Saturday, December 17, 2022

Ojo Muncul Sedurunge Mencil




Suatu hari, seorang kyai khos berpesan kepada para santri, "Ojo muncul sedurunge mencil", jangan unjuk diri sebelum menyepi, begitulah kira-kira makna harfiahnya. Wasiat singkat ini sarat pesan, pengingat untuk kemudian menjadi 'thoriqoh' menempa jiwa kepemimpinan.


"Ojo muncul" dapat ditafsir sebagai pesan agar tidak terburu-buru berada di depan. Seperti yang disebut Ki Hajar Dewantara; "ing ngarso Sung tulodho", yang berada di depan memberi keteladanan. di sini maqam atau tingkatan pemberi 'tuladha' tidak disandang sembarang orang, ada syarat ketat yang harus dikantongi dan proses yang kudu ditempuh.


Proses tersebut dijabarkan dalam paruh kalimat kedua, "sedurunge mencil", sebelum mengucilkan diri. mencil yang dimaksud disini tak hanya mengucilkan diri dari khalayak ramai. lebih dari itu, melainkan mengecilkan pikiran dan hati untuk menempuh proses tertentu.


Tafsir kata "mencil" untuk kemudian sampai pada maqam "muncul" dapat kita lacak dari lakon sufistik yang berdasar pada tiga hal. Kita mengenal "Takholli" (mengosongkan diri /kuras), "Tahalli" (mengisi diri/ isi), dan "Tajalli" (memancarkan nur ilahi/ mancur).


Tahapan pertama; "Takholli", dapat ditempuh dengan 'kholwat' atau tirakat lainnya, tujuannya untuk mengosongkan jiwa dari nafsu dan sifat-sifat negatif. Tahapan selanjutnya adalah "Tahalli", pengisian jiwa dengan sifat-sifat terpuji (Al akhlaq Al mahmudah). Kemudian terakhir adalah "Tajalli", memancarkan nur ilahi. Ini adalah buah dari proses pembersihan dan pengisian jiwa. Tahap terakhir ini dapat kita sebut "muncul" kemudian dua tahap sebelumnya, kuras dan isi adalah "mencil".


Meminjam metode sufistik ini kita memetik pesan bahwa, dalam menapaki tangga kepemimpinan (Tajalli/ muncul) harus dilalui dengan tantangan di kelas "Mencil" sebagai pembentuk kualitas dan karakter melalui tahapan "Takholli dan Tahalli".




Mungkin ini salah satu maksud dari pesan inspiratif syaikhina Ahmad Basyir (Allahu yarhamhu). "Enome rialat, tuwone nemu drajat". Atau lakon riyadhoh/ tirakat di waktu muda berarti "Mencil" untuk menghimpun ilmu dan menempa jiwa. Pada akhirnya ilmu dan kebesaran jiwa akan mengantarkan kita pada maqam muncul atau semakna dengan "Tuwone nemu drajat".


Semoga Allah senantiasa membimbing dan mempermudah kita dalam melakoni tahapan tirakat atau menjauh untuk kemudian mengabulkan doa kita:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا


Referensi: catatan penulis saat mengaji adab bersama ustadz Alawy Al- Hafidz.

Penulis: Yusrul Falah.

Tuesday, December 13, 2022

Perkembangan teknologi dalam membangun karakter santri intelektual

 



Teknologi informasi digital yang semakin berkembang telah mengubah pola perilaku manusia. Berdasarkan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pada tahun 2022 pengguna internet di Indonesia mencapai sekitar 210 juta. Artinya ada penambahan sekitar 35 juta pengguna internet di Indonesia, dari total seluruh penduduk Indonesia. Ini cukup membuktikan betapa kebutuhan akan teknologi informasi relatif tinggi Hal ini bukan tanpa sebab karena teknologi informasi menawarkan berbagai kemudahan dalam hidup.


Dalam perspektif pendidikan, peranan teknologi ini juga akan sangat membantu bilamana dimanfaatkan dengan tepat. Mutu pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan mulai dari kurikulum 1994 sampai dengan kurikulum 2013. Di era revolusi industri 4.0 ini para siswa dituntut untuk berkarakter inovatif, kreatif, dan analitis. Media pembelajaran e-learning seperti ruang guru sedang menjadi tren di kalangan pemuda. Hal itu dilatarbelakangi oleh tingkat fleksibilitas yang didapat dari media pembelajaran daring tersebut. Para pelajar bisa mengakses aplikasi di manapun dan kapanpun mereka berada. Keuntungan lain yang bisa didapat adalah pengembangan materi yang disediakan oleh pengembang aplikasi jadi belajar tidak terpaku pada materi baku yang ada di buku.


Lain halnya daripada itu, kita sebagai Santri milenial juga harus melek terhadap teknologi. Stigma Santri hanya berkutat dalam sektor religius itu harus dihapuskan. Demikian santri harus menguasai segala sektor dalam kehidupan. Tidak peduli apakah itu sektor umum atau pun religi. Menurut KH. Sahal Mahfudz, dikotomi dalam ilmu itu tidak ada. "Antara ilmu agama dan ilmu umum; antara sekolah dan madrasah; antara guru dan ustadz; antara buku dan kitab. Dikotomi seperti ini tidak sehat sebenarnya apalagi kita tahu bahwa semua ilmu itu dari Allah." Semisal kita menguasai ilmu Biologi. Karena bisa jadi yang menjadikan kita wusul dan tahu akan hakikatnya Allah itu melalui pengetahuan tentang makhluk hidup yang di dalamnya memuat rahasia-rahasia Allah.


Pada hakikatnya di era revolusi industri ini Santri milenial dituntut untuk harus melek terhadap teknologi informasi. Dengan dibekali nilai nilai ajaran agama islam salah satunya adalah Tabayyun. dalam Islam, perintah untuk melakukan tabayyun mengenai informasi yang didapat, tertulis dalam Q.S al-Hujurat (49):6 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”


Secara eksplisit, ayat di atas mengharuskan kita melakukan tabayyun terlebih teliti ketika menerima informasi dan pencarian bukti-bukti yang terkait dengan informasi yang beredar. Jangan sampai informasi tersebut berdampak fatal bagi sebagian pihak, sehingga ada pihak yang dirugikan karena informasi tersebut tidak sesuai dengan fakta. Dan, sayangnya kadung ditelan mentah-mentah. 


Tabayyun juga merupakan peringatan, jangan sampai ummat Islam melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusan yang tidak didahului dengan tabayyun yang bisa mencelakakan dan merugikan orang lain. Selain itu, tabayyun dalam kehidupan sosial menjadi sangat penting dalam ihwal mencegah hal-hal yang dapat merenggangkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan.


Jadi, sederhananya tabayyun merupakan kegiatan penelitian untuk mencari informasi secara hati-hati dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai fakta dalam rangka menguji kebenaran.


_https://www.google.com/amp/s/www.cnbcindonesia.com/tech/20220609153306-37-345740/data-terbaru-berapa-pengguna-internet-indonesia-2022/amp_

_https://www.laduni.id/post/read/69778/ini-5-pesan-penting-kiai-sahal-mahfudz-untuk-para-santri_

_https://banten.nu.or.id/amp/opini/tabayyun-perintah-lawas-tetapi-masih-relevan-KjzqN_


Terimakasih, semoga bermanfaat.-

Oleh: Yusrul falah.

Wednesday, December 7, 2022

Open minded dari segi budaya dan agama

 



Akhir-akhir ini di beberapa platform media sosial ada salah satu isu yang sedang panas tentang masyarakat kita yang dianggap masih memiliki mindset yang konservatif pemikiran yang masih belum terbuka atau close minded. Masyarakat kita, dewasa ini masih sering memandang berbagai isu sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara pandang skeptis dikarenakan faktor adat atau budaya yang tidak selaras terhadap isu-isu yang mencuat.


Pahit diakui, cara pandang demikian seringkali irelevan dengan zaman yang semakin dinamis, banyak kasus ketika beberapa individu di masyarakat kita memiliki sebuah ide inovasi brilian yang dapat memberi perubahan positif pada komunitas, acap kali itu mereka tidak diterima karena perbedaan ideologi, atau rasa keberatan terhadap inovasi karena sebab kepentingan kelompok tertentu. Dan jelas, Hal ini dapat menghambat kemajuan masyarakat kita.


Lalu bagaimana baiknya kita menyikapi permasalahan ini? Apa perspektif Islam terkait isu ini?


Solusi yang dapat kita ajukan, tentunya kita harus merombak mindset pandang kita, dari yang sering skeptis menjadi lebih objektif dalam menilai isu-isu yang baru muncul, dari yang awalnya kita pandang cuman dari satu sisi, sekarang kita coba lihat dari berbagai sisi yang lain, agar kita mendapat berbagai sudut pandang baru yang dapat membantu kita membuat konklusi paling tepat terhadap isu yang terjadi.


Sebagaimana analogi orang yang hanya melihat angka 6 dari satu arah dia tidak akan menyadari jika hanya dengan perbedaan sudut pandang, angka 6 juga bisa menjadi angka 9.


Dalam kacamata Islam, kita dikenalkan dengan konsep:

'المحافظه على القديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلح

"menjaga hal lama yang sudah baik, danmengambil hal baru yang sifatnya lebih baik"

Adat budaya kita yang sudah baik, yang juga masih relevan dengan keadaan sekarang harus kita pertahankan, dan inovasi inovasi baru yang bersifat lebih baik, kita ambil untuk mengupgrade sistem lama yang sudah irelevan dengan zaman yang makin dinamis. Dengan konsep ini, adat budaya leluhur dan juga ajaran agama kita dapat terus terjaga dan bertahan di tengah derasnya arus perubahan global. Tak hanya itu, dalam mengurangi sikap skeptis yang sudah mengakar kuat di masyarakat, kita hendaknya terus mengambil sikap moderat tidak memihak satu pihak atau pihak lain, menjaga agar tetap objektif di tengah, dengan tetap menjaga toleransi antar sesama sehingga dapat terus mengambil keputusan paling tepat untuk komunitas kita.


Bukan begitu, kaum open minded?

Wallahu a'lam.


Oleh: M. Rafly.

Monday, December 5, 2022

Keburukan Zaman Sekarang

     

   “Luwih apik jamanku, tho.” Begitulah kata-kata orang tua yang sering dilontarkan pada kita. Tak bisa dipungkiri, memang lebih banyak orang bobrok yang ditemukan di zaman ini ketimbang orang bobrok di zaman dulu. Selain itu, mungkin apabila kita mencermati, kualitas orang zaman dulu juga lebih baik daripada kualitas orang zaman sekarang. 

Saya pun pernah membahas perkara ini pada postingan yang lama. Namun kala itu, saya belum tahu apa alasannya. Nah, kali ini saya akan membeberkan salah satu alasan yang akhirnya saya dapat, kenapa sih orang-orang sekarang pada bobrok dan lebih banyak dari zaman dulu? 


1. Internet.

Sebenarnya, kalau internet digunakan dengan baik, seseorang bisa saja menjadi lebih baik dari zaman dulu. Internet memberikan akses yang mudah untuk belajar, mengaji, bepergian, membeli makanan, dan lain-lainnya. Namun, kebanyakan orang salah mengartikan kegunaan internet ini. Mereka malah terlalu PW, terjebak dalam zona nyaman dan tak mau berjuang.

Akan tetapi, alasan besarnya bukanlah itu. Di dalam internet, seseorang mengakses film, buku PDF, anime, manga, dan segala hiburan lainnya yang berupa karya dari seseorang ataupun perusahaan. Semua itu bisa diakses dengan gratis di dalam situs ilegal. Seperti Mangaku, Rebahin, lk21, samehadaku, anoboy, dan banyak lagi situs lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu-satu. 


Situs Ilegal


Pada Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2014, Bab II Paragraf dua pasal 12 disebutkan, ‘Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya.’ Situs ilegal ini juga melanggar undang-undang moral, ekonomi, dan pelanggaran berat lainnya. 



Selain itu, Tere Liye dalam novelnya Selamat Tinggal menyampaikan dengan tersirat bahwa ia tidak rela (tidak ridho) dengan yang berhubungan dengan pembajakan, baik pembajaknya, penyebar, penikmat, dan lain-lainnya. Tere Liye tidak hanya menyampaikan kebencian, ia juga menyampaikan alasannya. Di Novel itu, diceritakan ada penulis hebat yang dikenal banyak orang. Namun, karyanya yang beredar ternyata bajakan sehingga ia sama sekali tidak mendapatkan satupun uang dan royalti dari pembajakan bukunya yang telah beredar dimana-mana. Penulis itu pun jatuh miskin dan anaknya terpaksa jualan cilok di tempat wisata. Tere Liye juga menuliskan dalam setiap halaman terakhir novelnya bahwa novel bajakan itu jelek, beracun, merusak mata, dan berbagai macam bentuk yang bisa kita rasakan kebenciannya. 

Ungkapan kesal Tere Liye yang viral di media sosial

Nah, kalau bentuk yang kita nikmati itu syubhat (belum diketahui apakah diridhoi atau tidak), bahkan berkemungkinan banyak tidak diridhoi, atau malah jelas telah disebutkan oleh pengarangnya bahwa tidak ridho seperti Bang Tere Liye, maka itulah perusak orang-orang zaman sekarang. Kan zaman dulu (sepertinya) bajakan film, komik, buku tidak seganas sekarang. 


Orang jaman dulu nonton film bareng-bareng, gratis. Jadi Insya Allah pengaragnnya ridho


Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan kepadaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).


Oleh : K-San

Thursday, December 1, 2022

MAHABBAH

 


       Kita sejak kecil telah diajari akan rasa cinta kita kepada junjugan kita Nabi Muhammad ﷺ , diajari lewat siroh atau adab-adab beliau atau hadis-hadis beliau dan lain-lain, rasa yang tumbuh sejak kecil ini perlu kita tanamkan yang dalam-dalam agar melekat di hati kita bahwa cinta kita kepada Nabi Muhammad ﷺ tidak ada ruginya bahkan kita malah merasa bahwa diri kita itu tidak hidup sendirian melainkan ada yang membimbing kita dalam menjalani hidup ini.

Nabi Muhammad ﷺ sangatlah cinta pada umatnya bahkan sampai-sampai ketika beliau wafat beliau bersabda;
ﺍٔﻣﺘﻲﺍٔﻣﺘﻲامتي
yang kurang lebih artinya: "umatku umatku umatku."

Rindu dengan Nabi Muhammad ﷺ adalah suatu yang wajar ketika sudah tertanam rasa cinta kepada beliau, kita bisa mengobati sedikit dari rasa rindu kita dengan maulid, membaca sholawat dan lain-lain.

Rasa ini perlu kita pertahankan sampai kita wafat, rasa inilah yang akan kita jadikan bukti akan rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad ﷺ .

Ketika diri kita merasa jauh dengan beliau, segeralah mendekat sesungguhnya Nabi Muhammad ﷺ membuka lebar lebar tangan beliau untuk merangkul umat umatnya.

Di zaman akhir seperti ini, perbanyaklah sholawat kepada Nabi Muhammad ﷺ karena di zaman akhir tidak ada amal yang mudah dan gampang diterima selain sholawat.

Marilah kita bersama-sama membangun rasa cinta ini seindah indahnya, agar beliau Nabi Muhammad ﷺ tersenyum melihat kita akan rasa cinta kita kepada beliau .

Oleh: Naim.