Seringkali teman-teman kita yang koclo alias konyol, selalu menebar bau mulutnya ketika sedang puasa Ramadhan seperti ini. Mereka beralasan kalau bau mulut orang puasa lebih wangi disisi Allah dibandingkan dengan minyak misk, mereka berkata seperti itu berdasarkan hadits Nabi Muhammad ini;
:عن أبي هريرة ، أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال
والذي نفسي بيده ، لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح
المسك . إنما يذر شهوته وطعامه وشرابه من أجلي . فالصيام لي وأنا أجزي به، كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف إلا
الصيام فهو لي وأنا أجزي به
"Demi Dzat yang aku ada di genggamanNya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Dia (Orang yang berpuasa) meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka ibadah puasanya itu khusus untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya, Setiap kebaikan akan dibalas sepuluh sampai tujuh puluh kali lipat, kecuali puasa, Akulah yang akan membalasnya." (HR. Al-bukhari).
Alasan mereka benar jika dilihat dari hadits di atas. Tapi harus dipahami, bahwasanya dalam ulumul hadits jika kita ingin memahami suatu hadits maka kita harus cek dulu apakah ada riwayat lain dari hadits itu atau tidak, jika ada riwayat lain yang serupa maka semua riwayat tersebut harus dikumpulkan baru kemudian disimpulkan maksud haditsnya. Karena bisa saja dalam riwayat lain itu ada tambahan lafadz yang memengaruhi arti dari hadits itu. Dan dalam hadits diatas, tentang bau mulut ada riwayat lain, yang terdapat di kitab shohih muslim. Daaaan, di situ ada tambahan lafadz..
لخلوف فم الصائم أطيب عند الله يوم القيامة من ريح المسك
"Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah pada hari kiamat daripada harumnya minyak misik."
Diriwayat tersebut ada tambahan di hari kiamat. Jadi, maksud dari hadits tentang bau mulut bisa kita simpulkan kalau bau mulut orang puasa itu akan wangi kelak di hari kiamat. Inget tuh. Maka apa yang dilakukan temen-temen kita, yakni menyebarkan abab dalam istilah jawanya, atau menyebarkan bau mulut yang tidak enak menurut hadits riwayat Imam Muslim diatas tentu saja salah. Bahkan Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma'ad menyebutkan bahwasanya Allah tidak pernah menjadikan bau mulut sebagai bentuk taqorrub, bentuk ibadah seorang hamba agar lebih dekat kepada Allah. Dan bau mulut pun juga bukan termasuk dari syariat.
Adapun maksud dari hadits tersebut kenapa bau mulut orang puasa disisi Allah lebih harum daripada minyak misk, merupakan bahasa penyemangat yang digunakan oleh Kanjeng Nabi agar kita terdorong, agar kita tambah semangat untuk berpuasa. Bukan untuk menjaga agar bau mulut ini tambah nggak enak.
Lho, moshok hadits ini, tujuannya untuk memberi semangat?? coba lihat lanjutan redaksi hadist di atas lurr, lanjutannya Allah memberitahukan kita jika ibadah puasa itu adalah ibadah spesial, yang khusus diminta oleh Allah, dan Dialah yang akan membalas pahalanya dengan pahala yang tak terhingga. Maksudnya pahala puasa itu nggak ada batasnya, dan yang tahu hanya Allah, karena orang yang melakukan puasa itu, umumnya hanya dia dan Allah yang tau. Dan juga karena orang puasa itu sebenarnya, menjalani perjalanan kesabaran. Dan pahala kesabaran itu nggak ada batasnya. Nahh, jadi hadits Itu merupakan semacam motivasi yang digunakan Kanjeng Nabi untuk memberikan semangat bagi orang yang berpuasa, karena biasanya orang yang berpuasa itu bau mulutnya berubah.
Ada sebuah faedah :
Mbah Moen pernah mengatakan jika “Ada 3 ibadah yang
pahalanya tak terhingga,
pahalanya tak terbatas;
Pertama, pahala ibadah puasa.
Dalilnya hadits di atas :
فالصيام لي وأنا أجزي به
Kedua, pahala bersabar.
Dalilnya firman Allah :
إِنَّ َا يُوَفَّ ٱلصَّٰبُِونَ أَجْرَهُم بِغَيِْ حِسَابٍ
Ketiga, pahala memaafkan.
Dalilnya firman Allah :
"فمن عفا وأصلح فأجره عىل الله
0 comments: