Friday, February 17, 2023

Rahasia Diperintahkannya Salat



Allah adalah Tuhan yang maha adil dan bijaksana, dengan kedua sifatnya itu pulalah Allah menciptakan manusia dengan dua kondisi, yaitu sedih dan bahagia. Interpretasi dari kedua kondisi ini adalah supaya manusia dapat sadar ketika ia sedang mendapat musibah berupa kesedihan, dan ia akan dapat lebih bersabar dan percaya akan datangnya kebahagiaan.

Erat kaitanya dengan hal tersebut, seperti yang kita ketahui, bahkan kita sendiri telah mengalami yaitu, ketika kesedihan, rasa gelisah, galau, dan lain-lain menimpa kita pasti kita akan termenung dan memohon kepada Allah sang Rohim agar segera menggantinya dengan sebuah keajaiban berupa kebahagiaan.

Nah! Di momen Isra' wal Mi'raj ini marilah kita bertafakur sejenak. Pertama dan utama, yang perlu kita ketahui bahwa peristiwa Isra Wal Mi'raj ini merupakan peristiwa yang wajib dan harus kita imani, mengapa demikian? Sebab banyak sekali dalil-dalil, baik hadis maupun Alquran yang telah menjelaskan terjadinya peristiwa tersebut. Yang paling masyhur adalah firman Allah dalam Quran surah Al isra' ayat pertama yang berbunyi:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ        

Artinya (والله اعلم بمراده): "maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya (Muhammad) pada malam hari, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran kami. Sesungguhnya dia Maha mendengar, maha melihat."

Ayat ini sungguh benar-benar sangat jelas, bahwa Allah telah memperjalankan nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk bertemu dzatnya Allah jalla wa 'azza. Maka patutlah kita untuk banyak bersyukur menjadi umat beliau.

Jika ditelisik lebih mendalam, peristiwa Isra' Wal Mi'raj terjadi setelah Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersedih atas meninggalnya dua orang yang sangat beliau cintai, sampai-sampai tahun itu disebut dengan عام الحزن. Dan kemudian Allah mengganti kesedihan beliau tersebut dengan sebuah kebahagiaan tiada tara.

Lalu pernahkah terbersit dalam fikiran kita "Mengapa Allah mengutus nabi untuk Isra Wal Mi'raj? Apa maksud dibalik kejadian luar biasa itu?" (Mungkin pertanyaan itulah yang kian sedikit mengusik pikiran Al faqir akhir-akhir ini). Jika kita renungi, oleh-oleh dari perjalanan Isra Mi'raj Rasulullah adalah diperintahnya salat lima waktu, lalu apa sih keistimewaan salat lima waktu?

Allah menyebut akar kata الصلاة lebih dari 80 kali dalam القرآن, dan 27 kali disandingkan dengan lafal الزكاة*. Dan Allah memerintahkan salat dengan redaksi أقيموا الصلاة (dirikanlah salat). Kenapa bukan أفعلو الصلاة (lakukanlah salat)? Jawabannya ada dalam Quran surah Al-Ma'un di ayatnya yang kelima sampai ketujuh Allah berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ.                                                                        

Artinya (و الله أعلم بمراده): "Maka celakalah orang yang salat. (Yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya. (Dan orang-orang) yang berbuat riya'."

Jadi Allah memilih redaksi أقيمو karena banyak orang yang tidak benar-benar mendirikan, dalam artian memperhatikan terhadap salatnya alias mbluboh. Semisal, ada orang yang hanya melaksanakan salat magrib saja, salat dzuhur, ashar, isya', apalagi salat subuh ia tinggalkan. Seperti contoh di atas, orang tersebut memang melaksanakan salat namun belum dianggap mendirikan salat karena masih meninggalkan beberapa salat yang lain. dan merekalah orang-orang yang celaka.

Lalu Allah memakai redaksi dengan huruf jer عن bukan في pada ayat ke-6. Maksudnya, mereka memang sudah melakukan salat, namun mereka tidak benar-benar mendirikan dalam artian, mereka tidak menghargai, serta melalaikan pelaksanaan salat. Bahkan mereka melaksanakannya dengan riya'. Na'udzubillah.

Maka, implementasi kita di dalam memperingati peristiwa Isra Wal Mi'raj ini adalah dengan lebih memperhatikan Salat kita, semoga dengan kita menjaga Salat kita, Allah mempermudah segala urusan kita, dan mengganti kesedihan kita dengan kebahagiaan, seperti halnya Allah membahagiakan Nabi Muhammad dengan perintah salat.

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu''



Sekian, jika ada kesalahan itu murni dari saya dan jika itu benar maka tidak ada kecuali itu dari Allah.

{Tulisan seorang hamba semoga allah merohmatinya}

*https://id.wikipedia.org/wiki/Salat#:~:text=Kata%20salat%20hanya%20disebutkan%2083,Al%2D'Ankabut%20ayat%2045.

Wednesday, February 15, 2023

Inovasi Baru Dalam Dunia Hadist : AL-AWAIL



PADA MULANYA …

Kitab hadist riwayah adalah salah satu cabang ilmu yang mulia. Di dalamnya, terkumpul sabda-sabda mulia Nabi Muhammad
 صلى الله عليه و سلم.
 Jalur periwayatan nya pun bukan sembarang oramg dapat melakukannya, karena harus melalui kriteria kriteria serta syarat syarat yang cukup ketat agar hadist yang diriwayatkan tersebut berstatus 'sehat' dan dapat digunakan untuk menjadi rujukan hukum. Rasulullah mengancam bagi mereka yang berbohong atas nama beliau dengan sabda :
من كذّب علي معتمدا فليتيوّأ مقعده من النار
(رواه البخاري)

Dari ke hati hatian, serta ketelitian itulah, rawi-rawi yang tercantum dalam sebuah hadist adalah orang-orang yang mulia.
Oleh karena itu, kitab-kitab induk hadist, macam Shohih Bukhari, Shohih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Ad-Darimi, dll. menjadi rujukan setelah Al-Qur'an dalam permasalahan hukum, adab, aqidah, dan lain sebagainya.

INOVASI

Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat banyak sekali kitab-kitab mukhtashor yang meringkas kitab kitab induk, baik dari sisi rawi, maupun isi. Para ulama berlomba-lomba membuat ringkasan yang memperpendek isi ataupun membahas beberapa hadist dalam suatu bab (maudhu'i). Hal ini bertujuan untuk memudahkan tholibul ilmi (baca: penuntut ilmu) dalam memahami dan menghapalkan hadist yang dibahas. Namun, kekurangan dari metode ini adalah stuck-Nya tholibul ilmi dalam menelusuri hadist-hadist yang lebih kompleks yang terdapat di kitab induk. 

Setelah abad ke-10 H, para ulama ahli hadist membuat inovasi baru, yaitu menulis sebuah kitab yang mengumpulkan hadist awalan dari tiap kitab induk hadist serta sedikit biografi dari muallifnya (baca: pengarang). Hal ini bertujuan agar para penuntut ilmu mengenal nama-nama kitab induk serta muallifnya yang menjadi penyemangat dan memantapkan hati mereka untuk membaca kitab yang cocok bagi mereka.

Dalam Fihris al faharis, Syaikh Al-Musnid Abdul Hayy Al-Kattani (ulama maroko yang menjadi salah satu guru Syaikh Yasin Al-Fadani) berkata: 
 "Pada zaman akhir-akhir ini, ketika para penuntut ilmu hadits mulai melemah semangatnya, ditambah begitu sulit dan mahalnya mendapatkan kitab-kitab hadits, dan banyaknya para penuntut ilmu yang merasa keberatan jika harus keliling ke berbagai negara untuk mendengarkan hadits, para ulama berinovasi untuk membuat kitab-kitab sejenis ini.

Kitab ini mengumpulkan hadits awal dari setiap kitab-kitab hadits dalam beberapa lembar, agar mereka membacanya ke hadapan para guru, dan ketika ia pulang dari belajarnya, ia akan mengatakan: “saya meriwayatkan kitab (induk) ini dari syekh Fulan dengan mendengar awalnya, dan diijazahkan hadist sisanya”. Ulama pertama yang memulai metode ini adalah Al-Hafidz Ibnud Daiba’ Asy syaibani (944 H)



KOK HARUS HADIST AWALAN ? 

karena hadits awalan mengandung sirr dari sebuah kitab. Para muallif tentu memiliki pertimbangan dan tujuan khusus kenapa memulai dengan hadits tersebut diawal kitabnya.

AWAIL AS-SUNBULIYAH 

kitab ini ditulis oleh Syekh Muhammad Sa’id bin Muhammad Sunbul al-Makki asy-Syafi’i (W. 1175 H). Beliau berkata dalam muqoddimah kitabnya: 

لكني وجدت تأليفا لبعض الإعلام فيه طول عن تحصيل المرام فأحببت أن ألخص مما ذكر فيه أول حديث من كل تأليف سطره تاركا لباقيه روما للاختصار و ليقرأ في مجلس واحد لأهل الاستبصار.

"Namun aku menemukan salah satu karangan dari salah seorang ulama (Al-Mufti Muhammad Tajuddin al-Makki), dalam kitab tersebut terlalu lebar untuk mendapatkan tujuan. Oleh karena itu aku meringkas dari kitab itu menjadi hanya awal hadits dari setiap kitab, dan meninggalkan sisanya. Mengharapkan agar menjadi ringkas, dan dapat dibaca di satu majlis bagi orang yang mengerti."

Jadi, kitab ini adalah ringkasan dari kitab awail yang lebih terdahulu milik Al mufti Syaikh Muhammad Tajuddin Al makki.

SANAD KITAB 

Alhamdulillah, tahaddutsan bin ni'mah, saya mendapat ijazah serta sanad kitab ini (Al-Awail As sunbuliyah) dari guru saya Al-Ustadz Al-Fadlil Agus H. Aniq Muhammad Makki, dari guru beliau Syaikh Ibrahim bin Muhammad Nur Saif yang meriwayatkan dan di ijazahkan langsung oleh muallif kitab tsabat (akan saya tulis penjelasannya di tulisan selanjutnya insyaallah) yang berjudul Al-Iqdul Farid karangan Syaikh Yasin bin Muhammad bin 'Isa Al fadani Al Makkiy. 



Ket : 
Sayyid Utsman bin Yahya (1331 H) Mufti Betawi adalah cicit dari Syaikh Muhammad Said Sunbul, pengarang kitab Al-Awail As-Sunbuliyyah. Urutan nasabnya adalah: Sayyid Utsman bin Abdullah bin Fatimah binti Muhammad Said Sunbul. Rahimahumullah Ta'ala. 

Oleh: Muh. Alawy Mahfudz.


Friday, February 10, 2023

Cinta tak hanya sebatas lisan saja

Cinta tak hanya sebatas lisan saja


  Sejatinya cinta dalam diam itu tidak akan pernah ada, karena Al Imam Hasan Al Bashri berkata:

"Jangan lah kalian tergiur atau terlena dengan hadits yang berbunyi; ''seseorang akan dikumpulkan di akhirat bersama orang-orang yang ia cintai''. Karena mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani-pun cinta kepada nabi-nabi mereka, tapi sama sekali mereka tidak akan bersama nabi-nabi nya di akhirat kelak, maka dari itu lakukanlah perkara-perkara yang baik sebagaimana orang yang kalian cinta itu melakukan perkara baik tersebut". Nah! Imam Hasan Al-Bashri mengisyaratkan bahwa yang namanya cinta itu bukan cuma sekedar mengatakan "ya saya cinta beliau". Tapi lebih dari itu, harus ada yang dilakukan sebagai pembuktian cinta. Karena sesungguhnya: (Cinta menuntut perjuangan dan pengorbanan).

  Semua orang muslim didunia ini kalau ditanya "apakah kalian cinta Rasulullah?" Mereka pasti akan mengatakan iya, akan tetapi apakah dengan mengatakan cinta saja tanpa ada usaha, kita benar-benar menjadi orang yang dicintai Rasulullah? Tidak semudah itu moass! Sama saja seperti kita yang mencintai seseorang didunia ini, dengan mengatakan cinta saja belum tentu cinta kita bisa diterima. Mesti harus ada effort yang dilakukan. Begitu juga cinta kepada kanjeng nabi, harus ada perjuangannya dulu. Intinya memang lisan saja tidak cukup, sangat tidak cukup hanya dengan mengatakan cinta, kalau cinta ya musti mempelajari tentang kehidupannya, akhlaq-akhlaq, dan juga musti tahu tentang kepribadiannya. Jadi yang dimaksud dengan dawuh "المرء مع من احب" itu bukan cuma asal cinta. Orang Yahudi dan Nasrani pun cinta Nabi-nabi mereka tapi mereka tak-akan dikumpulkan bersama mereka (yang dicintai). Mereka cinta Nabi Isa, mereka juga cinta Nabi Musa, mereka cinta Nabi Daud, pun mereka cinta Nabi Nuh. Tapi itu cuma dilisan saja. Mereka tidak beriman dihati sesuai imannya nabi-nabi mereka, mereka pun tidak mengerjakan apa yang diperintahkan nabi-nabi mereka, justru mereka malah mendobrak aturan dan syariat nabi-nabi mereka. Jadi, intinya cinta dalam diam itu gak akan pernah ada, sekalipun cinta tersebut udah diungkapkan, akan tetapi tidak ada effort dalam memperjuangkan cinta tersebut, 'Ala kulli haal, semoga bermanfaat.

Oleh: Rafi Ariq

Friday, February 3, 2023

Nriman



 “ان لم تكن علي غضب فلا ا بالى”

“Asal engkau tak marah, Ya Allah..Aku tak peduli”

Mungkin kalimat itulah yang dapat mengungkapkan bahwasanya Allah adalah segalanya, bagaimana tidak? Kalimat yang berarti; “ Asal engkau tak marah, Ya Allah..Aku tak peduli.” engkau tetap cinta kepadaku, tetap sayang kepadaku Ya Allah. Aku tak peduli, mau aku mati, mau aku miskin, mau aku di jauhi semua orang, mau aku disakiti semua orang, Aku tak peduli..!! Dan itulah yang dinamakan Ridho.

Ridho dari Allah adalah karunia terbesar, dan kita tidak akan dapat ridho Allah sebelum kita ridho dengan apa yang Allah takdirkan kepada kita. Jadi tak usah banyak minta Ridho, namun sibukkanlah dirimu untuk meridhoi apa yang Allah takdirkan kepadamu. Hal ini selaras dengan firmanNya

"راضية مرضية"

Rodhiyatan dulu baru Mardhiyah, bukan mardhiyatan dulu. Jadi ridholah atas segala sesuatu yang Allah takdirkan kepadamu, seburuk apapun itu, terima asal Allah tidak marah. Maka Ridho Allah akan turun dengan sendirinya kepadamu. Dan jangan sekali-kali kamu mencari Ridho manusia, karena tak akan pernah tercapai.

Kalimat di atas tadi adalah sabda kanjeng Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sewaktu beliau Kembali berdakwah dari thoif, yang mana waktu itu beliau dilempari batu, diejek, hingga beliau berdarah-darah. Lalu beliau menengadahkan tangan mencegah agar darah beliau tidak menetes ke bumi, karena satu darah jatuh ke bumi, azab Allah akan turun. Kemudian sahabat beliau berkata “Ya Rasulallah, berdo’alah agar Allah Menumpas mereka!!” Lalu di jawab oleh Kanjeng Nabi Muhammad:

“اللهم اهد قومي فانهم لا يعلمون” 

Masya Allah…!! Lalu beliau mengadu kepada tuhannya Rabbil Alamiin dengan bercucuran air mata:

اللهم إليك أشكو ضعف قوتي ، وقلة حيلتي ، وهواني على الناس ، أرحم الراحمين ، أنت أرحم الراحمين ، إلى من تكلني ، إلى عدو يتجهمني ، أو إلى قريب ملكته أمري ، إن لم تكن غضبان علي فلا أبالي ، غير أن عافيتك أوسع لي ، أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات ، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة ، أن تنزل بي غضبك ، أو تحل علي سخطك ، لك العتبى حتى ترضى ، ولا حول ولا قوة إلا بك

“Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya upayaku, serta hinanya diriku di hadapan manusia. Ya Arhamar-Rahimin, Engkau adalah Rabbnya orang-orang yang lemah dan juga Rabbku. Kepada siapa Engkau serahkan diriku?, kepada orang jauh yang menerimaku dengan muka masam, ataukah kepada musuh yang menguasai urusanku?. Jika tidak ada kemurkaan-Mu terhadapku, maka aku tidak peduli. Akan tetapi, ampunan-Mu lebih luas bagiku (daripada kemurkaan-Mu). Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu, yang engkau hapus segala kegelapan dengan terbitnya (cahaya-Mu), dan Engkau perbaiki urusan dunia dan akhirat dengan baik di atasnya. Hanya untuk-Mu segala kerelaan hingga Engkau ridla. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersama-Mu.”

Itulah pengaplikasian ridho sebenarnya yang Rasulullah contohkan kepada kita, jika engkau ridho akan ketetapan Allah kamu pun akan hidup dengan Bahagia, seperti yang dikatakan imam Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad dalam syairnya:

إن ترض بالمقسوم عشت منعما # و ان لم تكن ترض به عشت في حزن

“Jika engkau selalu Ridho atas apa yang sudah menjadi bagianmu sungguh engkau akan hidup dalam kenikmatan, jika engkau tidak Ridho atas bagianmu maka engkau akan hidup dalam kesedihan.”

Walhasil, jadikanlah keridho’an Allah sebagai parameter mu Ketika akan bertindak apapun. Lakukanlah berbuatlah sesukamu, Asalkan Allah tak marah, asalkan Rasulullah tetap mencintaimu. Takun ‘Aghnan Naas. Maka kamu akan jadi orang yang paling berkecukupan. 

اللهم اجعلنا شاكرين لنعمك راضين بقضائك متلذذين بذكرك وطامعين برضاك اللهم إنا نسألك أياما مبشرة وهموما راحلة وقلبا مطمئنا

Oleh: Fiki Ishbahul Haq.