Saturday, December 21, 2024

Kisah Singkat Kehidupan Nabi Muhammad

KESIMPULAN MASA PERTAMA

(Mulai Dari Lahirnya Nabi Muhammad sampai Sebelum Diutus Menjadi Rasul)


Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bin Abdullah bin dan Aminah Al-Qurasyiah adalah penutup para nabi dan utusan Allah bagi semua manusia, agar mereka menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan apapun.


Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan di Makkah pada hari Senin 12 Rabiul Awwal, ayah beliau wafat sebelum Beliau dilahirkan, ayah Beliau dikubur di Madinah. Lalu ibunya mengasuh Beliau, sesudah ibundanya Beliau, disusul disusui oleh Tsuwaibah al-Aslamiyah kemudian oleh Halimah as-Sa’diyah.


Pada umur 6 tahun meninggallah ibunda beliau di Abwaa’ lalu Beliau diasuh oleh Ummu Aiman dan ditanggung kakeknya. Pada umur 8 tahun meninggallah kakeknya dan Beliau diasuh oleh pamannya.


Ketika berumur 9 tahun berjalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama pamannya, Abu Thalib ke Syam dan seorang pendeta bernama Bushiraa melihat tanda-tanda kenabian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Pada umur 25 tahun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdagang membawa dagangan Siti Khadijah dan setelah kembali selama dua bulan berdagang, Beliau menikah dengan siti Khadijah yang kala itu berumur 40 tahun. Ketika Beliau berumur 35 tahun, Beliau bersatu untuk memperbaharui Ka’bah, dan Beliau memberikan solusi peletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.


Beliau terkenal di kaumnya dengan sifat-sifat mulia dan terpuji, mereka sangat mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka memberi gelar Al-Amin.


Sesungguhnya Allah menjaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari amalan orang jahiliyah, Beliau suka menyendiri untuk beribadah ketika umurnya hampir 40 tahun untuk menjalankan ibadah di Gua Hira’ menurut ajaran agama Nabi Ibrahim A.S.*


*Dikutip Dari Kajian Kitab Khulashoh Nurul Yaqin Yang Diampu Oleh Ustadz Muhammad Yusrul Falah.

Oleh: Falah



Saturday, December 14, 2024

Kedewasaan

 

“Kedewasaan Bukanlah Ukuran Usia, Tetapi Cara Kita Menghadapinya Dengan Bijak”

Kedewasaan adalah proses panjang yang tidak hanya mengandalkan usia atau pengalaman semata, tetapi lebih kepada pemahaman mendalam tentang diri sendiri, dunia, dan hubungan kita dengan orang lain. Kedewasaan bukanlah sekadar berapa banyak tahun yang telah kita lewati, tetapi lebih kepada bagaimana kita mengelola emosi, membuat keputusan, dan menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab.


Salah satu tanda kedewasaan adalah kemampuan untuk menghargai waktu. Dalam banyak hal, kedewasaan mengajarkan kita untuk menyadari bahwa hidup ini bukanlah sebuah perlombaan, melainkan sebuah perjalanan yang penuh dengan pelajaran. Kita belajar untuk menerima bahwa tidak semua hal terjadi sesuai dengan harapan kita, dan bahwa proses adalah bagian yang tak terpisahkan dari tujuan itu sendiri. Ketika kita bisa menerima kegagalan dan kesalahan sebagai bagian dari proses belajar, kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

Kedewasaan juga berarti mampu mengelola waktu dengan bijak. Kita mulai sadar bahwa tidak ada yang lebih berharga selain waktu yang kita miliki. Setiap detik menjadi berharga, karena itu adalah kesempatan untuk berkembang, untuk lebih baik, atau untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Dalam fase kedewasaan, kita belajar untuk tidak membuang waktu pada hal-hal yang tidak bermakna, tetapi fokus pada apa yang benar-benar penting bagi kita.

Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, kedewasaan mengajarkan kita untuk lebih bertanggung jawab atas diri sendiri. Tidak hanya dalam hal materi atau pekerjaan, tetapi juga dalam hal kesehatan mental dan emosional. Kedewasaan berarti mampu mengelola perasaan dan emosi dengan cara yang sehat, serta memahami bahwa kebahagiaan tidak datang dari luar diri kita, melainkan berasal dari dalam.


Kedewasaan juga membuat kita lebih realistis dalam menyikapi hidup. Kita mulai tahu bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus, dan terkadang kita harus menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Dalam menghadapi ketidakpastian hidup, kedewasaan membuat kita belajar untuk lebih sabar, lebih menerima, dan tidak terlalu terbawa emosi.

Kedewasaan membawa kita pada kesadaran bahwa hidup ini memiliki tujuan yang lebih besar. Sebuah tujuan yang bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain dan dunia di sekitar kita. Orang yang dewasa memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dalam hidup dan berusaha keras untuk mencapainya. Mereka tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari prestasi semata, tetapi juga dari bagaimana kita memberi dampak positif bagi orang lain.

Ketika kita dewasa, kita sadar bahwa hidup adalah tentang memberi dan berbagi. Kita mulai mencari cara untuk membuat hidup kita lebih bermakna, untuk memperbaiki dunia di sekitar kita, dan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama. Tanggung jawab sosial ini adalah bagian integral dari kedewasaan yang sesungguhnya.

Kedewasaan adalah perjalanan yang terus berlangsung. Itu datang dari pengalaman, introspeksi, dan pembelajaran. Kedewasaan bukan hanya soal berapa banyak yang kita capai, tetapi tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan integritas, rasa syukur, dan kasih sayang.

Oleh: Alp


Saturday, December 7, 2024

Kesederhanaan Hidup

        

        Kesederhanaan hidup merujuk pada cara hidup yang tidak berlebihan, tidak terjebak dalam materi, dan lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, seperti hubungan, kebahagiaan, kedamaian batin, dan pencapaian tujuan yang bermakna. Ini adalah pendekatan yang menekankan kualitas hidup daripada kuantitas atau konsumsi yang berlebihan.

Beberapa aspek dari kesederhanaan hidup antara lain:

  1. Mengurangi Kebutuhan Materi: Tidak terobsesi dengan memiliki banyak barang atau kekayaan. Fokus pada apa yang benar-benar diperlukan untuk hidup bahagia dan sejahtera.

  2. Hidup dengan Tujuan yang Jelas: Memilih untuk mengejar tujuan hidup yang bermakna dan memberi dampak positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

  3. Hubungan yang Berkualitas: Lebih menghargai hubungan yang mendalam dengan keluarga, teman, dan orang-orang yang dekat daripada mengejar pergaulan luas atau status sosial.

  4. Ketenangan Batin: Mencari kedamaian dalam diri dan menghindari stres yang disebabkan oleh tekanan eksternal. Ini bisa melalui meditasi, refleksi diri, atau kegiatan yang memberi rasa tenang.

  5. Menerima Ketidaksempurnaan: Menyadari bahwa hidup tidak selalu sempurna, dan menerima ketidaksempurnaan ini sebagai bagian dari perjalanan.

  6. Bersyukur dan Hidup di Saat Ini: Fokus pada rasa syukur terhadap apa yang dimiliki sekarang dan menghargai momen-momen kecil dalam hidup.

Kesederhanaan hidup bukan berarti hidup tanpa ambisi atau tujuan, melainkan lebih tentang menemukan keseimbangan dan tidak terjebak dalam hal-hal yang tidak memberikan kebahagiaan sejati.

Oleh: Alp.


Tuesday, December 3, 2024

Design and Achieve Your Dream Life!


Design and Achieve Your Dream Life!


Setelah menggeluti dan melakukan beberapa penelitian dibidang desain dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun, Bell Burnett (executive director of program design) & Dave Evans (guru program product design di stanford university) mengemukakan bahwa semua hal di sekeliling kita ada desainnya. Lihatlah ke sekeliling kantor atau rumah kita -pada tablet atau smartphone yang mungkin anda pegang, atau kursi yang anda duduki.- Semua telah dibuat agar bagus, berguna, dan menarik.


Nah, dalam buku yang berjudul “Designing Your Life: How to Build a Well-Lived, Joyful Life” mereka mengajak kita, yuk kita juga mendesain hidup kita, sesuai dengan keinginan kita. menarik ya? mari kita bahas!


INSIGHT 1 : 5 ways to build a well-designed life.

(5 cara untuk membangun hidup yang didesain dengan baik).


Penulis mendefinisikan hidup yang didesain dengan baik sebagai ‘a life in which you are, what you believe, and what you do all line up together’. Yakni, hidup dimana siapa diri kita, apa yang kita percayai, dan apa yang kita lakukan itu selaras. Dan mereka menyebut keselarasan ini sebagai ‘koherensi’. 


Pertama kita diajak untuk mengevaluasi 4 area kritikal. yaitu Health, work, play, and love. Nah, setelah kita mengevaluasi ke-empat hal ini, baru deh kita coba cari dimana titik keseimbangannya. Setelah itu, ada lagi 5 hal yang harus kita praktekin untuk mendapatkan hidup yang terstruktur.


  1. Pentingnya untuk memiliki rasa ingin tahu dan keterbukaan untuk mencoba hal-hal baru. 

  2. Bias to action. bias terhadap aksi, kita harus berani mencoba melakukan sesuatu walaupun hasilnya tidak sempurna. penulis mendorong kita untuk selalu mencoba dan menghadapi kegagalan, karena mereka percaya, kegagalan itulah fondasi menuju kesuksesan.

  3. Reframing. penulisnya bilang, biasanya kita merasa stuck karena kita nggak bisa fleksibel dalam merubah cara pandang kita terhadap suatu hal. Jadi coba deh, kita ubah cara pandang kita, dan melihat suatu masalah entah sebagai challenge, kesempatan, atau pelajaran.

  4. Kesabaran. Butuh proses yang panjang untuk menciptakan desain yang bagus, dan itu juga bisa kita aplikasikan ke proses desain hidup kita, kita diajak untuk ‘prototyping’, menjalankan eksperimen, tes-tes dalam hidup kita, untuk lebih mengenal diri kita sendiri.

  5. Dan yang terakhir, radical collaboration. Kolaborasi yang radikal. Penulisnya percaya akan kekuatan meminta bantuan.  Karena, biasanya desain yang bagus itu membutuhkan beberapa andil pihak didalamnya. So, meet people, ask questions, ask for help. Tapi ingat, hanya ambil masukan dari orang yang kalian percaya.


INSIGHT 2 : find your life compass.

(Temukan kompas hidup kamu).


Dibuku ini ada 2 prinsip yang sering disebut: work view, dan life view. Work view adalah filosofi kita dalam melihat dan mengartikan apa yang kita lakukan di hidup kita. Sedangkan live view adalah filosofi kita dalam melihat kehidupan, termasuk personal value dan cara-cara kita gimana sih caranya hidup selaras dengan values tersebut.


2 filosofi ini dianggap sebagai kompas atau kiblat dalam hidup kita. Yang artinya, hampir semua keputusan yang kita ambil pasti akan berpacu pada 2 fondasi ini. Ada satu contoh work view, dan life view di dalam buku ini, jadi, ada seseorang yang sangat peduli terhadap sumber daya keberlanjutan, tapi juga mementingkan kompensasi finansial yang cukup. Nah, orang ini dipertemukan dengan 2 tawaran pekerjaan. Yang pertama, gaji yang ditawarkan cukup besar sehingga dia bisa menabung, tapi ditawarkan oleh perusahaan minyak. Sedangkan tawaran kedua, gajinya mungkin relatif lebih kecil, tapi ditawarkan oleh perusahaan energi alternatif. 


Dalam kasus ini, orang itu pasti akan memilih tawaran yang kedua. Karena itulah yang sesuai dengan work view, dan life viewnya, meskipun dalam segi gaji mungkin ia akan sedikit rugi. Makanya penting sekali untuk kita tau nih work view, dan life view kita tuh apa, karena ketika kita ditemukan dengan situasi yang mendesak di mana harus ada sesuatu yang kita korbankan akan lebih mudah untuk kita mempertimbangkan plus-minusnya kalau kita tau betul apa sih values dan fondasi hidup kita.


INSIGHT 3 : There are many versions of you.

(Ada banyak versi dari diri kamu).


Dalam proses mendesain hidup kita, kita harus membayangkan diri kita di berbagai realita alternatif atau berbagai versi perjalanan hidup. Dan untuk melihat kehidupan-kehidupan kita yang lain ini, penulisnya mengajak kita untuk membayangkan 3 versi di masa depan kita, dengan membuat ‘three 5 years odyssey plans.


Odyssey plans adalah roadmap menuju alternatif realita yang berisikan gambaran dan harapan hidup kita dalam 5 tahun kedepan. Nah, rencana pertama didasari apa yang kita lakukan sekarang (keseharian kita seperti biasanya). Rencana kedua isinya plan B, kalau seandainya hidup yang kita jalanin itu tiba-tiba itu nggak bisa kita jalanin lagi. Dan rencana yang terakhir harus menggambarkan impian atau hidup kita yang benar-benar out there, ketika apa yang akan kita lakukan kalau misalnya uang, reputasi, atau apapun itu udah nggak penting lagi.


Dengan membuat 3 rencana jalan hidup ini, kita bisa melihat jelas, ternyata ada banyak kesempatan dan kemungkinan diluar sana yang bisa kita pilih. Dan mungkin kita bisa ngerasain sendiri, mana nih yang lebih exciting dan menarik. Dan nantinya gambaran ini bisa kita gunakan untuk membuat personal mission statement yang berisikan goals-goals kita.


CLOSING


Nah good people, menariknya buku ini berhasil menjelaskan kepada kita kalo keseimbangan hidup yang baik tidak perlu banyak hal,  cukup dengan ketiga insight diatas, yang didalamnya berisi konsep keseimbangan hidup ala barat, yang membuat kita harus berhenti sejenak, dan bener-bener fokus mikirin hidup kita. Dan satu hal yang melekat banget adalah si Konsep multiverse-nya itu,  yang diterapkan dalam konteks kehidupan nyata memungkinkan kita untuk mengeksplorasi berbagai pilihan hidup, dan membantu kita dalam menentukan jalan yang lebih menarik setelah lulus sekolah.


In conclution, ternyata ada banyak sekali jalan menuju kesuksesan, dan salah satunya adalah dengan konsep ‘Desaigning Life’ karya Bill Burnet & Dave Evans ini. Setelah mengetahui panduan tersebut dan juga punya keberanian untuk bertindak, kita bisa bikin hidup yang sesuai dengan versi terbaik diri kita! Seperti syiir karya  Abi ‘Atahiyyah berikut;

 شعر أبي العتاهية :

ترجو النجاة ولم تسلك مسالكها # إن السفينة لا تجري على اليبس

Kau mengharapkan keberhasilan, tapi kamu tidak mau menempuh jalan-jalan untuk mencapainya (maka itu mustahil) karena perahu pun tidak akan berlayar di tengah padang tandus”.


‘Ala kulli hal semoga bermanfaat! Baca bukunya di tautan berikut ya! https://www.booksfree.org/wp-content/uploads/2022/04/Designing-Your-Life-by-Bill-Bunett-Dave-Evans-booksfree.org_.pdf

 

Oleh: Yusrul Falah.


Monday, November 25, 2024

Pentingnya Literasi dalam Kehidupan Sehari-hari

 

Pentingnya Literasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Di zaman yang serba cepat dan penuh informasi seperti sekarang ini, literasi tidak hanya penting, tetapi juga menjadi keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Literasi, dalam pengertian yang lebih luas, bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan memanfaatkan informasi dengan bijak. Literasi memainkan peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan, pengembangan diri, dan bahkan dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berpengetahuan.

Apa Itu Literasi?

Secara umum, literasi adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai bentuk komunikasi, baik itu teks tertulis, lisan, maupun visual. Literasi mencakup beberapa aspek, diantaranya:

  1. Literasi Membaca dan Menulis: Kemampuan dasar untuk membaca dan menulis teks dengan baik dan benar.

  2. Literasi Digital: Kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.

  3. Literasi Media: Kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi yang disajikan melalui media massa, termasuk media sosial.

Pentingnya Literasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Literasi adalah keterampilan dasar yang sangat penting untuk pengembangan individu dan masyarakat. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan memanfaatkan informasi secara efektif.

  1. Dasar Pendidikan
    Literasi memungkinkan seseorang untuk mengakses pengetahuan, mengikuti pendidikan, dan berkembang dalam berbagai bidang. Tanpa literasi yang baik, seseorang akan kesulitan dalam belajar dan memahami materi.

  2. Pemberdayaan Individu
    Dengan literasi yang baik, individu bisa membuat keputusan yang lebih bijak dalam kehidupan pribadi dan profesional, seperti dalam hal kesehatan, keuangan, dan hak-hak mereka.

  3. Berpikir Kritis
    Literasi mendorong kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membedakan mana yang benar dan salah, terutama di era digital yang penuh dengan informasi.

  4. Mengurangi Ketimpangan Sosial
    Masyarakat dengan tingkat literasi yang tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik ke pekerjaan, pendidikan, dan layanan sosial, yang pada gilirannya mengurangi ketimpangan sosial.

  5. Mendukung Inovasi dan Kreativitas
    Literasi membantu individu untuk mengakses ide-ide baru, yang mendukung inovasi dan kreativitas dalam berbagai bidang.

Literasi di Era Digital

Di masa kini, literasi digital menjadi semakin penting. Kita hidup di dunia yang sangat terhubung dengan internet dan media sosial. Sumber informasi datang dari berbagai platform digital, mulai dari artikel online hingga video dan podcast. Literasi digital memungkinkan kita untuk memilah dan memilih informasi yang shahih, serta menghindari hoax atau berita palsu yang banyak beredar di dunia maya.

Pentingnya literasi digital juga terlihat dalam aspek keamanan. Literasi digital membantu kita untuk melindungi data pribadi, memahami bahaya di dunia maya, serta menghindari penipuan online. Selain itu, literasi digital membuka peluang bagi individu untuk belajar keterampilan baru yang dapat mendukung karir mereka di dunia yang semakin bergantung pada teknologi.

Meningkatkan Literasi di Masyarakat

Agar literasi dapat berkembang dengan baik di masyarakat, peran keluarga, sekolah, dan pemerintah sangatlah penting. Keluarga harus menjadi tempat pertama yang menanamkan minat baca pada anak-anak. Sekolah harus memberikan pendidikan yang tidak hanya mengajarkan keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga berpikir kritis dan menganalisis informasi. Pemerintah juga harus menyediakan akses pendidikan yang setara dan mendukung inisiatif literasi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Oleh: Alp

Saturday, November 23, 2024

Mendobrak Stereotip: Langkah Melawan Budaya Patriaki Terhadap Perempuan

 

Pendahuluan

Pembahasan tentang kesetaraan gender (gender equality) tetap dan terus factual dari waktu ke waktu. Hal ini tidak hanya diperbincangkan di negara-negara yang memiliki peradaban tinggi, tapi juga mulai menjamur pembahasannya di negara-negara berkembang. Negara-negara Islam sebagai representasi negara berkembang sering mengklaim bila ajaran agamanya sudah mengkampanyekan isu kesetaraan gender sejak 14 abad yang lalu, namun pada kenyataannya ketidakadilan gender masih sering terjadi di negara muslim.

Fenomena terjadinya ketidaksetaraan (baca:bias) gender, disebabkan oleh masih dianutnya konsep patriarki di sebagian besar bangsa-bangsa di dunia. Pandangan bahwa laki-laki lebih kuat, lebih mampu, dan lebih berkuasa dibanding kaum perempuan telah mengkonstruk tatanan budaya yang lebih memihak kaum laki-laki dibanding perempuan. Paradigma ini telah berjalan dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga masyarakat sekarang ini tidak mampu membedakan antara yang disebut sebagai kodrat dengan konstruk budaya yang telah mengakar di dalam masyarakat.

Meskipun isu ini telah menjadi konstruk budaya dalam masyarakat dan telah berlangsung dari generasi ke generasi, persoalan ini kian lama semakin menyita perhatian untuk segera dicarikan sebuah solusi. Tulisan ini berusaha membedah secara singkat bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk menciptakan gender equality, dan menjabarkan hambatan-hambatan faktual dalam rangka mewujudkannya.

Pembahasan

  • Budaya Patriarki

Patriarki menurut pendapat Bressler adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok pemegang otoritas tertinggi dalam komunitas sosial. Dalam lingkup keluarga, seorang ayah memiliki otoritas terhadap istrinya, anak-anak, dan harta bendanya. Secara tersirat sistem ini melambangkan superioritas kaum laki-laki dan menuntut subordinasi kaum perempuan.

Kultur patriarki ini secara turun-temurun membentuk perbedaan perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dengan perempuan di masyarakat yang kemudian menjadi hirarki gender. Dalam kultur budaya orang Jawa, Perempuan masih dianggap sebagai warga kelas dua (the second class) yang keberadaannya sering diremehkan. Lebih lanjut lagi, dalam budaya Jawa terdapat beberapa istilah yang secara jelas menyudutkan posisi seorang perempuan dalam kelas sosial. Istilah yang menyebut seorang istri sebagai kanca wingking, teman belakang, memberi pemahaman bahwa seorang istri sebagai teman dalam urusan mengelola rumah tangga, khususnya urusan anak, memasak, mencuci, dan hal-hal yang berbau domestik lainnya. Ada lagi istilah yang lebih merendahkan martabat seorang perempuan, yaitu seorang istri harus bisa manak, macak, lan masak. Bahwa seorang istri harus bisa memberikan keturunan bagi suaminya, harus selalu berdandan, dan memasak untuk suaminya.

Ideologi-ideologi semacam ini telah mengakar kuat dalam masyarakat kita, diamini dan disahkan oleh berbagai pranata dan lembaga sosial, yang pada akhirnya dianggap menjadi fakta sosial tentang status dan peran yang dimainkan oleh Perempuan dalam komunitas masyarakat.

  • Dampak yang Ditimbulkan Budaya Patriarki

Perbedaan gender pada dasarnya tidak akan menimbulkan masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi permasalahan adalah bahwa konstruk sosial yang telah terbangun dalam masyarakat telah menimbulkan berbagai ketidakadilan khususnya terhadap kaum perempuan. Di antaranya:

1. Marginalisasi atau proses peminggiran terhadap perempuan yang mengakibatkan ketimpangan ekonomi. Contoh dari marginalisasi ini adalah kenyataan bahwa banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang dipandang hanya mampu diemban oleh kaum laki-laki. Akibatnya para perempuan hanya disisakan pekerjaan-pekerjaan kelas dua yang seringkali berpengaruh terhadap perbedaan gaji yang diterima antara laki-laki dan perempuan.

2. Subordinasi atau penomorduaan, secara mudahnya adalah keyakinan bahwa ada satu jenis kelamin yang dianggap lebih penting dan lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Sebagai contoh dalam hak mendapat pendidikan, seorang perempuan sering kali dinomorduakan dalam hal akses mendapat pendidikan dibanding kaum laki-laki. Jika keadaan ekonomi suatu keluarga terbatas untuk mengenyam pendidikan maka laki-laki lah yang akan diprioritaskan, padahal bila diperhatikan bisa jadi perempuan lah yang lebih mampu.

3. Stereotipe yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menjadikan rawan terjadinya tindak diskriminasi yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan bahwa tugas kaum perempuan hanyalah di bidang domestik dan rumah tangga. Hal ini mengakibatkan sering kali perempuan dipandang sebelah mata dalam komunitas masyarakat.

4. Beban ganda, Perempuan selain mengerjakan hampir semua urusan rumah tangga juga sering kali masih dituntut untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Sehingga bagi mereka yang bekerja, mereka merasa memiliki beban tambahan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sementara kaum laki-laki tidak terbebani oleh hal semacam ini.

Berlangsungnya kebudayaan patriarki ini memang tidak terlihat, tapi bisa dirasakan dengan jelas. Pada hakikatnya sistem ini tidak hanya merugikan pada kaum perempuan saja, tapi juga pada kaum laki-laki. Karena ketidakadilan muaranya adalah konflik yang dapat menjadikan tatanan kehidupan yang tidak nyaman antar sesama.

  • Langkah Mewujudkan Gender Equality dalam Budaya Patriarki

Mewujudkan kesetaraan gender bukanlah hal yang mustahil dilakukan oleh suatu masyarakat. Meskipun dalam usahanya pasti memerlukan waktu yang tidak singkat dan agenda yang lama. Karena merubah paradigma yang telah mengakar di masyarakat pastilah membutuhkan waktu.

Pendidikan merupakan kunci dari terwujudnya harapan kesetaraan gender dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan sarana paling ampuh untuk mentransfer norma-norma masyarakat, pengetahuan, dan kemampuan mereka. Sebab itulah sejak awal perlu diwujudkannya keadilan gender dalam lingkup pendidikan.

Berawal dari miskin pendidikan, hal ini juga akan merembet dampaknya pada kemiskinan-kemiskinan pada aspek yang lain. Sebagai contoh, perempuan yang tidak mendapat akses pendidikan yang memadai akan kesusahan untuk mengakses pekerjaan yang memiliki upah layak. Maka dari itu, kesetaraan dalam hal dapat mengenyam pendidikan layak adalah hal yang harus digalakkan sebagai langkah upaya menghilangkan budaya patriarki yang mengakar kuat di masyarakat.

Perbedaan gender, pada hakikatnya, adalah sesuatu yang wajar dan sudah menjadi bagian dari fenomena kebudayaan. Perbedaan ini tidak akan menjadi persoalan bila dari awal tidak menimbulkan ketidakadilan. Memperjuangkan kesetaraan bukan berarti mempertentangkan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Tetapi lebih kepada upaya untuk membangun relasi hubungan yang setara antar sesama manusia.

Upaya untuk menciptakan gender equality juga tidak dapat dimaknai secara sporadis menyamakan antara perempuan dengan laki-laki. Kesetaraan di sini tidak dimaknai sebagai persamaan matematis, melainkan lebih pada kesetaraan yang adil yang sesuai dengan konteks masing-masing individu.

Penutup

Pada akhirnya mewujudkan kesetaraan gender merupakan tanggung jawab bersama. Karena ketidakadilan muaranya pasti konflik tak berkesudahan yang hanya menimbulkan tatanan masyarakat yang tidak nyaman. Oleh karenanya diperlukan upaya maksimal dari semua pihak untuk mewujudkan harapan kesetaraan ini dan menghilangkan budaya patriarki yang mengakar.

Oleh: Rafly