Dengan pembelajaran dari para sahabat dalam orientasi keagamaan atas dasar didikan Rasulullah, yang kemudian diwariskan oleh salafus shalih menggiring kita kepada peradaban islam yang madani. Hingga seluruh dunia sadar dan mengakui bahwa suatu Hadloroh (peradaban) yang tidak ada tandingannya adalah islam.
Yang perlu menjadi bahan renungan di zaman akhir ini, banyak terjadi pergeseran yang signifikan dari ajaran salafunas shalih. Modernisasi melalaikan dari pembelajaran akhlaq dan kitab kuning, keduanya tergantikan oleh gadget dan internet. Percaya diri seorang muslim juga mulai pudar dan merasa malu menggunakan atribut yang islami, atau justru itu dianggap hanya suatu tradisi Arab, Sayyidina Umar bin Khattab berorasi:
نَحْنُ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالاِسْلاَمِ فَمَنِ ابْتَغَى الْعِزَّةَ بِغَيْىرِهِ أَذَلَّهُ اللهُ
“Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan islam, barangsiapa mencari kemuliaan selain islam maka Allah akan menghinakannya.”
Hal ini senada dengan firman Allah SWT:
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ (٨٥)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Merefleksikan kembali kesadaran umat untuk tetap percaya diri menjaga almamater islam dirasa sangat penting. Namun setelah semua tahu akan hal ini, mengapa masih banyak orang yang rela dengan segala kerendahan dan kerusakan!
Inilah akibat kebodohan. Al-Quran dan Hadits ada didepan kita tetapi tidak pernah kita baca apalagi kita amalkan, syariat fatwa sudah siap tetapi kita masih mengabaikannya. Lalu kita akan ikut siapa? dengan sistem yang bagaimana? dengan panutan yang seperti apa?
Persaudaraan, itulah yang terpenting. Ego dan kurangnya pengetahuan agama membuat kita menjadi orang orang yang taqlid buta. Mencari dalil-dalil, hujjah-hujjah yang tidak akurat untuk kepentingan pribadi semata.
Kebenaran akan hal diatas semakin nyata manakala kita melihat realita yang ada. Yakni banyak orang intelek yang melakukan korupsi, banyak orang intelek yang tidak bermoral, banyak orang yang selalu mengkaji ilmu agama, bahkan hafal Al-Quran justru hubungannya semakin jauh dengan Allah, bahkan menjadi kufur. Naudzubillah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ:
مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدَى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ إِلا بُعْدًا
“Barangsiapa bertambah ilmunya namun hidayahnya tidak bertambah, maka ia akan semakin jauh dari Allah.”
Sabda Rasul ﷺ ini sesuai dengan fakta saat ini, yakni banyak paham agama yang justru mengajak manusia menjauhkan diri dari Allah. Menghalalkan perkara haram seperti sentuhan pria dan wanita, mengharamkan yang dianjurkan Allah seperti ziarah kubur, zikir jamaah, shodaqoh dll.
Melihat fenomena itu, maka sudah saatnya para santri yang telah dibekali ilmu agama dan mengedepankan amaliyyah dalam mendekatkan diri kepada Allah untuk memberi suatu rumusan makna agama yang transparan, yang tidak dicampuri hawa nafsu, yang ditunjang dengan dalil-dalil yang akurat tanpa menyembunyikan kebenaran.
Tulisan seorang hamba, semoga Allah mengampuninya.