Thursday, June 1, 2023

خاطب الناس على قدر عقولهم

 


        Semakin dewasa seseorang, semakin sedikit pula omongannya, karena dia tahu menyampaikan kebaikan harus pula diikuti dengan cara yang benar; memperhatikan siapa yang dia ajak bicara, bagaimana pengetahuannya tentang topik yang dibahas, dan bagaimana pikiran mereka merespon omongan kita. Ini sejalan dengan saran Nabi Muhammad saw:


أمرنا معاشر الأنبياء أن نحدث الناس على قدر عقولهم


“Kami, para Nabi, diperintahkan Allah untuk berbicara/mengajak kepada masyarakat sesuai dengan tingkat akal pikiran mereka”.

 

        Maka dari itu, kalau kita menelaah hadist-hadist Rasulullah, kita akan menemukan penyesuaian nasehat-nasehat beliau terhadap para sahabatnya. Ada seorang pemuda yang ragu-ragu masuk islam karena takut ribet, tapi Rasulullah hanya menasehati "Jangan berbohong". 

Ada seseorang yang meminta wasiat, beliau hanya menasehati "Jangan marah".

Saat ada sahabat yang meminta amal ibadah paling baik, kadang Rasulullah menjawab "Sholat pada waktunya" atau diwaktu lain "Jihad di jalan Allah" ada juga "Zuhud lah", dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan Rasulullah menyesuaikan siapa yang berbicara kepada beliau.


Abdullah bin Mas’ud pernah memberi nasehat:


مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ ؛ إِلا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةٌ


"Tidaklah kamu berkata-kata kepada masyarakat dengan ucapan-ucapan yang tidak sampai pada akal pikiran (pengetahuan) mereka, kecuali akan menimbulkan ‘fitnah’, (kesalahpahaman, atau goncangan) di antara mereka”.


        Maka dari itu, sebelum berbicara kepada seseorang, alangkah baiknya kita memilah dan memilih topik dan kalimat yang sesuai dengan akal mereka. Salah satu hal yang membedakan antara orang cerdas dan orang yang bijak adalah cara penyampaian nya; apakah dia bisa 'membumikan penjelasan langit' nya itu atau penjelasannya hanya diketahui oleh kalangannya sendiri. 

Sebagai penutup, ada gubahan nasehat bagus dari Imam Syafi'i yang ditulis Imam al-Ghazali dalam Ihya' nya:


فَمَنْ مَنَحَ الْجُهَّالَ عِلْماً اَضَاعَهُ، وَمَنْ مَنَعَ الْمُسْتَوْجِبِيْنَ فَقَدْ ظَلَمَ


"Barangsiapa membagikan ilmu kepada orang yang tak faham, maka ia telah membuang-buang ilmunya. Tetapi barangsiapa menolak membagikan ilmunya kepada yang paham, maka dia telah melakukan kedzaliman.

(Ihyâ' I/57).


Oleh : Muh. Alawy Machfudz.
Previous Post
Next Post

0 comments: