Thursday, August 31, 2023

Nabi Ibrahim Pernah Berbohong?

 


       Bohong merupakan sifat yang merugikan orang lain. Secara bahasa bohong ialah  mengucapkan suatu hal yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Dan sudah kita ketahui bahwa bohong ada salah satu perbuatan yang menyebabkan kita mendapat dosa yang sangat besar. Maka dari itu semua manusia dilarang melakukan kebohongan. Hal ini sesuai hadits Nabi tentang larangan berbohong yaitu:

إياكم والكذب فإن الكذب مجانب للإيمان


Hati-hatilah kalian terhadap kedustaan, karena kedustaan merupakan perkara yang menjauhkan dari keimanan”.


Dari keterangan ringkas di atas kita sudah bisa menyimpulkan bahwa sifat bohong itu berdampak buruk. Maka dari itu, sejak sekarang juga kita harus menjauhi sifat itu. Jika kita terus memupuk sifat tersebut, pasti kita akan mendapat balasan di akhirat kelak.

Tapi apakah kalian ketahui bahwa ada bohong yang diperbolehkan? Ya bohong seperti ini memang benar adanya. Ada 3 contoh yang bisa kita ambil pada kesempatan ini :

  1. Bohongnya orang yang sedang berperang  fi sabilillah.

Karena perang itu membutuhkan strategi, apabila strategi itu terdengar      di telinga musuh maka harus siap menerima kekalahan.

  1. Membohongi 2 orang yang bertengkar, dengan niat untuk mendamaikan keduanya.

  2. Merayu pasangan hidup untuk menambah rasa cinta.

Walaupun rayuan tersebut 180 derajat dari kenyataannya, ‘kebohongan’ tersebut tetap diperbolehkan.


Dan di cerita Nabi Ibrahim -Alaihissalam- itu pernah ‘berbohong’. Tapi yang dimaksud bohong bukanlah bohong yang sebenarnya. Yang dimaksud adalah At-Ta’ridh, yaitu mengungkapkan sesuatu dengan bahasa kiasan yang tidak jelas atau mengucapkan kata yang memiliki makna banyak tapi yang diinginkan hanya 1 makna. Kanjeng Nabi Ibrahim -Alaihissalam- pernah ‘berbohong’ sebanyak 3 kali, yaitu : 

  1. Saat beliau mengucapkan إِنِّي سَقِيمٌ  “Aku sedang sakit”.

Suatu saat Nabi Ibrahim -Alaihissalam- diajak untuk merayakan upacara keagamaan dengan  kaumnya. Dan kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim -Alaihissalam- beragama Tauhid atau mengesakan Tuhan Allah. Lalu Nabi Ibrahim -Alaihissalam- menolak ajakan tersebut dengan alasan إِنِّي سَقِيمٌ  bahwa beliau sedang sakit. Padahal aslinya  beliau sedang sehat-sehat saja. Tapi yang dimaksud sakit adalah hati beliau sedang sakit melihat kaumnya menyembah selain Allah -Subhanahu Wa Ta’ala-.


  1. Saat beliau mengucapkan  قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا “Yang melakukan adalah berhala yang paling besar ini”.

Yaitu saat kaum beliau melakukan upacara keagamaan, Nabi Ibrahim -Alaihissalam- sengaja masuk kuil yang berisi berhala-berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala dan hanya menyisakan 1 berhala yang paling besar. Beliau mentancapkan senjatanya di leher 1 berhala tersebut. Setelah kaum-kaum kembali ke kuil, mereka melihat tuhan-tuhan sudah hancur berantakan. Mereka menuduh Nabi Ibrahim -Alaihissalam- yang melakukan hal tersebut. Tapi dengan akal yang sehat beliau pun menjawab بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا. Yang melakukan adalah berhala yang paling besar itu, kan berhala itu yang bawa senjata.


  1. Saat beliau pergi ke daerah Mesir bersama sang istri yaitu Sayyidah Sarah.

Diceritakan bahwa ada sebuah raja yang memiliki kelainan. Kelainan berupa ketika ada rakyatnya memiliki istri cantik  maka si suami akan dibunuh dan si istri akan dinikahi sang raja. Suatu saat  Nabi Ibrahim -Alaihissalam- dan sang istri melewati daerah kekuasaan raja tersebut. Kabar tentang kecantikan Sayyidah Sarah terdengar di telinga sang raja. Sang raja pun ingin menikahi Sayyidah Sarah. Saat Nabi Ibrahim -Alaihissalam- ditanyai tentang Sayyidah Sarah beliau menjawab إنَها أُختي bahwa ini adalah saudariku. Yang dimaksud saudari adalah saudari dalam satu agama. Beliau tidak mengatakan bahwa ini adalah istri beliau. Karena jika mengatakan apa adanya bisa jadi Nabi Ibrahim -Alaihissalam- meninggal terbunuh. Sang raja pun meminta izin untuk menikahi Sayyidah Sarah dan Nabi Ibrahim -Alaihissalam- mengizinkannya dengan percaya pada Allah. Singkat cerita saat  sang raja dan anak buahnya ingin menyentuh tubuh Sayyidah Sarah, tiba-tiba tubuh sang raja dan anak buahnya menjadi lumpuh. Sang raja pun kapok meminta kepada Sayyidah Sarah untuk mendoakan supaya tubuhnya kembali normal. Setelah itu Sayyidah Sarah dikembalikan ke Nabi Ibrahim -Alaihissalam-.


Hakikatnya Nabi Ibrahim -Alaihissalam- itu tidak berbohong. Nabi Ibrahim -Alaihissalam- melakukan semua hal tersebut untuk menyelamatkan agama dan keluarga beliau.


Oleh : Harun Kamil.


Monday, August 28, 2023

Sabar akan Setiap Masalah yang Datang dan Nikmati Prosesnya

     Sabar akan setiap masalah yang datang itulah tema yang saya pilih dalam edisi pembuatan karya pada kali ini. Karena semua pasti memiliki permasalahan. Dan sedikitnya masing-masing masalah berat menimbulkan kesedihan yang teramat dalam. Namun seberat apapun itu, pasti akan sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Dan jadikanlah setiap masalah yang datang kepadamu itu sebagai  sebuah proses. Prosesmu untuk belajar bangkit dari sebuah kesalahan. Seringkali kesulitan harus kita rasakan terlebih dahulu sebelum menikmati kemudahan.  kita semua harus yakin bahwa sesudah  ada masalah pasti ada kemudahannya. 


إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan”


لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya”


Setiap orang pasti punya roda kehidupan. Kadang bersedih, kadang bahagia. Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai dengan mudah. Maka dari itu nikmatilah proses, serta mengingat nikmat Allah yang melimpah yang telah Ia berikan. Orang yang selalu melihat kebahagiaan akan lebih semangat untuk menjalani hari, terus husnudzon kepada Allah dan memiliki pandangan positif pada perjalan yang akan kita lalui.


Oleh : Azka M.


Thursday, August 24, 2023

Pentingnya Mahabbah kepada Nabi wa Ahli Baitihi


Di zaman sekarang jarang kita temui orang yang mempunyai rasa cinta (mahabbah) kepada Kanjeng Nabi dengan tulus. Lebih-lebih kepada keluarga nabi atau yang sering kita sebut Habib, Hubabah, Syarifah dan masih banyak lagi. Padahal sejak kecil sudah mempelajari
siroh Nabawiyyah, akhlaq-akhlaq Nabi, keseharian Nabi, lha kok pas udah besar jadi lupa apa yang dipelajarinya sedari kecil. Malahan pada zaman sekarang ada aja oknum yang tidak mengakui DNA keturunan Kanjeng Nabi -na’udzubillah min dzalik-.


Inilah zaman dimana orang-orang sudah lupa pelajaran-pelajaran tentang Kanjeng Nabi yang sudah dipelajari semasa kecil. Kita ini wujud sebab ada kanjeng nabi, bahkan alam semesta seisinya itu bisa ada sebab beliau. Sebagai umat Kanjeng Nabi kita wajib bersyukur, berterima kasih kepada beliau. Kita juga harus membalas jasa-jasa beliau dengan cara memiliki rasa cinta yang sangat besar kepada beliau. Rasa cinta ini harus kita latih mulai dari sekarang agar menjadi cinta yang tulus. Syukur-syukur rasa cinta tersebut bisa membuat kita bertemu Kanjeng Nabi di dunia dalam keadaan sadar maupun tidak.


Nah, untuk melatih hati kita agar bisa seperti itu tadi ada banyak banget caranya. Misalnya dengan menjalankan sunnah-sunnah beliau, membaca shalawat, membaca maulid, mempelajari siroh Nabawiyyah, dan masih banyak lagi. Rasa cinta kepada Kanjeng Nabi ini adalah kewajiban bagi para guru untuk mengajarkannya kepada murid-murid di pendidikan formal maupun di pendidikan non-formal. Alhamdulillahnya, kalau di pondok kita tercinta ini sudah enak, dalam artian kita diperhatikan dan dibimbing untuk memupuk rasa mahabbah kita, akhlak kita, muamalah kita, pokoknya semua keseharian kita diperhatikan oleh guru. Akan tetapi di pendidikan formal yang berbasis islami jarang sekali para guru mengajari muridnya untuk meningkatkan rasa mahabbah, rasa cinta kepada Kanjeng Nabi, ini menjadi PR bagi pendidikan formal agar mengajarkan muridnya tentang rasa mahabbah kepada Kanjeng Nabi.


Jangan sampai seorang murid menjadi orang yang gak kenal sama Nabinya sendiri, tidak mengakui darah keturunan kanjeng nabi, dan na’udzubillah malah mengingkari ajaran-ajaran yang diajarkan oleh Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Na'udzubillahi min dzalik



Oleh: Rano





Sunday, August 20, 2023

Adab Apa Ilmu Dulu Yaa??

       Pada zaman sekarang hal yang paling penting selain iman dan ilmu adalah adab. Iman kalau tidak dibarengi dengan ilmu maka akan menjadi sesat. Kalau iman sudah disertai dengan ilmu baru dilengkapi dengan adab. Orang yang memiliki ilmu tapi tidak disertai dengan adab maka dia akan tersesat, suka mengelak hukum, jadi tiga komponen ini harus lengkap yaitu iman, ilmu, dan adab. Akan tetapi, disini timbul pertanyaan, lebih penting manakah antara ilmu dan adab? Di dalam sebuah maqolah dikatakan:

الادب فوق العلم

Artinya: “Adab itu lebih tinggi dari ilmu.”

Dari ucapan tersebut, jelas sekali diterangkan bahwa adab harus lebih diutamakan dari ilmu. Apalagi di zaman sekarang dimana kebanyakan orang telah meninggalkan adab atau etika, seakan-akan di zaman sekarang orang yang beradab terlihat seperti orang aneh. Hal itu dikarenakan banyaknya orang yang meninggalkan adab, yang kemudian membuat hal tersebut (tidak beradab) menjadi biasa saja atau maklum. Inilah hal yang perlu dihilangkan dari kehidupan kita jika ingin negara ini menjadi maju. Di dalam sebuah maqolah dikatakan:



اجعل علمك ملحا وأدبك دقيقا

Artinya: "Jadikanlah ilmumu seperti garam dan adabmu seperti tepung”

Perkataan tersebut telah mengibaratkan ilmu bagaikan garam dan adab bagaikan tepung. Ibarat kata seperti ini,  ketika kamu membuat roti apakah bahan yang lebih banyak dibutuhkan? tentu saja tepung barulah garam atau bahan-bahan lainnya. Tidak mungkin ketika kamu membuat sebuah roti membutuhkan lebih banyak  garam daripada tepung.  Jadi adablah yang lebih penting dibandingkan dengan ilmu.

       Ustadz Muhammad Ulil Azka pernah dawuh “Budi pekerti adalah juru bicara hati yang baik”, maksudnya adalah ketika budi pekertimu baik maka itu akan mencerminkan bahwa kamu itu memiliki hati yang baik. Karena manusia hanya bisa menilai seseorang dari dzohirnya atau luarnya. Rasulullah bersabda :


إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa Allah lah yang hanya bisa mengetahui isi hati seseorang, alias Allah melihat seseorang dari hatinya bukan dzohir, karena hati itu urusannya dengan Allah. Maka kita sebagai makhluk hanya bisa melihat seseorang melalui dzohirnya, maka dari itu ayo kita benahi adab kita bersama-sama agar lebih dikenang atau disukai oleh masyarakat.



oleh: Syarif Hida.


Thursday, August 17, 2023

Kecerdasan Moral

 pada kesempatan yang baik ini kami ingin menyampaikan tentang betapa pentingnya membangun sebuah akhlak budi pekerti di dalam diri kita.


Dalam proses kehidupan seorang manusia, hal yang menjadi dasar adalah proses pendidikan.

Pendidikan bukan hanya berupa pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, namun yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan agama, akhlak dan budi pekerti.

 

Pintar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diikuti dengan ilmu agama, akhlak dan budi pekerti akan membuat seseorang bertindak tanpa memikirkan akibat yang akan diterimanya. 


Saudaraku,

K.H. Nurul Huda Djazuli pernah berpesan kepada para santrinya;


“Hati-Hati dengan kecerdasan. Banyak pemuda hancur karena kecerdasan yang tidak diimbangi dengan adab dan

tatakrama.”



ketahuilah wahai saudaraku, perkembangan teknologi informasi saat ini membawa sebuah perubahan besar dalam masyarakat. Lahirnya media sosial juga menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran, baik budaya, etika, dan norma yang ada. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan berbagai kultur suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial.

berawal dari kian maraknya berita bohong atau hoax dan ujaran kebencian yang tersebar di berbagai laman website serta platform media sosial mulai dari Facebook, Twitter, hingga Instagram. Fenomena tersebut sangat mengkhawatirkan karena mengancam persatuan bangsa yang diwariskan oleh para pahlawan. Dampak tersebut mulai terlihat dari menguatkannya sifat fanatisme dan intoleransi yang merebak di mana-mana.  Selain itu, identitas bangsa Indonesia juga kian terus terkikis seiring dengan gempuran budaya asing yang kurang sesuai dengan moral Pancasila.

Tanpa kita sadari, semua dampak negatif tersebut sebetulnya merupakan bentuk penjajahan. Saat ini penjajahan bukan lagi berbentuk peperangan fisik, melainkan penjajahan terhadap moral dan perilaku kita. Coba bayangkan jika semua orang tak memiliki moral dan etika yang baik, tentu saja bangsa ini akan menjadi bangsa yang hancur dan tidak akan pernah maju.


maka inilah tugas kita wahai saudaraku, 

sebagai calon-calon pemimpin di masyarakat kelak, sepatutnya kita sebagai seorang pemuda harus membentengi diri kita dengan menampakkan akhlak serta budi pekerti yang baik. Dalam rangka mempertahankan entitas kemerdekaan, dengan mengingat semangat para pahlawan yang telah bersusah payah merebut kemerdekaan bangsa ini. 

Karena,

شُبَانُ اليَوم رِجَالُ الغَد

“pemuda masa kini, adalah pemimpin di masa depan”



Demikian yang dapat saya sampaikan, bila ada kata yang kurang berkenan di hati para pembaca sekalian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, kebaikan datang dari Allah SWT dan kesalahan datang dari saya selaku manusia biasa yang tidak luput dari lupa, salah dan dosa. Demikian kiranya dan akhir kata saya haturkan terima kasih,

“انظر ما قال ولا تنظر من قال”

"Lihatlah isi ucapannya, jangan lihat siapa yang mengucapkannya"