Friday, May 27, 2022

Melatih Jiwa Kepemimpinan Dalam Ranah Kemasyarakatan

Manusia merupakan makhluk sosial. Dengan demikian, antara satu individu dengan yang lainnya memiliki keterikatan. Dalam hal saling memenuhi kebutuhan itu menunjukkan, bahwa diperlukannya sebuah organisasi, supaya lebih memudahkan tercapainya tujuan, yang berlandaskan kerjasama dengan asas kekeluargaan dan kekompakan.

Di dalam organisasi juga sangat diperlukan adanya pemimpin yang akan menahkodai anggotanya dalam menentukan arah berlangsungnya sebuah organisasi. Pemikiran-pemikiran pemimpin maupun langkah geraknya ikut berpengaruh terhadap perkembangan organisasi tersebut.

Tipe-tipe kepemimpinan dapat kita teladani dari para pemimpin umat Islam, yakni Khulafaur Rasyidin, salah satunya adalah Khalifah Abu Bakar As-Shidiq, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر

Artinya: “Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku, yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Maajah).

Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat, kaum muslimin dihadapkan suatu problematika yang berat, karena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pemimpin umat. Suasana wafatnya rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingungan, Hal ini karena mereka sama sekali tidak siap kehilangan beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.

Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada sebagian golongan sahabat dari Muhajirin dan Anshar di tempat Saqifah Bani Saidah, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah.

Singkat cerita, terpilihlah sahabat Abu Bakar As-Shidiq sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan atas umat Islam. Setelah para sahabat Nabi dan kaum Muslimin saat itu membaiat Abu Bakar, maka Abu Bakar pun memberikan pidatonya atas kepercayaan umat Islam kepada dirinya. Adapun isi pidato itu adalah:

"Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku. Berdirilah (untuk) shalat, semoga rahmat Allah meliputi kamu."

Demikianlah proses terpilihnya Abu bakar menjadi khalifah sebagai pengganti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sikap dan sifat Abu bakar as Siddiq tidak berubah meski beliau sudah menjadi khalifah ketika beliau memerintah beliau menunjukkan sebagai khalifah yang bijaksana, beberapa prestasi yang diperolehkan sebagai hasil usaha keras beliau dapat membawa umat Islam menuju kejayaan.

Setiap orang adalah seorang pemimpin, paling tidak bagi dirinya sendiri. terutama bagi generasi-generasi muda yang selanjutnya akan menggantikan generasi sebelumnya dalam peranan untuk menjadi pusat dari kemajuan Bangsa. Seperti halnya pepatah arab mengatakan:

 شبان اليوم رجال الغد

–Syubbanul yaum rijalul gadd–
“Pemuda hari ini adalah pemimpin besok hari”




Pepatah arab yang satu ini sangat terkenal, biasa dibawakan dalam pidato tentang pemuda, biasa pula disandingkan dengan perkataan Soekarno : Berikan saya sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia.

Pemuda memang disiapkan untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang, minimal dia akan memimpin satu lingkup terkecil dari negara ini, yaitu keluarganya.

Siapapun bisa jadi dan pasti jadi pemimpin, namun tidak semua orang mampu memimpin. Oleh sebab itu, anda yang masih muda yang masih banyak waktu luang harus benar-benar mepersiapkan diri untuk mengambil tongkat kepemimpinan tersebut dengan terus belajar dan berlatih.

Imam syafii pernah berkata,

من أراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم ومن أراد هما فعليه بالعلم

Siapa yang menghendaki dunia maka dia harus punya ilmu, dan barang siapa yang menghendaki akhirat maka dia harus punya ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka dia harus punya ilmu

 

 

 

 

  Sekian dari saya, انظر ما قال ولا تنظر من قال .

Oleh: M. Yusrul Falah.

 

Thursday, May 26, 2022

Bagaimana Cara Memandang?

              Santri santri besok mendapatkan liburan tengah semester, kang Jarno yang sudah lama tidak pulang, kali ini memutuskan untuk pulang. Sudah beberapa tahun kang Jarno mondok tidak pulang, maklum, memang rumah kang Jarno sangat jauh, bahkan berbeda provinsi dengan pondok.

                Setelah menaiki bus, di oper ke bus lain hingga tiga kali, akhirnya kang Jarno sampai ke kampung halamannya, desa indah nan permai. Desa kelahiran kang Jarno, desa yang empat tahun ini sudah dia tinggal untuk pergi menuntut ilmu. Semua masih sama, tidak banyak hal yang berubah. Pemuda pemuda yang dulu nongkrong di perempatan kini pun masih nongkrong di perempatan, hanya saja jumlahnya kian bertambah, pemuda pemuda yang dulu mengaji di masjid kini masih di masjid, hanya saja jumlahnya berkurang. Perubahan yang agak mencolok adalah adanya rumah baru di dekat rumahnya, rumah itu di huni oleh orang pendatang yang menetap di desanya.

                Selama beberapa waktu di rumah, kang Jarno tak pernah melihat seperti apa tampang tetangga barunya itu, padahal jalan ke rumah tetangga barunya itu sejalan dengan jalan kang Jarno saat ke masjid, tapi tak sekalipun kang Jarno pernah berpapasan, apalagi bertemu. Hingga suatu malam saat kang Jarno habis mengikuti berjanjenan di masjid. kang Jarno lewat di depan rumah tetangga barunya tersebut, melihat tetangganya di depan rumah sedang duduk santai, sebagai sesama muslim kang Jarno mengucap salam, sang tetangga pun menjawab.


   “Mampir kang”, tak di sangka tetangga baru yang belum pernah dia lihat itu menawarinya mampir. Kang Jarno yang memang penasaran dengan tetangga barunya tersebut mengiyakan tawaran mampir tersebut.

                 Di temani kopi dan makanan makanan ringan, Kang Jarno mengobrol ringan, mulai dari kenalan, basa basi hingga menyentuh sampai pembicaraan yang lebih dalam. Terutama saat kang Jarno menyalakan rokoknya.

“Sampean ngerokok juga pak?”, tanya kang Jarno sambil menawarkan rokoknya kepada tetangga barunya yang ternyata bernama pak Kirman,

“Dulu iya mas, tapi sejak saya mulai belajar agama saya berhenti”

“Lho, memangnya kenapa, kaitanya apa rokok sama agama pak?”

“Mas kan yang nyantri, seharusnya lebih paham dong hukumnya merokok”

“Nggak masalah kan pak merokok?, mubah kan?, yang paling keras makruh paling paling, tergantung keadaan”

“Bukannya saya membantah sampean mas, tapi rokok itu kan membahayakan, bisa kanker, serangan jantung, impoten dan banyak lagi, sedang membahayakan diri sendiri itu kan haram mas”

“Berarti saya dosa dong pak merokok?”, tanya kang Jarno sambil mematikan rokoknya.

“Bagaimana ya mas, menurut yang saya pelajari sih begitu”

“Alasannya haram?, alasannya dosa apa pak?”

“Ya itu mas, membahayakan diri sendiri”

“Berarti daging kambing, gula, ikan laut haram dong”

“Ya enggak gitu juga mas, kan itu semua hukum asalnya boleh”

“Tadi katanya yang membahayakan haram kan pak?”

“Iya mas”

“Lha itu, daging kambing bisa bikin darah tinggi, terus jadi stroke, gula bisa bikin diabetes, ikan laut kolestrolnya tinggi, kan juga bahaya”

“Itu kan kalo sering dan banyak dalam mengkonsumsinya mas”

“Memang kalo rokok tidak banyak, tidak sering lantas boleh, tapi kalo sering kalo banyak jadi ngak boleh, kog malah jadi ngak konsisten gini pak?”

“Waduh, kog saya malah jadi bingung sendiri”

“Bingung kenapa pak? bingung sama rokok?”

“Ya kira kira begitu lah”

“Santai saja pak, saya ngak memaksa bapak menerima pernyataan saya. Yang bapak omongkan juga benar kog, rokok memang membahayakan, tapi juga ada manfaatnya, tergantung dari sisi mana bapak memandangnya, kalo di pandang dari sisi bahaya ya bisa jadi haram semua nanti”, saat kang Jarno menyelesaikan kalimatnya, terjadi keheningan.

karena merasa sudah malam,  kang Jarno kembali menyalakan rokoknya lalu pamit pulang. meninggalkan si tetangga dengan kebingungan.

Oleh : Koboy

Monday, May 23, 2022

Pelajaran Penting Dalam Hidup

  Hampir dari kita semua tahu, bagaimana menurunnya kualitas orang orang zaman sekarang. Terutama pada masalah cara berperilaku. Salah satu keterangan ngaji yang saya dengar di pondok memberikan jawaban atas masalah tersebut.

 “Itu semua karena kebanyakan mereka kurang belajar Tashowuf.”

  Nah, apa itu ilmu Tashowuf?

 Tasawuf adalah gerakan Islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Contoh kitab yang menerangkan tashowuf adalah, Kifayatul Atqiya’, Al-Hikam, Minhajul Abidin, dan sebagainya.

 Namun, tahukah kamu, kita sebenarnya sudah mulai diajarkan tashowuf sejak dini.

 Contohnya, Ketika kecil, kita mungkin pernah merengek karena apa yang kita inginkan tidak terkabulkan. Lalu, orang tua kita mengajarkan, “urip kadang ngono nang. Ora angger kepengenan keturutan.”

 Contoh lainnya, kebanyakan dari orang tua menyuruh anaknya untuk berteman dekat dengan orang orang yang baik, supaya kebaikan dari orang tersebut menular.

 Intinya, belajar tashowuf bahkan sudah dimulai sejak kita masih kecil. Diajarkan oleh orang tua kita, mungkin juga orang orang berpengalaman lainnya. Jadi, selama seseorang itu benar benar mengingat apa yang diajarkan orang tuanya sejak kecil, Insya Allah dia bukan termasuk dalam orang orang zaman sekarang yang mengalami banyak kemunduran. 

Oleh : K-San

Monday, May 16, 2022

Jare Mbahku

           


   Jare mbahku, mondok iku ibarat koyo nandor telo. Mergo, wong nandor telo kudu sabar. Nek ga sabar, lagi diceblokno, jabut, ganti panggon, jabut, ganti panggon. Nak ngono carane, yo ora ono hasile. Kudune gelem sabar nyeblokno sak nggon, gelem ngenteni pol ono telone.

 


          
Begitu juga wong mondok. Lagi mlebu pondok, gang sediluk metu, ngko mondok meneh, gak sediluk metu meneh. Nek ngono carane, yo hasile opo?

            Dadi wong sabar, iku kudu sabar dalam segi hal opo wae. Mondok iku kudu istiqomah sak panggonan, ditekuni. Nek ora yo ora ono hasile.

            Jadi, opo wae kelakuanmu iku kudune ditekuni ben ono hasile.

Oleh : Muhammad Rangga Al - Aghni