Monday, December 5, 2022

Keburukan Zaman Sekarang

     

   “Luwih apik jamanku, tho.” Begitulah kata-kata orang tua yang sering dilontarkan pada kita. Tak bisa dipungkiri, memang lebih banyak orang bobrok yang ditemukan di zaman ini ketimbang orang bobrok di zaman dulu. Selain itu, mungkin apabila kita mencermati, kualitas orang zaman dulu juga lebih baik daripada kualitas orang zaman sekarang. 

Saya pun pernah membahas perkara ini pada postingan yang lama. Namun kala itu, saya belum tahu apa alasannya. Nah, kali ini saya akan membeberkan salah satu alasan yang akhirnya saya dapat, kenapa sih orang-orang sekarang pada bobrok dan lebih banyak dari zaman dulu? 


1. Internet.

Sebenarnya, kalau internet digunakan dengan baik, seseorang bisa saja menjadi lebih baik dari zaman dulu. Internet memberikan akses yang mudah untuk belajar, mengaji, bepergian, membeli makanan, dan lain-lainnya. Namun, kebanyakan orang salah mengartikan kegunaan internet ini. Mereka malah terlalu PW, terjebak dalam zona nyaman dan tak mau berjuang.

Akan tetapi, alasan besarnya bukanlah itu. Di dalam internet, seseorang mengakses film, buku PDF, anime, manga, dan segala hiburan lainnya yang berupa karya dari seseorang ataupun perusahaan. Semua itu bisa diakses dengan gratis di dalam situs ilegal. Seperti Mangaku, Rebahin, lk21, samehadaku, anoboy, dan banyak lagi situs lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu-satu. 


Situs Ilegal


Pada Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2014, Bab II Paragraf dua pasal 12 disebutkan, ‘Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya.’ Situs ilegal ini juga melanggar undang-undang moral, ekonomi, dan pelanggaran berat lainnya. 



Selain itu, Tere Liye dalam novelnya Selamat Tinggal menyampaikan dengan tersirat bahwa ia tidak rela (tidak ridho) dengan yang berhubungan dengan pembajakan, baik pembajaknya, penyebar, penikmat, dan lain-lainnya. Tere Liye tidak hanya menyampaikan kebencian, ia juga menyampaikan alasannya. Di Novel itu, diceritakan ada penulis hebat yang dikenal banyak orang. Namun, karyanya yang beredar ternyata bajakan sehingga ia sama sekali tidak mendapatkan satupun uang dan royalti dari pembajakan bukunya yang telah beredar dimana-mana. Penulis itu pun jatuh miskin dan anaknya terpaksa jualan cilok di tempat wisata. Tere Liye juga menuliskan dalam setiap halaman terakhir novelnya bahwa novel bajakan itu jelek, beracun, merusak mata, dan berbagai macam bentuk yang bisa kita rasakan kebenciannya. 

Ungkapan kesal Tere Liye yang viral di media sosial

Nah, kalau bentuk yang kita nikmati itu syubhat (belum diketahui apakah diridhoi atau tidak), bahkan berkemungkinan banyak tidak diridhoi, atau malah jelas telah disebutkan oleh pengarangnya bahwa tidak ridho seperti Bang Tere Liye, maka itulah perusak orang-orang zaman sekarang. Kan zaman dulu (sepertinya) bajakan film, komik, buku tidak seganas sekarang. 


Orang jaman dulu nonton film bareng-bareng, gratis. Jadi Insya Allah pengaragnnya ridho


Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan kepadaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).


Oleh : K-San
Previous Post
Next Post

0 comments: