Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana yang kita ketahui, tidaklah mewariskan harta benda pada umatnya, akan tetapi beliau mewariskan dua hal, yang dengan terus berpegang pada keduanya umat ini tidak akan tersesat. Apa dua hal itu? Keduanya adalah kitabullah dan sunnah nabi-Nya.
قال صلى الله عليه وسلم ( تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه).
Dan dalam tulisan ini saya akan berfokus pada warisan Rasulullah yang kedua, yaitu, sunah-sunah beliau. Lebih tepatnya pada sejarah pembukuan kitab-kitab sunnah atau yang juga seringkali disebut sebagai hadits.
Secara global sejarah pembukuan hadis dapat dibagi menjadi 3 marhalah;
1. كتابة السنة (penulisan sunnah)
2. تدوينها على وجه العموم (pembukuan sunnah secara umum)
3.تدوينها مع الإقتصار على الصحيح (Pembukuan sunnah terkhusus hanya pada yang shahih)
كتابة السنة
Beliau Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sangatlah memperhatikan masalah baca tulis umatnya, dikarenakan banyak kaum muslim pada saat itu yang masih menyandang sifat Ummi (tidak pandai baca tulis). Rasulullah sangat ingin memajukan dan membangkitkan semangat umat dalam hal kepenulisan.
Dan keinginan beliau berbuah manis, dengan fakta bahwa, Al-Quran ditulis lengkap pada zaman beliau, tapi berbanding terbalik dengan perintah beliau dalam hal menulis Al-Quran. Beliau melarang sahabatnya dalam hal kepenulisan hadits, karena ditakutkan terjadi kerancuan antara ayat Alquran dan hadits beliau;
فروي ابو سعيد الخدري عن النبي صلى الله عليه وسلم انه قال (لا تكتبوا عني شيئا غير القران، ومن كتب عني شيئا غير القران فاليمحه)
Meski beliau melarang sahabatnya menulis hadits, beliau sebenarnya memperbolehkan sahabatnya untuk menghafal hadits, dan meriwayatkannya pada orang lain.
Tapi ternyata terdapat riwayat lain yang menjelaskan bahwa Rasulullah memperbolehkan sahabatnya untuk menulis hadits;
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما اذا قال له صلى الله عليه وسلم (اكتب فو الذي نفسي بيده، ما خرج منه الا حق) واشار بيده الى فيه وقال عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما اقيد العلم؟ قال (نعم) قلت وما نقييده؟ قال (الكتابة)
Dari kedua hadits atas di atas, kalau kita telaah lebih lanjut, 'dzahirul hadits' tampak seperti kontradiktif, saling bertolak belakang. Oleh karena itu para ulama dalam permasalahan ini mengambil langkah الجمع بين الحديثين , dan menurut qaul pendapat yang didukung oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Sayyid Muhammad Al-Maliki, hadits pertama yang berisi larangan penulisan hadis, di naskh (diganti) oleh hadits kedua yang berisi larangan kepenulisan.
Dan bukti dari hal ini adalah, ditemukannya mushonnaf-mushonnaf (karangan) milik sahabat. Seperti, shahifah lembaran milik Ali bin Abi Tholib, shahifah as-shadiqah milik Abdullah bin Amr, dan shahifah milik Jabir bin Abdillah Al-Anshori radhiyallahu 'anhum ajma'in.
تدوينها على وجه العموم
Telah kita ketahui dalam keterangan sebelumnya, bahwa di samping para sahabat menulis banyak hadits dari Rasulullah, mereka juga mengandalkan hafalan dan bakat mereka yang luar biasa, hal ini diteruskan oleh kurun setelah sahabat, para tabiin mewarisi ilmu dari para sahabat, dan meriwayatkan hafalan dan tulisan para sahabat.
Maka, ketika akhirnya Islam semakin tersebar, wilayah Islam pun semakin luas, mulai munculnya bid'ah-bid'ah dalam agama, para sahabat juga sudah terbagi di berbagai negara, dan banyak dari mereka yang telah meninggal. Akhirnya pembukuan dan kepenulisan hadits menjadi sebuah urgensi yang mendesak. Amirul Mukminin pada zaman itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada akhir abad pertama hijriah memerintahkan pada bawahannya untuk membukukan hadis;
انظر ما كان من حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم فاكتبه فاني خفت دروس العلم وذهاب بالعلماء
Dan orang yang pertama kali membukukan hadits adalah beliau, Imam Muhammad bin Syihab Az-Zuhri, dan setelah itu, para ulama lain juga mengikuti jejak beliau, seperti Ibnu Juraij, Ibnu Ishaq, Malik bin Anas dan lain-lain.
Akan tetapi, terdapat suatu perbedaan cara pembukuan hadits pada marhalah ini, kalau kita telisik kitab hadits pada tobaqoh Imam Zuhri, setiap muallaf (karangan) hanya terkhusus pada satu bab ilmu. Dan masih banyak tercampur dengan dawuh-dawuh sahabat dan fatwa para tabiin. Sementara tobaqoh ulama setelah Imam Zuhri, setiap muallaf berisi beberapa bab ilmu secara terpisah, meski masih juga tercampur aqwal sahabat dan atsar tabi'in.
Hal yang cukup disesalkan adalah, dari banyaknya mushannaf generasi awal hanya ada satu kitab yang sampai pada kita sekarang, yaitu, muwattha' karangan Imam Malik.
Dan alangkah indahnya syair As Suyuti yang membahas tentang marhalah ini;
اول جامع الحديث والاثر # ابن شهاب امرا له عمر.
تدوينها مع الإقتصار على الصحيح
Telah kita tuturkan pada keterangan sebelumnya, bahwa, masih banyak mushonnaf pada marhalah kedua yang belum bisa membedakan antara khabar-khabar yang shahih dengan yang tidak, antara khabar nasikh (khabar yang mengganti) dengan yang mansukh (khabar yang diganti), pun juga tartib dan susunan yang masih belum sistematis.
Permasalahan ini akhirnya menggerakkan hati Imam ahli hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, untuk membukukan Kitab hadits yang terkhusus pada hadits yang shahih sanad, dan matannya, juga dengan susunan yang sistematis. Sesuai dengan bab-bab fiqh, sirah, dan tafsir. Dengan tetap menjaga kaidah-kaidah dan dasar yang telah ditetapkan ulama pakar Ushul hadits. Dan beliaulah orang yang pertama kali menetapkan standar kesahihan sebuah hadits dalam ilmu ini.
Latar belakang yang juga menguatkan beliau dalam pembukuan hadits shahih ini adalah, keinginan guru beliau, Ishak bin Rohawaih yang berharap ada muridnya yang dapat membukukan hadits Rasulullah hanya terkhusus pada yang shahih saja;
لو جمعتم كتابا مختصرا لصحيح سنه رسول الله صلى الله عليه وسلم
Lantas, tertancaplah keinginan guru beliau dalam dada Imam Bukhari, akhirnya beliau mengarang kitab الجامع الصحيح, dan setelah beliau ada juga beberapa Imam hadits lain yang mengarang kitab shahih, diantaranya, imam Muslim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah. Dan terkhusus pada shahih Bukhari Muslim, Imam Abu Zakaria Yahya An-Nawawi berkomentar bahwa, هما أصح الكتب المصنفه, keduanya merupakan kitab paling shahih yang pernah dikarang. Sebagai tambahan, Imam As Suyuthi dalam Alfiyah-Nya menggubah sebuah syair;
واول الجامع باقتصار على الصحيح فقط البخاري
Maka, itulah sejarah singkat pembukuan hadits yang bisa saya sampaikan dari zaman Rasulullah, sahabat, tabiin terus sampai Imam Zuhri, disahihkan oleh Imam Al-Bukhari, dan akhirnya sampai pada kita sekarang ini. Jika ada kesalahan saya minta maaf, dan dimohon kritik dan sarannya, akhirul kalam. والله اعلم بالصواب.
- (منهل اللطيف) للسيد المحمد بن علوي المالكي. ص ١٥-٢٤.
- (الموطأ) للامام مالك. ص ٤٧.
- (صحيح مسلم) لمسلم (٨/ ٩٦٤) (٣٠٠٤).
- (الاوسط) للطبران (١/ ٩٦٤) (٨٥٢).
- (صحيح البخاري) للبخاري (١/ ٣٣).
- (ألفيه السيوطي) للسيوطي ص ٧.
0 comments: