Santri santri besok mendapatkan liburan tengah semester, kang Jarno yang sudah lama tidak pulang, kali ini memutuskan untuk pulang. Sudah beberapa tahun kang Jarno mondok tidak pulang, maklum, memang rumah kang Jarno sangat jauh, bahkan berbeda provinsi dengan pondok.
Setelah menaiki bus, di oper ke bus lain hingga tiga kali, akhirnya kang Jarno
sampai ke kampung halamannya, desa indah nan permai. Desa kelahiran kang Jarno,
desa yang empat tahun ini sudah dia tinggal untuk pergi menuntut ilmu. Semua
masih sama, tidak banyak hal yang berubah. Pemuda pemuda yang dulu nongkrong di
perempatan kini pun masih nongkrong di perempatan, hanya saja jumlahnya kian
bertambah, pemuda pemuda yang dulu mengaji di masjid kini masih di masjid,
hanya saja jumlahnya berkurang. Perubahan yang agak mencolok adalah adanya
rumah baru di dekat rumahnya, rumah itu di huni oleh orang pendatang yang
menetap di desanya.
Selama beberapa waktu di rumah, kang Jarno tak pernah melihat seperti apa tampang tetangga barunya itu, padahal jalan ke rumah tetangga barunya itu sejalan dengan jalan kang Jarno saat ke masjid, tapi tak sekalipun kang Jarno pernah berpapasan, apalagi bertemu. Hingga suatu malam saat kang Jarno habis mengikuti berjanjenan di masjid. kang Jarno lewat di depan rumah tetangga barunya tersebut, melihat tetangganya di depan rumah sedang duduk santai, sebagai sesama muslim kang Jarno mengucap salam, sang tetangga pun menjawab.
“Mampir kang”, tak di sangka tetangga baru yang belum pernah dia lihat itu menawarinya mampir. Kang Jarno yang memang penasaran dengan tetangga barunya tersebut mengiyakan tawaran mampir tersebut.
Di temani kopi dan makanan makanan ringan, Kang Jarno
mengobrol ringan, mulai dari kenalan, basa basi hingga menyentuh sampai
pembicaraan yang lebih dalam. Terutama saat kang Jarno menyalakan rokoknya.
“Sampean ngerokok juga pak?”, tanya kang Jarno sambil menawarkan rokoknya kepada tetangga barunya yang ternyata bernama pak Kirman,
“Dulu iya mas, tapi sejak saya mulai belajar agama saya
berhenti”
“Lho, memangnya kenapa, kaitanya apa rokok sama agama pak?”
“Mas kan yang nyantri, seharusnya lebih paham dong hukumnya
merokok”
“Nggak masalah kan pak merokok?, mubah kan?, yang paling
keras makruh paling paling, tergantung keadaan”
“Bukannya saya membantah sampean mas, tapi rokok itu kan
membahayakan, bisa kanker, serangan jantung, impoten dan banyak lagi, sedang
membahayakan diri sendiri itu kan haram mas”
“Berarti saya dosa dong pak merokok?”, tanya kang Jarno
sambil mematikan rokoknya.
“Bagaimana ya mas, menurut yang saya pelajari sih begitu”
“Alasannya haram?, alasannya dosa apa pak?”
“Ya itu mas, membahayakan diri sendiri”
“Berarti daging kambing, gula, ikan laut haram dong”
“Ya enggak gitu juga mas, kan itu semua hukum asalnya boleh”
“Tadi katanya yang membahayakan haram kan pak?”
“Iya mas”
“Lha itu, daging kambing bisa bikin darah tinggi, terus jadi
stroke, gula bisa bikin diabetes, ikan laut kolestrolnya tinggi, kan juga
bahaya”
“Itu kan kalo sering dan banyak dalam mengkonsumsinya mas”
“Memang kalo rokok tidak banyak, tidak sering lantas boleh,
tapi kalo sering kalo banyak jadi ngak boleh, kog malah jadi ngak konsisten
gini pak?”
“Waduh, kog saya malah jadi bingung sendiri”
“Bingung kenapa pak? bingung sama rokok?”
“Ya kira kira begitu lah”
“Santai saja pak, saya ngak memaksa bapak menerima
pernyataan saya. Yang bapak omongkan juga benar kog, rokok memang membahayakan,
tapi juga ada manfaatnya, tergantung dari sisi mana bapak memandangnya, kalo di
pandang dari sisi bahaya ya bisa jadi haram semua nanti”, saat kang Jarno
menyelesaikan kalimatnya, terjadi keheningan.
karena merasa sudah malam, kang Jarno kembali
menyalakan rokoknya lalu pamit pulang. meninggalkan si tetangga dengan
kebingungan.
Oleh : Koboy
0 comments: