Friday, November 18, 2022

Minhajut Tholibin, Karya Fenomenal Imam Nawawi

 




Sekilas Kitab

Minhajut Thalibin merupakan kitab yang penuh keberkahan. Keberadaannya menarik banyak perhatian ulama di kalangan Syafi’iyah, khususnya generasi muta’akhirin. Para ulama besar Mazhab Syafi’iyah seperti Imam Jalaluddin al-Mahalli (864 H), Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli (957 H), Imam Ibnu Hajar al-Haitami (974 H), Imam Muhammad bin Ahmad Al-Khatib Asy-Syirbini (977 H), serta lainnya; menulis syarah atau komentar berjilid-jilid atas kitab ini. Ada sekitar tiga ratus lebih kitab yang lahir dari Minhajut Thalibin ini. Baik berupa syarah (komentar), hasyiyah (catatan kaki atas syarah), taqrir, nadzam, mukhtashor dan lain sebagainya.

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, salah seorang ulama kelahiran Jakarta yang saat ini menetap di Madinah, dalam kitabnya “Al-Manhajus Sawi Syarah Ushulut Thariqah Sadah Ali Ba'alawi menuturkan :

وكان سيدنا القطب عمر بن عبد الرحمن العطاس نفع الله به يأمر بقراءة المنهاج ويحرض عليه ويقول ان النووي ضمن بالفتوح لمن قرأ فيه

“Suatu ketika Sayyid Qutb Umar bin Abdurrahman al-Attas (1072 H), penyusun Ratibul Attas, menyuruh dan menganjurkan murid-muridnya untuk membaca kitab Minhaj. Beliau berkata : Imam Nawawi memberi jaminan futuh (dibuka pemahamannya) bagi orang yang mau membacanya.”


Silsilah Kitab 

Mata rantai kitab Minhajut Tholibin dimulai dari kitab Nihayatul Mathlab karya Imam Haramain (478 H). Kitab ini menjadi sumber Madzhab Syafi’iyyah yang isinya adalah hasil ringkasan dari 4 kitab induk Syafi’iyyah yaitu al-Umm, al-Imla’, al-Buwaithi, dan Mukhtashor Muzani.

Lalu kitab Nihayatul Mathlab diringkas oleh murid beliau, Abu Hamid al-Ghozali menjadi kitab al-Basith. Lalu diringkas lagi menjadi al-Wasith, diringkas lagi menjadi al-Wajiz.

Kemudian Imam Abdul Karim bin Muhammad ar-Rafi’i (623 H) meringkas kitab al-Wajiz menjadi kitab al-Muharror.

Nah, dari kitab al-Muharror inilah Imam Nawawi meringkasnya lagi menjadi Minhajut Tholibin yang mana beliau berkata dalam muqoddimahnya “Jika kalian mendapati perbedaan antara kitabku ini dengan al-Muharror atau kitab kitab fiqh yang lain, maka berpeganglah pada kitabku ini. Karena aku telah mentahqiqnya dengan kitab kitab hadist yang mu’tamad”

 

Turunan Kitab

Dari sekian banyak mukhtashor yang dikarang, yang paling masyhur adalah kitab Manhajut Thullab karangan Imam Zakariya al-Anshori (823 H) yang diberi syarah oleh beliau sendiri dengan nama Fathul Wahab.

Dari kitab Manhajut Thullab, Imam al-Jauhari mringkasnya lagi menjadi kitab an-Nahj.

Sedangkan ulama yang membuat nadzam atas kitab ini antara lain Imam as-Suyuthi dengan karyanya al-Ibtihaj bi nadzmil Minhaj. Ada juga Ghiniyyatul Muhtaj ila Nadzmil Minhaj karangan Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Ahmad al-Kittani al-Mishri. Dan ulama lain yang tidak bisa saya tampilkan semua.


Syarah dan Hasyiyah 

Beberapa syarah dan hasyiyah kitab ini yang paling terkenal antara lain :

1.   Tuhfatul Muhtaj karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (Pendapat dan fatwa beliau dijadikan pegangan oleh mayoritas penduduk Yaman, Syam, Kurdi, Hijaz)

2.   Nihayatul Muhtaj karya Imam Ramli (Pendapat dan fatwa beliau dijadikan pegangan oleh mayoritas penduduk Mesir

3.   Mughnil Muhtaj karya Khatib as-Syirbini

4.   Kanzur Raghibin (al-Mahalli) karya Imam Jalaluddin al-Mahalli

5.   Hasyiyah Qolyubi wa Umairah karya Syihabuddin al-Qolyubi

Dan masih banyak lagi.


Adab dan Tingakat Belajar 

Saya akui, membaca dan memahami kitab Minhajut Tholibin adalah sebuah tantangan tersendiri. Gaya penulisan kitab ini cenderung tegas, lugas, dan sarat akan makna. Maka untuk memulai membaca kitab ini, ada beberapa tips yang bisa di lakukan (berdasarkan pengalaman pribadi)

1.    Bacalah kitab al-Muqoddimah al-Hadhromiyyah terlebih dahulu ! Saya pernah bertanya kepada teman saya yang melanjutkan studinya ke Universitas al-Ahqaf Yaman, perihal tingakatan belajar fiqih yang harus dilalui disana. Ternyata, kitab Minhajut Tholibin termasuk jenjang yang tinggi dalam pelajaran fiqh disana. Sebelum mulai membaca dan mempelajarinya, para mahasiswanya dituntut untuk memahami kitab Muqoddimah Hadhromiyyah terlebih dahulu.

2.    Gunakan syarah dalam membaca kitab ini ! Percayalah, menggunakan syarah akan sangat membantu memahami kitab ini. Bahasa yang lugas dan ringkas dalam kitab ini akan dijabarkan oleh syarihnya. Lalu, mau pakai syarah yang mana ?

Dalam al-Manhaj al-Sawi, Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas berkata :

من اراد ان يتعلم فعليه بالمغني ومن اراد ان يعلم فعليه بالتحفة ومن اراد ان يحقق فعليه بالمحلي على المنهاج

*Bila dia seorang pemula hendak belajar, maka syarah yang digunakan untuk pendamping adalah “Mughni Al-Muhtaj.” Reputasi kitab ini dikenal luas sebagai salah satu kitab yang paling renyah dibaca ketimbang syarah-syarah Minhaj lainnya. Sehingga, wajar saja jika kitab ini direkomendasikan untuk para pemula yang masih baru mempelajari Minhaj.

*Sementara bagi mereka yang siap mengajarkan kitab Minhaj, maka dianjurkan untuk memilih “Tuhfatul Muhtaj” sebagai rujukannya, tidak lain karena bahasanya yang agak sulit dicerna. Walau begitu, karya Ibnu Hajar al-Haitami ini hadir sebagai wacana fikih yang mampu memberikan solusi terhadap setiap persoalan-persoalan fikih secara detail.

*Syarh Al-Mahalli (Kanzur Raghibin) adalah solusi terbaik bagi mereka yang hendak membaca kitab al-Minhaj secara mendalam (tahqiq). Imam Jalaluddin al-Mahalli mengulas tuntas isi dari kitab Minhaj dengan menampilkan rujukan-rujukan baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah. Tidak ketinggalan, beliau juga menyisipkan nalar-nalar ushul fiqh di tengah-tengah persoalan fikih yang beliau syarahi.

A’la kulli hal, selamat belajar …

 Oleh: M. Alawy Mahfudz.

Previous Post
Next Post

0 comments: