Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi adalah seorang Waliyullah ternama dari Hadramaut (Yaman) tepatnya di kota seiwun, yang terkenal dengan karya monumentalnya, yakni Kitab Maulid ‘Simtudduror’. Sosoknya tak hanya dikenal di Indonesia, namun di berbagai negara.
Kitab tersebut awalnya hanya terkenal di Yaman. Namun lama kelamaan tersebar ke berbagai belahan dunia, seperti Afrika, Arab Saudi, Oman, Singapura, hingga Indonesia. Sebab barokah beliau.
Beliau (Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi) menulis kitab Maulid ‘Simtudduror’ (Untaian Mutiara) Saat beliau berusia 68 tahun. Disebutkan bahwa Maulid ini dibacakan pertama kali di rumah beliau, kemudian di rumah muridnya Habib Umar bin Hamid. Beliau Habib Ali pernah berkata tentang kitab Maulidnya ini :
“Jika seseorang menjadikan kitab Maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka rahasia (sirr) Al Musthofa Muhammad shallallahu alaihi wasallam akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab ini dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Pujianku kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dapat diterima oleh masyarakat ini karena besarnya cintaku kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahkan dalam surat-suratku ketika aku menyifati Nabi shallallahu alaihi wasallam, Allah membukakan kepada susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya, ini adalah Ilham yang diberikan Allah kepadaku dalam surat-menyurat ku, ada beberapa sifat agung Nabi shallallahu alaihi wasallam andaikan Nabhani membacanya tentu ia akan memenuhi kitab-kitabnya dengan sifat-sifat agung itu.”[1]
يَارَبِّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدْ وَافْتَحْ مِنَ الخَيْرِ کُلَّ مُغْل
Seperti yang pernah dijelaskan Agus Aniq Muhammad Makki, B.Sc., MA. : “Setiap kata, bahkan huruf yang ada dalam kitab maulid Simtudduror itu sudah diridhoi oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka tidak heran jika didalamnya terdapat banyak sekali rahasia (sirr) yang tersimpan.”
Maka dari itu, sekian banyak tinta tak akan mampu mendeskripsikan betapa luhurnya maqam (derajat) kewalian beliau, semata-mata itu semua beliau raih sebab tingginya rasa cinta (mahabbah) beliau kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Bahkan pasca beliau wafat pun masih banyak sekali tanda-tanda karomah beliau yang masih bisa dirasakan oleh khalayak ramai, salah satunya adalah peristiwa yang baru saja terjadi, yakni sampainya kitab 'Kanzul Mutholsam' (syarh kitab maulid simtudduror) karangan Agus Aniq Muhammad Makki, B.Sc., MA. di Seiwun, hadramaut, yaman. Padahal beliau (Agus Aniq Muhammad Makki, B.Sc., MA.) tidak memperbanyak dan mempersebar luaskan cetakan kitab tersebut. Ini semua adalah salah satu bukti karomah kewalian beliau (Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi). [2]
Dan Berkali-kali Agus Aniq Muhammad Makki, B.Sc., MA. telah mengingatkan kepada kita (santri Al Fattah) : “Pentingnya kita punya hubungan (ta’alluq) dengan rasulullah, jangan sampai kita kita tidak punya sambungan sama sekali, seminimal-minimalnya kita punya rasa cinta (mahabbah) kepada orang yang punya hubungan dengan Rasulullah.”
Kita (santri Al Fattah) sudah sangat beruntung sekali setiap harinya diajari mengenai apa itu mahabbah. Dan beruntung sekali telah dikelilingi oleh orang-orang yang punya hubungan (ta’alluq) kuat dengan Rasulullah, sebab mendapat pandangan (nadhroh) dari Rasulullah merupakan dambaan seluruh insan.
Oleh : Litbang Departemen.
Referensi: