Thursday, June 23, 2022

Pentingnya Semangat Menulis



 "Kepenulisan adalah salah satu bentuk menyampaikan عبارة yang ada di dalam akal kita, عبارة yang ada di dalam pikiran kita, akhirnya dibentuk dalam tulisan. Perlunya untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hati, biar bisa dibaca oleh orang lain dan bisa dirasakan oleh orang lain." Itulah yang beliau - Gus Aniq - sampaikan di dalam sambutan acara seminar kepenulisan pertama kali Pondok Pesantren Putra Al-Fattah yang digelar pada tanggal 23 Juni 2022 M.

Di awal sambutan, Gus Aniq juga memberikan semangat kepada para santri. Karena, beliau tidak ingin acara pada hari ini hanya sekedar acara biasa. Melainkan bisa memantik semangat para santri untuk menulis.

 

Gus Aniq memberikan motivasi menulis kepada santri santri

Gus Aniq menceritakan ketika Perang Badar. Saat itu, Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam beserta para sahabatnya berhasil memenangkan peperangan tersebut. Orang kafir baik yang mati ataupun menjadi tawanan banyak. Nah, coba bayangkan apa tebusan, apa persyaratan yang diminta oleh Rasulullah agar orang-orang quraisy ini lepas dari tawanan perang? Salah satunya adalah, kalau tawanan perang tersebut bisa baca dan bisa nulis, maka dia disuruh untuk menjadi mudabbirnya para Muhajirin dan Ansor.

Maka, bisa ditarik kesimpulan, di dalam agama Islam, konsentrasi menulis memang ada. Walaupun nabi kita adalah Ummi, tidak bisa baca tulis, tapi umatnya disuruh untuk bisa baca dan nulis.

Tapi, menulis juga kalau bisa yang bermanfaat, yang sesuai dengan kadar seorang tholibul ilmi. Apalagi, ini adalah santri, penerus para kyai.

Alhamdulillah, para santri antusias mengikuti kegiatan seminar 

Mungkin itu awalan sambutan dari Gus Aniq, yang menerangkan betapa pentingnya seseorang untuk menulis.

Nah, di acara seminar kepenulisan yang dimulai sekitar jam 08.15, dihadiri oleh Gus Aniq, juga Ummi Muthi' Imaroh sebagai dewan pimpinan sekaligus memberikan motivasi motivasi sebagai santri. Selain itu, acara ini dihadiri oleh narasumber yang tentunya penting dalam acara seminar.

Muhammad Hasan atau K-San sebagai narasumber pertama 

Narasumber pertama adalah Muhammad Hasan. Seorang penulis dari Kota Wali, Demak. Dia berasal dari pondok sendiri, Pondok Pesantren Putra Al-Fattah. Alasannya dipanggil sebagai narasumber adalah, karena dirinya yang punya semangat menulis tinggi dan sudah berhasil membuat beberapa karya novel. Di antaranya ; The Eight Stranger Things, Siluman Wadon, Si Naga, Sok Mben

Agus Ferhadz Ammar Muhammad MIP sebagai narasumber kedua

Narasumber kedua adalah Agus Ferhadz Ammar Muhammad MIP. Sama seperti narasumber pertama, beliau sekarang tinggal di Demak. Beliau adalah pemilik Rembang Bicara Media. Di acara tersebut, beliau diminta memberikan dasar dasar menulis kepada para santri. 

Mungkin cukup sekian, untuk lebih lanjut bisa dilihat sendiri di Facebook INSAF

https://www.facebook.com/alfattahkudus/videos/1063529670937468/

Sunday, June 19, 2022

Antara Makan Dan Dzikir

Apa yang anda ketahui tentang makan?

Dan apa yang anda ketahui tentang dzikir?

Coba kita renungkan sejenak,

            Oke gak usah lama-lama, kita bahas aja langsung. Makan dan dzikir merupakan dua hal yang hampir setiap hari kita amalkan. Tapi, apakah kalian tahu bahwa makan dzikir adalah dua sumber kekuatan jasmani dan rohani kita. Gak percaya? Mari kita simak.

            Makan adalah suatu kegiatan untuk menambah atau mengembalikan kekuatan kita yang telah hilang. Bayangkan saja, manusia gak makan sehari aja pasti dia merasa lemas. Itu cuma sehari, bagaimana kalau berhari-hari, bisa mati deh kalau seperti itu. Hehehe.... Oke, lanjut...

            Mungkin Sebagian dari kita belum tahu bahwa dzikir itu sebelas duabelas dengan makan. Fungsinya sama sih, yaitu sebagai sumber power. Bedanya, kalau makan itu untuk badan dan dzikir itu untuk ruh.

            Mengenai manfaat dzikir bukan hanya itu aja. Di antarannya lagi bisa nenangin hati dan pikiran kita, seperti halnya dengan ayang, ya gays ya. Dan dari hati, pikiran yang tenang kita bisa mengingat Allah yang maha kusasa. Bahkan, Allah saja memerintahkan kita untuk berdzikir, wooowww.... 

        Di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab surat ke 33 ayat 41 di jelaskan:

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya.

            Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa “MAKAN ADALAH SUMBER POWER JASAD KITA, SEDANGKAN DZIKIR ADALAH SUMBER POWER RUH KITA”, maka dari itu teman-teman, perbanyaklah dzikir kepada Allah, mengingat-ingat Allah, bukan hanya soal perut saja yang di besarin. Hehehe.

Oleh: Ahmad Ulin, @Naja_Fint.

           

 

Friday, June 17, 2022

Keutamaan Memakai Tasbih

         Karena melihat anak Al-Fattah yang suka memakai tasbih akhir-akhir ini, saya terfikirkan  untuk membuat tulisan ini. Dengan tujuan, agar mereka yang belum suka pakai tasbih, mau pakai tasbih dan orang yang udah pakai tasbih, tambah suka dan tambah semangat memakai tasbih.




Diantara keuntungan pakai tasbih. 

Pertama, dapat pahala mengikuti sunnah Nabi Muhammad, Karena FYI Memakai tasbih itu sunnah karena ada hadis:

عليكن با لتسبيح وا لتكبير, وعقدن با لأنامل, فإ نهن يأ تين يوم القيامة مستنقطات, ولا تفعلن... فتنسين الرحمن ( رواه ابن 

أبي شيبة في مصنفه)

Artinya: “Perbanyaklah diri kalian dengan membaca tasbih, tahlil, dan bertakbir. Dan hitunglah dengan jari-jari kalian, karena sesungguhnya jari-jari tersebut akan datang pada hari kiamat untuk ditanya dan menjawab. Dan janganlah kalian lalai (diri berdzikir), niscaya kalian akan lupa atas rahmat Allah (H.R. Ibnu Abi Syaibah).”

Kedua, Tasbih akan menjadi saksi bagimu kelak di akhirat bahwa kamu suka berdzikir, berdasarkan hadis di atas.

Ketiga, Memudahkan kamu banyak ingat kepada Allah. Karena ada hadis:

نعم المذكر... السبعة. (رواه الديلمي عن سيدنا مرفوعا)

Artinya:”Paling baiknya pengingat (bagi seorang hamba agar selalu berdzikir) adalah tasbih.” (H.R Addailami)

Keempat, Habib Abu Bakar ibn Abdullah Al-Attos pernah bercerita:

كَانَ الشيخ حسنٌ المغربي كثير الإجتماع بالنبي صلى الله عليه وسلم, ثم ذات يوم اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم يقظة, فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: باأفيدك بثلاث خصال, قال: هي لي خاصةأم للناس عامة: الأولى: إذا حملت السبحة لتسبيح...تعدّمسبحاً ءسبحت بها ام لم تسبح, والثانية: أن القهوةمادام طعمهافي فيك...تستغفرلك الملائكة, والثالثة:جلوسك عند وليٍّ من أولياءالله حي أوميّتٍ, ولو كحلب شاة. أو كشجِّ بيضةٍ, خيرٌ لك من أن تعبدالله في زويا الأرض كلّها أو إلى أن تقطع أعضائك إربا إربا

 Syeikh Hasan Al Maghrabi adalah orang yang sering berjumpa dengan Nabi Muhammad. Kemudian, pada suatu hari dia berjumpa dengan Nabi Muhammad dalam keadaan terjaga (bukan mimpi). Kemudian, Nabi Muhammad berkata kepadanya, “Aku akan memberimu faidah dengan tiga hal.” Syeikh Hasan Al Maghrabi berkata, “faidah tersebut khusus untukku, ataukah umum untuk semua orang?” Maka Nabi Muhammad menjawab, “Umum, untuk semua orang. Pertama, jika kamu membawa tasbih untuk niat berdzikir, maka kamu akan dihitung berdzikir, meskipun kamu (saat itu sedang) berdzikir dengan tasbih tersebut atau tidak. Kedua, sesungguhnya selama aroma kopi dimulutmu masih terasa, maka malaikat akan selalu meminta ampunan untukmu. Ketiga, dudukmu di hadapan salah seorang wali wali Allah, baik (wali tersebut) masih hidup atau meninggal, dan meskipun hanya seukuran memras susu kambing atau memecahkan telur, maka hal tersebut lebih baik bagimu daripada beribadah kepada Allah dari segala penjuru bumi, bahkan sampai anggota tubuhmu terputus."

Alhamdulillah, betapa baiknya Allah kepada kita. Oleh karena itu, saya katakan nggak ada ruginya kamu bawa kesana kemari, mau kamu pakai dzikir atau pun nggak. Nggak bakal rugi.

Lakal Hamdu Wa Syukru Ya Robbi.

Ehhmm.. Segitu dulu, karena nanti kalau kebanyakan kasihan yang ngetik. Hehehe…. Meskipun masih banyak fadhilah fadhilah yang lain. Btw, kalau mau lihat yang lainnya, bisa dibaca di Kitabul Adab karya Sayyid Muhammad Amin bin Idrus bin Abdullah bin Umar bin Syekh Abu bakar bin Salim, seorang ulama muda asal Indonesia, murid dari Habib Zein bin Smith, Madinah. Dan tulisan saya bersumber dari situ. 

Wallahu ‘Alam.

Oleh: Fiki Ishbahul Haq

Wednesday, June 15, 2022

Kenapa Sih Kok Kita Hidup?

 

Terkadang kita mikir-mikir, apa sih gunanya hidup? Terus, kita jika melihat orang-orang yang kepintarannya dibawah kita, dan kita sudah muak melihat orang itu, biasanya ada kata-kata yang terlontar “goblok!! mati ae kono, ra guno urip!” Padahal, kita sendiri juga belum tahu, kita ada gunanya apa nggak.

Di Al - Qur’an Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz Dzaariyaat:56).

Jika kita sudah mengetahui jika hidup untuk beribadah kepada Allah, maka kita harus mendalami ibadah dan ilmu agama, lebih tepatnya yaitu dengan cara belajar ke ustad-ustad atau mondok ke kyai atau ulama yang sanadnya menyambung kepada nabi kita, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Setelah mendalami ilmu agama, kita harus mengamalkan ilmu yang kita peroleh.

Dan Allah juga berfirman,

اَللّٰہُ الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ وَّ مِنَ الۡاَرۡضِ مِثۡلَہُنَّ ؕ یَتَنَزَّلُ الۡاَمۡرُبَیۡنَہُنَّ لِتَعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ۬ۙ وَّ اَنَّ اللّٰہَ قَدۡ اَحَاطَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عِلۡمًا

“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.”



Allah memerintahkan kita untuk berusaha mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Tapi saat belajar, pasti kita diberi berbagai cobaan. Contoh saja susah menghafal, mengantuk, dan sebagainya. Maka dari itu, kita harus berikhtiar. Jika saja ikhtiar kita hanya membuahkan hasil sedikit, maka kita harus bertawakal kepada Allah dan bersabar.

Karena Allah berfirman :

 وَ عَلَی اللّٰہِ فَتَوَکَّلُوۡۤا اِنۡ کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ

“Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللّهِ

“Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah “

                Jika usahamu sudah membuahkan hasil, kita sebagai makhluk wajib bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. 

وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”

 

Oleh : Harun Kamil Muhammad Wahid

 

Monday, June 13, 2022

Sosial Media dan Segala Problema Penggunanya

      Dunia berada dalam satu genggaman. Semua dapat dicapai dengan satu klik tanpa menunggu lama. Informasi, hiburan, pekerjaan, sampai urusan perut bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun.

        Begitu pun kehidupan sosial penggunanya. Dengan hadirnya sosial media, sedikit banyak mempengaruhi kehidupan seseorang yang menggunakannya. Termasuk cara berpakaian, cara bersosial dengan lingkungan, bahkan pola pikir bisa terpengaruh olehnya. Di samping pengaruh positif yang ditimbulkannya, banyak juga dampak negatif yang muncul darinya. Seperti menurunnya interaksi antar individu, maraknya informasi yang tidak benar, bahkan yang paling parah bisa mengganggu kesehatan mental kita. Loh, emang bisa bersosial media bisa mengganggu kesehatan mental kita? Sangat bisa sekali dong. Seperti, gangguan kecemasan (anxiety), memicu depresi, kecanduan, dan menganggu kualitas tidur.

         


          Ada lagi dampak buruk yang ditimbulkan dari bersosial media, yaitu cyber bullying atau perundungan dalam dunia maya. Pernah tidak kamu membuka facebook, kemudian dalam facebook itu muncul "kenangan anda 10 tahun yang lalu" apa perasaanmu? Jika itu benar-benar kenangan baik bagimu tak akan jadi masalah. Namun, jika itu merupakan ke-alay-an mu dimasa lalu? Malu lah pastinya. Dan jika itu diunggah kembali di masa sekarang, maka akan timbul perundungan di sekitar kita. Minimal hate comment atau komen yang tidak mengenakkan. Sedikit banyak cyber bullying seperti ini bisa mengganggu kesehatan mental kita. Maka benar kutipan "yang trending sekarang, maka akan alay pada masa nya". Maka berbijak lah dalam mengikuti trending-trending yang bersliweran disekitar kita.

          Dengan bijak menggunakan bersosial media kita bisa mencegah diri kita dari pengaruh negatif bersosial media. Salah satu treatment atau cara berbijak bersosial media adalah dengan puasa sosial media. Bukan berarti kita meninggalkan 100% sosial media kita ya, namun membatasi pengguanaan sosial media. Seperti halnya berpuasa, ada saatnya berpuasa ada juga saatnya berbuka. Hanya kita yang tau dan bisa me manage kapan kita berpuasa sosial media dan kapan kita membukanya. Sedikit banyak pasti ada efek yang ditimbulkan dari treatment ini.


         Kemudian saya ingat dawuh Abuya Ahmadi tentang bijak menggunakan televisi. Beliau mengibaratkan televisi itu sebagai pisau. Jika pisau digunakan untuk masak, makan akan berdampak baik. Bahkan bisa berpotensi pahala jika diniati ibadah. Namun jika digunakan untuk membunuh orang,maka akan jadi menjadi dosa bagi pelakunya. Begitu juga bersosial media, jika kita menggunakannya sebagai sarana positif,seperti membagikan informasi yang sesuai fakta, media belajar media bertukar informasi maka akan berdampak positif bagi kita. Namun jika kita menggunakannya untuk berkomen yang tidak baik, membagikan informasi hoax, tentu akan sangat mungkin menjadi ladang dosa bagi penggunanya.

A boardcaster of daily happiness,
M. Ulil Azka.

 

Wednesday, June 8, 2022

Al Fattah Dalam Jaringan

            Selasa, 7 Juni 2022. Sekitar siang hari setelah Dzuhur, Keluarga Ndalem tindak’an ke Jogja untuk mengantarkan santri PonPes Al Fattah - Mas Abdullah Muafa - masuk ke pondok barunya, Al Munawwir Krapyak.

            Sore harinya, setelah Hadroh Basaudan, biasanya Gus Aniq mengajar kami kitab Al Waqt secara bandongan. Tapi kan, saat itu Gus Aniq di Jogja. Namun Masya Allah, Gus Aniq masih menyempatkan waktu beberapa menit untuk mengajar kami, walaupun lewat google meet yang disambungkan proyektor. Alhasil, kami masih bisa mengaji dan melepas rindu walaupun dalam keadaan yang jauh.


            Sebenarnya, lewat jaringan bukanlah yang pertama kali sore itu. Selapan yang lalu, saat Majlis Khotmil Qur’an Ahad Pahing, Gus Aniq juga membaca do’a khataman lewat online. Dan dulu waktu covid - 19 juga pernah dalam Rohmatul Lana.

            “Ada tekhnologi, eman kalau tidak digunakan.” Itulah yang beliau sampaikan sore kemarin sebelum ngaji kitab Al Waqt di mulai.

            Hal ini sama dengan apa yang ada dalam kitab Al Waqt bagian awal. Di situ dituliskan, seseorang seharusnya menjadi Shorim. Walaupun diterangkan, Shorim ialah menggunakan waktu sebaik mungkin. Namun, itu bisa diartikan ke hal lain juga. Karena, bukan waktu saja yang harus dieman eman. Tekhnologi, tenaga, dan lain lainnya juga harus digunakan sebaik mungkin.

            “Insya Allah tidak mengurangi keberkahan.” Tutur beliau – Gus Aniq – saat itu juga.

                                                                    

Friday, June 3, 2022

DALIL CINTA

               Setelah perbincangan dengan kang Jarno tempo hari, pak Kirman merasa ada lagi hal hal yang perlu di perbincangkan dengan kang Jarno. Pak Kirman merasa paham yang dia anut banyak yang bersebrangan dengan nilai nilai yang ada di desa.

               Sepulang dari bekerja, pak Kirman membersihkan badan, menjalankan kewajiban pada gusti Allah, pak kirman memutuskan untuk menemui kang Jarno di rumahnya. Dengan pekarangan yang tak terlalu luas, pohonn mangga dan pohon sawo tumbuh subur di depan rumah kang Jarno. Meski rumah kang jarno kecil namun cukup bersih dan rapi.

“Asslamualaikum”, pak Kirman mengucap salam dari depan rumah kang Jarno.

“Waalaikum salam”, kang Jarno muncul tak lama kemudian.

“Ada waktu mas?”,

“Tentu saja ada pak, tumben kog malem malem begini datang, duduk dulu pak”, setelah mempersilahkan pak Kirman duduk, kang Jarno masuk kedalam rumah. Beberapa saat kemudian muncul dengan kopi dan pisang goreng di atas nampan.

“Monggo pak di nikmati, adanya Cuma ini”, tawar kang Jarno pada pak Kirman.

“Iya mas,”, keduanyapun menyeruput kopi hampir bersamaan.

“Ada apa pak?”

“Sebenarnya saya ngak enak mas mau menanyakan ini sama mas”

“Ah santai saja pak, tanya apa saja boleh, asal jangan tanya kapan nikah”, jawab kang Jarno sambil terkekeh.

“Beneran ini mas?”

“Iya dong pak”

“Begini mas, saya ini merasa kurang sreg dengan beberapa amalan warga desa”

“Amalan yang mana pak”

“Contoh yam as, salah satunya tawasul ke pada para wali”

“Lho kenapa pak kog ngak sreg”

“Lha kan para wali itu sudah mati, mana bisa di minta i do’a”

“Kalo para wali itu yang mati Cuma jasadnya pak, tapi jiwanya, selalu hidup pak, kalo saya ya mati ya mati saja, kalo para wali berbeda pak”

“Lha terus begini mas, misal memang para wali bisa mendoakan kita, kenapa kog pake wasilah para wali segala, kenapa kog ngak do’a sendiri saja?”

“Begini saja pak, bapak bisa manjat ngak?”

“Bisa mas”

“Misal di suruh ambil mangga enak manjat apa pake galah?”

“Ya enak pake galah dong mas”

“Tawasul juga begitu pak, meskipun bisa do’a sendiri, lebih enak melalui para wali, kan kalo saya berdo’a sendiri, belum tentu di kabulkan, saya masih banyak dosa”

“Ada satu lagi mas, boleh saya tanya lagi?”

“Monggo kerso pak”

“Begini mas, kenapa kog pas bulan maulid itu pake perayaan segala, perayaan kaya gitu ngak ada dalilnya”

“Kalo masalah itu ngak perlu pake dalil”

“Kog bisa?,”

“Kami merayakan itu bentuk cinta kami pada kanjeng nabi, seperti lahirnya sampean, bentuk cinta kedua orang tua sampean, apa lahirnya sampean butuh dalil?. Cinta itu ngak butuh dalil pak”, setelah kang Jarno menyelesaikan kalimatnya, tiba tiba turun hujan.

“Saya mau pamit, mau ngambil jemuran”, Pak kirman setengah berlari saat meninggalkan rumah kang Jarno.

“Lha wong cinta pada jemuran saja boleh kog, masak pada kanjeng nabi ngak boleh”, kata kang jarno lalu terkekeh.

 Oleh: Koboy.

Thursday, June 2, 2022

BAIK BUKAN BERARTI MENYERANG YANG JELEK

               

BAIK BUKAN BERARTI MENYERANG YANG JELEK

                 Kang Peno sebagai orang paling rajin di pondok, kini punya saingan, kang Po’o namanya. Semua hal baik yang di lakukan kang Peno pasti juga di lakukan kang Po’o. Mulai bangun malam untuk njungkung pada gusti Allah, deresan yang istiqomah, hingga hal hal seperti jubah dan jenggotpun di perhatikan oleh kang Po’o, bahkan kang Po’o malah cenderung lebih getol daripada kang Peno.

                Di pojok kamar, seperti biasanya, terdapat kang Jarno yang sedang tertidur, dengkurnya yang lumayan keras tiba tiba terhenti ketika kang Po’o datang menggoyang goyangkan tubuhnya. Air yang jatuh dari jenggot kang Po’o menetes di wajah kang Jarno sehingga membuat kang Jarno terbangun. Dengan mata yang masih kriyep kiyep dia di cecar oleh pertanyaan kang Po’o.

“Kang Jarno, sampean ngak bosen apa tiap hari tidur tiduran melulu?”, tanya kang Po’o setengah menghardik.

“Ada apa tho kang?”, kang Jarno yang nyawanya belum benar benar terkumpul beranjak duduk dan mengusap belek di matanya.

“Gini lho kang, tak lihat lihat kog sam
pean ini kerjaannya cuma tidur saja setiap hari”

“Terus gimana kang”

“Ya rugi dong, kan sampean mondok jauh jauh sampai sini cuma untuk pindah tidur, kan goblok tho namanya”

“Memang kang, saya ini goblok, kalo saya pintar ya ngak mungkin saya ada di sini, bisa jadi saya sudah jadi mentri, jadi presiden, atau apalah itu”, kang Jarno malah cengar cengir sekarang.

“Lah itu, sudah sadar kalo goblok kog malah gak ada usahanya, tidur tiduran aja kerjaanya”, nada bicara kang Po’o meninggi.

“Sampean sebenarnya mau ngapain tho?, kalo bangunin saya cuma buat bilang kalo saya ini goblok, yang rugi malah sampean”

“Saya cuma mau mengingatkan”

“Mengingatkan itu untuk orang yang lupa kang, lha saya…. ngak pernah lupa kalo saya goblok kang”

“Ya sudah kang, terserah sampean, yang penting niat saya baik”

“Alhamdulillah kalo niat sampean baik, saya takutnya kalau…..”, kang Jarno tidak melanjutkan kalimatnya.

“Kalau kenapa kang?”

“Ngak lah kang, ngak usah saya lanjutkan kalimatnya, nanti menyakiti hati sampean”

“Ngak papa kang lanjutkan saja, saya ngak akan sakit hati”

“Ya sudah karna sampean yang minta, saya takutnya itu, misal sampean mengingatkan saya ada huungannya sama diri sampean yang sudah baik itu”

“MAKSUTNYA?”, kang Po’o memerah wajahnya.

“Ya sampean yang orang baik harusnya paham maksutnya sendiri sekaligus maksut saya”, kang Jarno makin cengar cengir saat lawan bicaranya terlihat semakin emosi.

“Saya ngak mengerti maksut kang Jarno sebenarnya”, kali ini nada bicara kang Po’o sudah mulai menurun.

“Maksutnya, kalo sampan itu memang mau berbuat baik, ngak berarti sampean harus menyerang yang jelek jelek macam saya”, kang Jarno ngeloyor pergi mencari tempat tidur lain setelah menutup kalimatnya.

Oleh: Koboy.