di atas kaki anda sendirian. Ketika anda dilatih berjalan yang diharapkan bisa lari dan seterusnya. 

    Orang tua hanya bisa mengarahkan, hanya bisa menunjukkan, sementara yang menjalankan tetap kita. Kita berdiri bukan pada kaki orang lain, tapi pada kaki kita sendiri. Jadi, saat melakukan kesalahan kita ga bisa nyalahin sana sini. Mereka hanya melihatkan, tapi kita yang menjalankan. Jadi, mulai saat ini, harus dan bener bener harus di sadarkan pada kehidupan yang menuju kematian bukan sebaliknya.

Oleh : Setiawan