Kalimat yang kita gunakan dalam menggambarkan Tuhan, hakikatnya seperti cermin, kita dapat menyaksikan diri kita di dalam cermin tersebut.
Jika sifat takut yang pertama kali hadir di benak kita saat mendengar nama Tuhan, berarti sifat takut lebih dominan hadir di dalam diri kita.
Dan jika cinta dan kasihsayang Tuhan yang hadir di benak kita ketika mendengarkan nama Tuhan, berarti sifat ini yang lebih dominan h inadir di dalam diri kita." ~ Syams Tabrizi ~
Dari sini kita dapat memahami, seperti apa kehadiran Tuhan di dalam hati kita. Cukup dengan menyaksikan rasa yang hadir di dalam diri saat mendengarkan nama Tuhan.
Rasa tersebut bisa berganti-ganti, dari takut menjadi cinta atau dari cinta beralih ke takut. Kadang bergantung pada haliyah (kondisi) diri kita.
Itulah sebabnya mengapa Tuhan disebut sebagai yang membolak balikkan hati. (مقلب القلوب) Sebab Tuhan akan bertajalli di dalam diri manusia dengan salah satu namaNya, bahkan dari satu nama ke namaNya yang lain.
Yang dimaksud membolak-balikkan hati disini, bukan dari baik ke buruk atau buruk ke baik. Karena Tuhan tidak memiliki nama yang buruk. Semua nama Ilahi baik sebab semua namanya adalah indah, Asmāul Husna.
Tapi jika hanya rasa takut yang terus menerus yang hadir di dalam diri saat mendengarkan nama Tuhan, tanpa pernah beralih ke rasa kasih dan sayang, mungkin persoalannya ada di dalam diri kita sendiri. Apa yang menyebabkan kita terus menerus takut kepadaNya?
Sudah sepantasnya kita mempunyai sayap untuk terbang menuju ridho-Nya, dengan sepasang sayap Khouf (takut) dan Raja' (harapan). Tanpa keseimbangan antara keduanya, kita bisa jatuh kedalam jurang nestapa.
Oleh: ‘Alawy Mahfudz.
0 comments: