Sunday, September 17, 2023

JADI ORANG ITU YANG SOLUTIF!!




       Seringkali kita melihat banyak orang yang kesulitan meninggalkan maksiat dan susah berubah menjadi lebih baik, penyebabnya adalah malu dan stigma masyarakat. Hah? Kok bisa??? Saya analogikan seperti ini, dulu ada seorang bertato yang awalnya tidak pernah ke masjid, tapi pada suatu hari ia menjadi sering pergi ke masjid. Saat berwudhu ada masyarakat yang nyeletuk “Pak, wudhu kalo ada tatonya itu tidak sah, jadi kalo wudhunya aja nggak sah apalagi sholatnya. Sholat bapak juga tidak sah!!!” sejak saat itu orang bertato tadi jadi malas ke masjid gara-gara omongan masyarakat itu. Waduuh, gak bahaya ta??!!
        Memang, secara hukum fiqih pendapat masyarakat tadi bisa dibenarkan. Tapi apakah dia sudah berfikir lebih jauh bahwa omongannya itu bisa membuat seorang hamba yang awalnya ingin berubah menjadi lebih baik malah tambah menjauh dari Allah? Cus kita selesaikan.

Dalam kasus kaya gini, kita sebagai orang itu harus bijak dalam bersikap. Kitu harus melihat bagaimana cara Rasulullah dalam berdakwah. Beliau selalu memberikan kabar gembira terlebih dahulu kepada masyarakat, tujuannya ya buat orang orang itu senang. Bukannya kabar ancaman yang bikin orang lari terbirit birit! Dalam penggalan ayat saja Allah berfirman bahwa Nabi Muhammad itu datang dengan مبشرا ( pemberi kabar gembira) dulu. Baru setelah itu Allah meneruskan dengan redaksi  نذيرا (pemberi ancaman). Pokoknya Nabi itu punya porsinya masing-masing dalam berdakwah. Kalo penulis simpulkan Rasulullah pasti sering memberi بشير kepada sahabat yang baru masuk islam, menjanjikan surga dan nikmat Allah yang diberikan kepada orang beriman. Alih alih menakut-nakuti sahabat dengan siksa itu kalo dia nggak iman. Nah ini kalo kata Gus Baha’, jadi kyai itu yang solutif.

Nah kesimpulan hemat dari penulis, sebagai orang yang lebih paham agama dari mereka yang kurang beruntung belum bisa belajar agama, kita harus pandai pandai mengurusi masyarakat supaya mereka tidak sakit hati. Lalu bagaimana cara kita menyikapi keadaan seseorang seperti kasus di atas? Kalo kata Habib Ali Al-Jufry “Orang seperti itu adalah berlian yang belum dicuci”. Jadi tugas kita sebagai santri adalah membersihkan berlian- berlian itu dengan ilmu yang sudah kita pelajari. Kalo udah bersih, bukankah berlian itu bisa menjadi indah? enak dipandang? Pokoknya gitu! Ngga boleh ngga!!! Oke??!!


Sekian dari saya and thank you….


By : Ust. Wafiq.


Previous Post
Next Post

0 comments: