Selasa, 7 Juni
2022. Sekitar siang hari setelah Dzuhur, Keluarga Ndalem tindak’an ke
Jogja untuk mengantarkan santri PonPes Al Fattah - Mas Abdullah Muafa - masuk ke
pondok barunya, Al Munawwir Krapyak.
Sore harinya, setelah Hadroh Basaudan, biasanya Gus Aniq mengajar kami kitab Al Waqt secara bandongan. Tapi kan, saat itu Gus Aniq di Jogja. Namun Masya Allah, Gus Aniq masih menyempatkan waktu beberapa menit untuk mengajar kami, walaupun lewat google meet yang disambungkan proyektor. Alhasil, kami masih bisa mengaji dan melepas rindu walaupun dalam keadaan yang jauh.
Sebenarnya, lewat
jaringan bukanlah yang pertama kali sore itu. Selapan yang lalu, saat Majlis
Khotmil Qur’an Ahad Pahing, Gus Aniq juga membaca do’a khataman lewat online. Dan dulu waktu covid - 19 juga pernah dalam Rohmatul Lana.
“Ada tekhnologi, eman
kalau tidak digunakan.” Itulah yang beliau sampaikan sore kemarin sebelum
ngaji kitab Al Waqt di mulai.
Hal ini sama
dengan apa yang ada dalam kitab Al Waqt bagian awal. Di situ dituliskan,
seseorang seharusnya menjadi Shorim. Walaupun diterangkan, Shorim
ialah menggunakan waktu sebaik mungkin. Namun, itu bisa diartikan ke hal
lain juga. Karena, bukan waktu saja yang harus dieman eman. Tekhnologi,
tenaga, dan lain lainnya juga harus digunakan sebaik mungkin.
“Insya Allah tidak
mengurangi keberkahan.” Tutur beliau – Gus Aniq – saat itu juga.
“
0 comments: