Beberapa hari yang lalu, sempat viral di negeri kita yang tercinta ini, fenomena Citayam Fashion Week yang dilakukan oleh remaja-remaja di daerah Jaksel, khususnya daerah Bojong Gede, Sudirman dan Bekasi.
Nah, bak rasa cintaku padamu yang cepat sekali menyebar(eh.), trend dan demam ini akhirnya sampai juga di kota saya, Kudus, yang terkenal akan jenang(halah, udah tau kok kang!) dan vibes santri yang begitu kental.
Nah, mari kita renungi sejenak dan langsung to the point saja.Okelah, boleh-boleh saja para model-model itu adu outfit mereka, adu sneakers Nike Air Force 1 mereka(tapi saya husnudzon itu KW super sih :D), adu pakaian branded mereka, yang penting ga perlu adu banyak-banyakan mantan saja lah ya(eh.).
Okelah, kita berikan toleran dan applause sama model-model yang sebagian memperkenalkan gaya hijab model terkini dan memperkenalkan busana muslim lainnya, mungkin dengan ini, banyak orang termotivasi untuk make busana muslim dengan tetap mengikuti trend saat ini, lah ini yang repot itu model-model yang pake pakaian “you can see”(kalian paham sendiri lah ya) itu, dan parahnya lagi kebanyakan dari mereka itu EMAK-EMAK LHO! Yang notabene mereka sudah punya suami!(ga malu dilihat suami bu?:( )
Nah, kita sebagai santri tentu saja harus menanggapi event-event seperti ini dengan bijak, okelah, event-event seperti ini mungkin saja ada manfaatnya(seperti yang saya sebutkan sebelumnya), boleh-boleh saja kita ikut nonton(tapi jangan liat yang “you can see” itu yah :D)tapi kayaknya ya, lebih banyak mudhorotnya ga sih? Karena itulah, alangkah patutnya, kita menghindari event seperti ini, dan mengingkarinya dengan segala kemampuan kita.Kalo dengan nasihat atau tindakan tidak memungkinkan, minimal kita harus(FARDHU AIN.)mengingkarinya dalam hati, dan ini adalah paling lemahnya iman.
Zaman sekarang, semuanya seperti diputar balikkan, dulu ketika kita melakukan maksiat, dan perbuatan yang dianggap masyarakat jelek aja malunya minta ampun(apalagi ketahuan temen buat puisi cinta untuk si doi :D).Nah sekarang? Semua hal itu dianggap biasa-biasa saja, make ”you can see” ditempat umum dilombakan, orang tak punya pacar dianggep jones, sedangkan kita yang santri, kemana-mana pake sarung, ke mall pake sarung, nongki sama temen pake sarung, makan pake tangan, malah dianggap jadoel, nggak ikut trend, kudet, aneh dan pandangan-pandangan yang tak mengenakan lainnya.Pasti teman-teman pernah merasakannya bukan?
Ada kisah menarik dan memotivasi yang berkaitan dengan makan pake tangan.Suatu saat Hasan Al-Banna(pendiri ikhwanul muslimin) sedang makan di sebuah resto mewah di Perancis dan beliau makan langsung menggunakan tangan, alhasil, semua orang di resto itu memandang sinis beliau, beliau juga merasakan hal itu dan berkata “Aku makan dengan tanganku sendiri, aku pegang makananku sendiri dan kumasukkan ke mulutku sendiri, sedangkan kalian makan dengan garpu dan sendok, sudah berapa kali itu masuk ke mulut-mulut orang?”.Para bule-bule itu terdiam.SKAKMAT!
Pada akhirnya, zaman yang diprediksi oleh Rasulullah akhirnya terjadi “Akan datang suatu masa atas umatku, dimana orang yang memegang kuat keimanannya, bagaikan memegang bara api yang membara”.
Ya, itulah zaman ini.Kita para santri dianggap aneh karena kemana-mana pake sarung,(tak kasih nota harga sarung saya pingsan kalian :D) sedangkan orang yang melakukan maksiat terang-terangan dianggap biasa saja.
Akhir catatan, semoga Allah selalu memberikan pertolongan kepada kita dan menguatkan iman kita bak karang laut yang tak goyah dihantam gelombang, Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
Oleh: M. Wafiqul Husna.