PADA MULANYA …
Kitab hadist riwayah adalah salah satu cabang ilmu yang mulia. Di dalamnya, terkumpul sabda-sabda mulia Nabi Muhammad
صلى الله عليه و سلم.
Jalur periwayatan nya pun bukan sembarang oramg dapat melakukannya, karena harus melalui kriteria kriteria serta syarat syarat yang cukup ketat agar hadist yang diriwayatkan tersebut berstatus 'sehat' dan dapat digunakan untuk menjadi rujukan hukum. Rasulullah mengancam bagi mereka yang berbohong atas nama beliau dengan sabda :
من كذّب علي معتمدا فليتيوّأ مقعده من النار
(رواه البخاري)
Dari ke hati hatian, serta ketelitian itulah, rawi-rawi yang tercantum dalam sebuah hadist adalah orang-orang yang mulia.
Oleh karena itu, kitab-kitab induk hadist, macam Shohih Bukhari, Shohih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Ad-Darimi, dll. menjadi rujukan setelah Al-Qur'an dalam permasalahan hukum, adab, aqidah, dan lain sebagainya.
INOVASI
Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat banyak sekali kitab-kitab mukhtashor yang meringkas kitab kitab induk, baik dari sisi rawi, maupun isi. Para ulama berlomba-lomba membuat ringkasan yang memperpendek isi ataupun membahas beberapa hadist dalam suatu bab (maudhu'i). Hal ini bertujuan untuk memudahkan tholibul ilmi (baca: penuntut ilmu) dalam memahami dan menghapalkan hadist yang dibahas. Namun, kekurangan dari metode ini adalah stuck-Nya tholibul ilmi dalam menelusuri hadist-hadist yang lebih kompleks yang terdapat di kitab induk.
Setelah abad ke-10 H, para ulama ahli hadist membuat inovasi baru, yaitu menulis sebuah kitab yang mengumpulkan hadist awalan dari tiap kitab induk hadist serta sedikit biografi dari muallifnya (baca: pengarang). Hal ini bertujuan agar para penuntut ilmu mengenal nama-nama kitab induk serta muallifnya yang menjadi penyemangat dan memantapkan hati mereka untuk membaca kitab yang cocok bagi mereka.
Dalam Fihris al faharis, Syaikh Al-Musnid Abdul Hayy Al-Kattani (ulama maroko yang menjadi salah satu guru Syaikh Yasin Al-Fadani) berkata:
"Pada zaman akhir-akhir ini, ketika para penuntut ilmu hadits mulai melemah semangatnya, ditambah begitu sulit dan mahalnya mendapatkan kitab-kitab hadits, dan banyaknya para penuntut ilmu yang merasa keberatan jika harus keliling ke berbagai negara untuk mendengarkan hadits, para ulama berinovasi untuk membuat kitab-kitab sejenis ini.
Kitab ini mengumpulkan hadits awal dari setiap kitab-kitab hadits dalam beberapa lembar, agar mereka membacanya ke hadapan para guru, dan ketika ia pulang dari belajarnya, ia akan mengatakan: “saya meriwayatkan kitab (induk) ini dari syekh Fulan dengan mendengar awalnya, dan diijazahkan hadist sisanya”. Ulama pertama yang memulai metode ini adalah Al-Hafidz Ibnud Daiba’ Asy syaibani (944 H)
KOK HARUS HADIST AWALAN ?
karena hadits awalan mengandung sirr dari sebuah kitab. Para muallif tentu memiliki pertimbangan dan tujuan khusus kenapa memulai dengan hadits tersebut diawal kitabnya.
AWAIL AS-SUNBULIYAH
kitab ini ditulis oleh Syekh Muhammad Sa’id bin Muhammad Sunbul al-Makki asy-Syafi’i (W. 1175 H). Beliau berkata dalam muqoddimah kitabnya:
لكني وجدت تأليفا لبعض الإعلام فيه طول عن تحصيل المرام فأحببت أن ألخص مما ذكر فيه أول حديث من كل تأليف سطره تاركا لباقيه روما للاختصار و ليقرأ في مجلس واحد لأهل الاستبصار.
"Namun aku menemukan salah satu karangan dari salah seorang ulama (Al-Mufti Muhammad Tajuddin al-Makki), dalam kitab tersebut terlalu lebar untuk mendapatkan tujuan. Oleh karena itu aku meringkas dari kitab itu menjadi hanya awal hadits dari setiap kitab, dan meninggalkan sisanya. Mengharapkan agar menjadi ringkas, dan dapat dibaca di satu majlis bagi orang yang mengerti."
Jadi, kitab ini adalah ringkasan dari kitab awail yang lebih terdahulu milik Al mufti Syaikh Muhammad Tajuddin Al makki.
SANAD KITAB
Alhamdulillah, tahaddutsan bin ni'mah, saya mendapat ijazah serta sanad kitab ini (Al-Awail As sunbuliyah) dari guru saya Al-Ustadz Al-Fadlil Agus H. Aniq Muhammad Makki, dari guru beliau Syaikh Ibrahim bin Muhammad Nur Saif yang meriwayatkan dan di ijazahkan langsung oleh muallif kitab tsabat (akan saya tulis penjelasannya di tulisan selanjutnya insyaallah) yang berjudul Al-Iqdul Farid karangan Syaikh Yasin bin Muhammad bin 'Isa Al fadani Al Makkiy.
Ket :
Sayyid Utsman bin Yahya (1331 H) Mufti Betawi adalah cicit dari Syaikh Muhammad Said Sunbul, pengarang kitab Al-Awail As-Sunbuliyyah. Urutan nasabnya adalah: Sayyid Utsman bin Abdullah bin Fatimah binti Muhammad Said Sunbul. Rahimahumullah Ta'ala.
Oleh: Muh. Alawy Mahfudz.
0 comments: