Satu dari sekian syair sufistik yang begitu mengagumkan dan mind blowing.
"Aku berjalan melawati rumah Laila, maka kuciumi
dinding rumah itu sana sini.
Tapi bukanlah dinding yang membuat hati ini mencinta,
melainkan seseorang yang tinggal di dalam rumah lah yang memikat rasa ini"
Kiranya, itulah terjemahan syair Qais pada kekasihnya Laila.
So.... coba kita renungkan bersama, banyak orang di luar
sana mengatakan 'ziarah haram, tawassul haram, ini haram, itu haram' iki lek
opo...
Gini lho, yang kita tuju selama ini kan apa yang di dalam,
bukan apa yang tampak di luar, yang kita arep-arep kan tetep Allah meskipun
luarnya kita madepe ke maqam mbah sunan semisal. Ibarat di dalam rumah ada
orang yang kita tuju bukan rumahnya tapi tentu orang di dalamnya.
Bukankah setiap kali berdoa, kita tetap menjadikan Allah
sebagai subjek pengarep kita? Allah tetap menjadi figur yang kita harapkan
mengijabah penyuwun kita, memang apa arti kata 'allahumma' dan 'rabbana' selama
ini?
Bukannya apa, kita ini cuman hamba amatiran yang meh madep
langsung Gusti Allah yo gak macem, maka kita meminta pada Allah dengan cara
melalui perantara mereka para auliya sholihin, yang notabene mereka adalah
hamba Allah yang udah pro player. Ya nggak?
Lalu contoh lain, ketika sampean pergi ibadah haji, sampean
madep ke baitullah ka'bah, apa sujud sampean ditujukan pada ka'bah atau pada
Dia, Dzat yang memiliki ka'bah? Tentunya ini pertanyaan retoris yang telah
jelas jawabnya.
ولكن حب من سكن الديار
Intinya disana.....