Sunday, April 9, 2023

Serial Si Memet : Bonus

 


Matahari mulai condong ke barat. Hari mulai gelap. Suara-suara serangga malam mulai bersahutan di tengah persawahan. Nanti malam sudah berganti bulan. Bulan yang seharusnya ditunggu-tunggu umat islam, karena semua amal dilipatgandakan. Ya, bulan suci Ramadhan. Mang Udin & Memet seperti biasa, menunggu adzan maghrib di gazebo favorit mereka.

"Nanti malam sholat tarawih ya Mang?" Tanya Memet. 

"Ya nunggu info dari pemerintah, tapi kemungkinan besar iya, soalnya di beberapa daerah hilal sudah terlihat." 

"Hilal itu apa Mang?"

"Ya hilal itu bulan. Yah pokoknya gitulah bahasa ahli astronomi falak."

"Berarti besok puasa Mang?"

"Heem." Mang Udin lagi asyik menatap senja.

"Wah lelah dong Mang, seharian gak makan dan minum, lemes. Bisa-bisa mati saya." Sambat Memet.

"Huss. Gak boleh gitu Met. Harusnya kau tu bahagia dengan datangnya bulan suci ramadhan, bukan malah sambat gitu."

"MET! MEMET! KE SINI MET!" Pak Bambang teriak-teriak memanggil dari dalam rumah.

"Noh dipanggil Pak Bambang." Mang Udin mengingatkan Memet.

"IYA PAK." Memet balas berteriak

"Waduh, lama-lama bisa budek kuping saya. Majikan dan pembantu sama saja, teriak-teriak mulu." Gerutu Mang Udin.

***

Di Dalam rumah, diruang kerja favorit Pak Bambang. Terlihat di meja Pak Bambang amplop-amplop bertumpukan, eh berserakan, eh yang mana ya, kedua-duanya deh. Iya, di meja Pak Bambang ada amplop yang ditumpuk, ada juga yang berserakan. 

"Gimana Pak?" Memet masuk

"Ini Met. Jatah kau sama Udin." Pak Bambang menyerahkan 4 amplop ke Memet.

"Eh apa ini Pak?" Memet heran.

"Ya gaji kalianlah." Memet tahu kalau itu gaji, karena ini adalah akhir bulan. Pak Bambang berbeda dengan bos-bos yang lain, dia menggaji karyawan-karyawan berdasarkan kalender Hijriyah, bukan masehi. 

"Eh maksud saya, tadi Bapak bilang buat saya sama Mang Udin kan? Kan cuma berdua, kok amplopnya empat?"

"Besok bulan Ramadhan kan?" Pak Bambang bertanya.

"Eh iya Pak." Memet kikuk.

"Ya sudah itu bonus dari saya khusus bulan suci Ramadhan."

"Beneran Pak?" Memet masih tidak percaya.

Pak Bambang hanya mengangguk, "Dah sana pergi! Huss huss!"

"Makasih Pak." Memet beranjak pergi dengan perasaan berbinar-binar.

"Eh satu lagi Met." Pak Bambang berbicara.

"Apa Pak?" Memet urung beranjak.

"Besok kamu sama Udin buka puasa sama saya."

"Eh emang Bapak puasa?"

"Hehe Nggak." Pak Bambang terkekeh, "Tapi saya senang saja ketika ramadhan buka puasa dengan kalian."

***

Sekitar masih gelap. Jam dinding gazebo menunjukkan pukul 03.22 pagi kalo di inggris, 03.22 am. Memet dan Mang Udin sedang asyik sahur. Kalian tahu sahur itu apa? Sahur adalah -Sarapan khusus Ramadhan- chuakss.

"Ini Mang." Memet menyerahkan dua amplop ke Mang Udin, "Mang Udin kemana saja si semalam? Seperti hilang ditelan bumi." 

"Bukan urusan kau." Mang Udin masih asik makan, "Eh tapi ini kok dua amplop?" Tanyanya heran.

"Iya Mang. Kata Pak Bambang bonus spesial Ramadhan."

"Kamu senang dapat bonus?" Mang Udin bertanya.

"Ya senang dong. Bahagia. Eh satu lagi, Pak Bambang nanti sore ngajak kita bubar."

"Bubar?" Mang Udin mengernyitkan dahi.

"Buka bareng maksudnya hehe." Memet cengengesan.

"Emang beliau puasa?"

"Ya enggak. Senang saja katanya kalo makan-makan waktu berbuka sama kita."

"Nah, begitu juga kita Met. Harusnya kita bahagia dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Berapa banyak bonus yang Allah berikan di bulan suci ini. Pak Bambang saja yang tidak puasa bisa bahagia dengan bulan ramadhan, apalagi kita, harusnya kita lebih bahagia. Ini adalah kesempatan kita untuk memperbanyak amal ibadah, mendekat kepada Allah. Ya pokoknya bahagia lah, jangan malah sambat nanti kalo gak makan mati kek, lemes kek, seperti itu gak boleh. Kita harus bahagia. Bahkan, hanya dengan kau bahagia dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka jasadmu diharamkan Allah masuk neraka, otomatis masuk surga."

"Eh, iya Mang." Memet tersindir dan tercerahkan, "Tapi kapan ya Mang, Pak Bambang bisa berubah seperti dulu lagi?"

"Ya kita doakan saja." Jawab Mang Udin sekenanya, sambil merenung memikirkan Pak Bambang.


Kalian penasaran kisah seperti apa dulunya Pak Bambang:? Hehe kapan-kapan kita ceritakan.


Oleh: Arif Akbar Wafa.







Previous Post
Next Post

0 comments: