Bohong merupakan sifat yang merugikan orang lain. Secara bahasa bohong ialah mengucapkan suatu hal yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Dan sudah kita ketahui bahwa bohong ada salah satu perbuatan yang menyebabkan kita mendapat dosa yang sangat besar. Maka dari itu semua manusia dilarang melakukan kebohongan. Hal ini sesuai hadits Nabi tentang larangan berbohong yaitu:
إياكم والكذب فإن الكذب مجانب للإيمان
”Hati-hatilah kalian terhadap kedustaan, karena kedustaan merupakan perkara yang menjauhkan dari keimanan”.
Dari keterangan ringkas di atas kita sudah bisa menyimpulkan bahwa sifat bohong itu berdampak buruk. Maka dari itu, sejak sekarang juga kita harus menjauhi sifat itu. Jika kita terus memupuk sifat tersebut, pasti kita akan mendapat balasan di akhirat kelak.
Tapi apakah kalian ketahui bahwa ada bohong yang diperbolehkan? Ya bohong seperti ini memang benar adanya. Ada 3 contoh yang bisa kita ambil pada kesempatan ini :
Bohongnya orang yang sedang berperang fi sabilillah.
Karena perang itu membutuhkan strategi, apabila strategi itu terdengar di telinga musuh maka harus siap menerima kekalahan.
Membohongi 2 orang yang bertengkar, dengan niat untuk mendamaikan keduanya.
Merayu pasangan hidup untuk menambah rasa cinta.
Walaupun rayuan tersebut 180 derajat dari kenyataannya, ‘kebohongan’ tersebut tetap diperbolehkan.
Dan di cerita Nabi Ibrahim -Alaihissalam- itu pernah ‘berbohong’. Tapi yang dimaksud bohong bukanlah bohong yang sebenarnya. Yang dimaksud adalah At-Ta’ridh, yaitu mengungkapkan sesuatu dengan bahasa kiasan yang tidak jelas atau mengucapkan kata yang memiliki makna banyak tapi yang diinginkan hanya 1 makna. Kanjeng Nabi Ibrahim -Alaihissalam- pernah ‘berbohong’ sebanyak 3 kali, yaitu :
Saat beliau mengucapkan إِنِّي سَقِيمٌ “Aku sedang sakit”.
Suatu saat Nabi Ibrahim -Alaihissalam- diajak untuk merayakan upacara keagamaan dengan kaumnya. Dan kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim -Alaihissalam- beragama Tauhid atau mengesakan Tuhan Allah. Lalu Nabi Ibrahim -Alaihissalam- menolak ajakan tersebut dengan alasan إِنِّي سَقِيمٌ bahwa beliau sedang sakit. Padahal aslinya beliau sedang sehat-sehat saja. Tapi yang dimaksud sakit adalah hati beliau sedang sakit melihat kaumnya menyembah selain Allah -Subhanahu Wa Ta’ala-.
Saat beliau mengucapkan قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا “Yang melakukan adalah berhala yang paling besar ini”.
Yaitu saat kaum beliau melakukan upacara keagamaan, Nabi Ibrahim -Alaihissalam- sengaja masuk kuil yang berisi berhala-berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala dan hanya menyisakan 1 berhala yang paling besar. Beliau mentancapkan senjatanya di leher 1 berhala tersebut. Setelah kaum-kaum kembali ke kuil, mereka melihat tuhan-tuhan sudah hancur berantakan. Mereka menuduh Nabi Ibrahim -Alaihissalam- yang melakukan hal tersebut. Tapi dengan akal yang sehat beliau pun menjawab بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا. Yang melakukan adalah berhala yang paling besar itu, kan berhala itu yang bawa senjata.
Saat beliau pergi ke daerah Mesir bersama sang istri yaitu Sayyidah Sarah.
Diceritakan bahwa ada sebuah raja yang memiliki kelainan. Kelainan berupa ketika ada rakyatnya memiliki istri cantik maka si suami akan dibunuh dan si istri akan dinikahi sang raja. Suatu saat Nabi Ibrahim -Alaihissalam- dan sang istri melewati daerah kekuasaan raja tersebut. Kabar tentang kecantikan Sayyidah Sarah terdengar di telinga sang raja. Sang raja pun ingin menikahi Sayyidah Sarah. Saat Nabi Ibrahim -Alaihissalam- ditanyai tentang Sayyidah Sarah beliau menjawab إنَها أُختي bahwa ini adalah saudariku. Yang dimaksud saudari adalah saudari dalam satu agama. Beliau tidak mengatakan bahwa ini adalah istri beliau. Karena jika mengatakan apa adanya bisa jadi Nabi Ibrahim -Alaihissalam- meninggal terbunuh. Sang raja pun meminta izin untuk menikahi Sayyidah Sarah dan Nabi Ibrahim -Alaihissalam- mengizinkannya dengan percaya pada Allah. Singkat cerita saat sang raja dan anak buahnya ingin menyentuh tubuh Sayyidah Sarah, tiba-tiba tubuh sang raja dan anak buahnya menjadi lumpuh. Sang raja pun kapok meminta kepada Sayyidah Sarah untuk mendoakan supaya tubuhnya kembali normal. Setelah itu Sayyidah Sarah dikembalikan ke Nabi Ibrahim -Alaihissalam-.
Hakikatnya Nabi Ibrahim -Alaihissalam- itu tidak berbohong. Nabi Ibrahim -Alaihissalam- melakukan semua hal tersebut untuk menyelamatkan agama dan keluarga beliau.
Oleh : Harun Kamil.