Sunday, November 26, 2023

Masuk Surga Sebab Pahala apa Sebab Allah!!??

        Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya pernah menerangkan kitab Jami’ul Ushul Fil Auliya’ bahwa kita sebagai hamba Allah wajib memiliki sifat Roja’. Pengertian singkat tentang Roja’ adalah mengharap kepada Allah dan secara otomatis telah menghilangkan harapan kepada selain Allah. Tujuan sifat Roja’ adalah menepis harapan hati kepada selain Allah. Kesimpulannya adalah kita hanya boleh mengharap kepada Allah saja, membuang jauh jauh harapan kita kepada selain Allah.

Roja’ sendiri dibagi menjadi 3:

  1. Roja’ul ‘Am yaitu harapannya orang awam untuk meminta ampunan kepada Allah.

  2. Roja’ul Khosh yaitu harapannya orang-orang khusus (orang orang ma’rifat kepada Allah) untuk meminta anugrah dan takut hatinya kehilangan Allah.

  3. Roja’ul Akhosh yaitu harapannya orang-orang yang sangat istimewa. Beliau semua itu beribadah tanpa memandang amaliyah dan pahalanya, tapi beliau semua beribadah memang Lillahi Ta’ala. Karena jika beribadah dengan mengharapkan pahala itu bisa mengurangi keimanan. Jika ditanya “masuk surga karena apa?” Dan dijawab “karena pahala” berarti pola pikirnya harus dibenahi. Padahal yang memasukan ke surga adalah Allah melalui perantara amal shalih.

Coba kita berpikir sebentar, anggap saja kita hidup selama 60 tahun, dipotong masa aqil baligh 15 tahun awal, berarti masa kita terbebani oleh syariat islam adalah 45 tahun.  Nah sekarang hitung waktu sholat kita, kita sholat 5 menit dikali 5 waktu jadinya 25 menit. 25 menit dikali 30 hari jadinya 750 menit. Lalu dibagi 60 (dijadikan satuan jam), hasilnya 12 jam 30 menit. Jadi total waktu sholat kita 1 bulan hanya selama setengah hari. Lanjut lagi dikali 45 tahun hasilnya 280 hari. Jadi kesimpulannya sholat kita seumur hidup hanya selama 280 hari.

Hitungan diatas menunjukan bahwa amal ibadah kita tidak bisa menjamin masuk surga. Mengingat hadits Nabi Muhammad yang menjelaskan bahwa kita masuk surga itu sesuai kehendak Allah, tidak sesuai amal ibadah.


فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Artinya:

“Demi Allah, Dzat yang tidak yang haq disembah selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar telah beramal dengan amalan penduduk surga sehingga jarak antara orang itu dengan surga hanya tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al-kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka dia pun masuk ke dalam neraka. Dan sungguh, salah seorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antaranya dengan neraka hanya tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk surga, maka dia masuk ke dalam surga.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Dari hadits tersebut sudah sangat jelas keterangan dari Rasulullah bahwa kita masuk surga itu dengan rahmat dari Allah ta’ala. Dan cara mendapat rahmat Allah adalah melaksanakan perintah-perintah Allah yaitu melakukan amal sholih dan mengharap rahmat kepada Allah ta’ala.

 إن تجدوا عيبا فسد الخللا   #   جل من لا عيب فيه وعلا

Sekian dari saya mohon maaf dan terima kasih


Oleh : Kamil.



Thursday, November 16, 2023

Cara Bahagia Setiap Orang Berbeda-beda

       Tiap orang punya definisi bahagia mereka masing-masing. Ada mereka yang menemukan kebahagiaan dalam satu hal, dan juga ada mereka yang menemukan kebahagiaan dalam hal yang lain. Itu wajar, karena memang setiap orang berhak memiliki makna bahagia mereka masing-masing. 


       Cuman nih, banyak gak sih, orang yang suka masang standar bahagianya ke orang lain? Sumpah gue gedek banget sama orang model gituan. Pas ada temennya lagi seneng, eh dia seenak udelnya bacot "norak banget sih, gitu aja seneng" bang, sumpah deh lu, minggat ke mars aja sono gih, gak asik banget lu bang. 


       Bahagia itu bisa sederhana, sesederhana kita dapat menganggap besar hal-hal yang kadang dianggap kecil menurut pandangan orang. Entah itu ketika kita masih bisa tertawa saat mendengar jokes orang lain, entah itu ketika kita masih bisa bangun pagi ini, dan semua hal yang kadang dianggap orang remeh, semuanya bisa kita jadikan alasan untuk berbahagia ketika kita menganggap besar hal-hal itu. 


       Jadi, tidak etis rasanya kalau kita merusak kebahagiaan orang lain dengan mengatakannya 'norak', kan katanya bahagia itu sederhana, ya gak sih?

Friday, November 10, 2023

Kisah Sahabat ‘Imron Bin Hushoin


Dikisahkan pada zaman Nabi ada seorang Shohabat bernama  Abu Nujaid ‘Imron Bin Hushain Bin Ubaid Al-Khaza'i -Radhiyallahu ‘Anhu-. Beliau masuk Islam pada 7 tahun setelah Nabi Hijrah lebih tepatnya saat terjadi Perang Khaibar bersamaan dengan Abu Hurairah -Radhiyallahu ‘Anhu-

Ciri khas dari Shohabat ini adalah beliau terkena sakit wasir (Ambeien) selama 30 tahun. Akan tetapi beliau tetap sabar menghadapi penyakit tersebut. Beliau sama sekali tidak pernah mengeluh akan penyakit yang mengidap didirinya, sampai-sampai beliau tidak pernah mengucapkan “Ah” karena penyakitnya. 

Suatu saat beliau bertanya ke Rasulullah ﷺ tentang cara shalat bagi orang yang sakit.

عن عمران بن حصين رضي الله عنهما قال: كانت بي بَوَاسيرُ، فسألت النبي عن الصلاة، فقال: «صَلِّ قائما، فإن لم تستطع فقاعدا، فإن لم تستطع فعلى جَنْبٍ».  [صحيح] - [رواه البخاري]

Artinya: "Dari ‘Imron Bin Hushain berkata: aku sakit wasir dan aku bertanya ke Rasulullah tentang cara sholat orang sakit. Rasulullah pun menjawab: Shalatlah dengan berdiri. Jika tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Jika masih tidak bisa juga, maka shalatlah sambil berbaring." (HR Bukhari)


Ada juga hadits lain yang diriwayatkan oleh Sahabat ‘Imron Ibn Hushain tentang sholat dengan duduk.


عن عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ وَكَانَ مَبْسُورًا قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ قَاعِدًا فَقَالَ إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ. [صحيح] - [رواه البخاري]

Artinya: “Dari ‘Imron Bin Hushain saat sakit wasir bertanya ke Rasulullah tentang  sholat dengan duduk.  Rasulullah pun menjawab: Sholat dengan berdiri itu lebih utama, barangsiapa shalat dengan duduk maka pahalanya adalah setengah dari pahalanya orang yang berdiri. Dan barangsiapa sholat dengan tiduran maka pahalanya adalah setengah dari pahalanya orang yang duduk.”

Berkat sakit dan kesabaran atas sakit beliau, beliau mendapat kemuliaan yaitu sering berjumpa dan disalami oleh Malaikat. Setiap sakitnya kambuh pasti ada Malaikat yang datang dan menyalami beliau. Sebab hal tersebut, beliau merasa sangat senang dan merasa terobati. 

Suatu saat, tanpa mengurangi rasa sabar beliau meminta doa kepada Rasulullah untuk mendapat kesembuhan dari sakitnya. Rasulullah akhirnya mendoakan ‘Imron dan pastinya sakit beliau pun sembuh. Akan tetapi selang beberapa hari, ada hal janggal yang dialami ‘Imron. Yaitu Malaikat yang setiap hari menyalaminya sudah tidak pernah datang lagi. ‘Imron merasa sangat sedih dan rindu pada Malaikat yang dulu sering menguluk salam kepadanya. 

Singkat cerita ‘Imron datang dan bertanya ke Rasulullah tentang Malaikat tersebut. Rasulullah menerangkan bahwa hal tersebut karena kesembuhan dari sakit wasirnya. Seketika ‘Imron meminta ke Rasulullah untuk mendoakan bisa mendatangkan sakit wasir ke tubuhnya kembali. Rasulullah pun mendoakan ‘Imron dan ‘Imron terkena sakit wasir kembali. Sejak saat itu juga Malaikat terus datang dan menguluk salam sampai akhir hayat beliau.

Oleh: K. Nashirin.