Hari yang cerah, sambil menyirami tanaman Memet bersenandung ria menirukan suara kicauan burung-burung pak Bambang. macam-macam ragamnya, ada burung elang, kutilang, lovebird, pipit, murai, kacer, prenjak, burung pelatuk yang katanya punah pun ada, bahkan burung unta juga ada, dan burung-burung lainnya, baik yang bisa terbang maupun tidak.
Tak sengaja mata Memet melihat ke arah salah satu ranting pohon, ada spesies burung yang baru pertama kali dilihatnya. seperti burung berkepala dua, satu kecil satu agak besar. dan kepalanya yang kecil menggantung di ranting. sedangkan kepalanya yang besar terkulai lemah. Karena tidak jelas, di usaplah matanya, satu kali masih sama, dua kali masih sama, tiga kali masih sama, bahkan berkali-kali hingga matanya merah dan berair masih sama. karena penasaran di dekatilah burung itu. dan ternyata, “WOW..NGERI KALI!”. teriak Memet keras sekali.
“adaww….ada apa Met?”. teriak Udin kesal, karena jarinya tertusuk jarum yang sedang ia gunakan untuk ndondomi sarung favoritnya. sarung itulah yang selalu dipakainya untuk mengajari ngaji anak-anak kecil dikomplek perumahan pak Bambang. selain sebagai sopir pak Bambang, Udin juga mengajar anak-anak kecil komplek, mengaji alif ba’ ta’.
“sini din”. undang Memet
“ada apa?”. Udin mendekat juga karena penasaran.
“tuh..”. tunjuk Memet ke ranting pohon.
“WOW NGERI KALI!!”. teriak Udin lebih keras dari Memet.
“woy pelan-pelan dong bisa budek kupingku ini”.gerutu Memet
“habis tu keren kali”. jawab Udin.
Yang mereka lihat adalah burung pipit yang sedang dimakan lehernya oleh cangcorang atau belalang sembah. dengan posisi tangan cangcorang memegang leher burung pipit sambil menggerogoti lehernya.
“kok bisa ya Din cangcorang itu, sadis dan jahat kali dia, membunuh dan memakan hewan yang lebih besar darinya”. gumam Memet.
“ya bisalah Met, kau baru tau? aku pernah baca di internet kalo cangcorang memburu burung, hanya 2% kemungkinan burung bisa lolos”. terang Udin
“ha? masak iya?”. respon Memet tak percaya
“heem”. angguk Udin
“tapi, kok bisa ya Din cangcorang sekejam itu”
“ya bisalah, namanya juga hewan, tidak punya akal punyanya cuma nafsu”
“eh nafsu? ngomong-ngomong tentang nafsu nih Din, kenapa manusia dikasih nafsu, padahalkan kalo tidak ada nafsu, dunia ini akan aman dari orang-orang jahat, dunia damai, tidak ada orang-orang yang menuruti hawa nafsunya hingga menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang diinginkannya. mulai dari menipu, nyolong, merampok, bahkan membunuh sekalipun macam cangcorang itu”.cerocos Memet
“ya gimana ya. gini deh, kamu kalo nyuci pakaian yang kamu hilangkan nodanya apa pakaiannya?”
“ya nodanya lah, masak pakaiannya aku buang”
“begitu juga nafsu. Allah kasih manusia akal dan nafsu adalah agar kamu bisa membersihkan nafsumu bukan menghilangkan akalmu. agar Allah bisa menampakkan akalmu yang mana menghasilkan sifat-sifat terpuji atau taqwa dari nafsu yang selalu mengajak ke kejelekan atau sifat-sifat tercela. paham?”
“emm… berarti kita bisa dianggap jujur kalo kita bisa menghilangkan bohong, atau kita bisa dianggap sabar kalo bisa menghilangkan marah gitu ya Din kira-kira?”.
“Yap betul”.
Oleh: Arif Akbar.
0 comments: