Thursday, June 27, 2024

Efek Dunning-Kruger dalam perspektif Islam


          

Efek Dunning-Kruger, secara mudahnya dapat dipahami sebagai kondisi ketika seseorang merasa mumpuni dalam suatu hal, tapi sebenarnya dia awam dalam hal tersebut. Orang yang yang terkena efek ini cenderung mengabaikan kekurangan yang ada pada diri mereka dan meng overestimate kemampuannya sendiri. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk menyadari kelemahan yang ada pada mereka. Contoh, seseorang yang belajar ilmu agama dengan hanya bermodalkan youtube, dalam kurun belajarnya yang singkat dia merasa pendapatnya mampu dibandingkan selevel dengan seorang ulama, meskipun pada kenyataannya pendapat orang tersebut masihlah dangkal.


Yang membuat efek ini semakin ribet, sebagaimana yang telah dikatakan di atas, orang yang mengalami Dunning-Kruger tidak mampu untuk menyadari kekurangan pada diri mereka. Mereka berpikir kalau diri mereka fine-fine saja, merasa paham dan mumpuni betul dengan apa yang mereka yakini, padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Akhirnya mereka susah untuk terbuka terhadap masukan dan kritik dari orang lain, karena merasa dirinya sudah hebat. Hal ini sebagaimana yang pernah dikatakan Shakespeare "Orang bodoh merasa dirinya bijak, tetapi orang bijak merasa dirinya bodoh.”.


Dalam agama Islam, para salafunas sholih telah mewanti-wanti kita untuk menghindari efek Dunning-Kruger ini. Jangan sampai kita menjadi orang yang terlalu narsis dengan kemampuan kita sampai membutakan kekurangan yang pasti selalu ada pada diri kita. Al-Ghozali dalam Ihya’nya mengutip perkataan Imam Khalil bin Ahmad, menjelaskan:


الرجال أربعة، رجل يدري ويدري أنه يدري فذلك عالم فاتبعوه، ورجل يدري ولا يدري أنه يدري فذلك نائم فأيقظوه، ورجل لا يدري ويدري انه لا يدري فذلك مسترشد فأرشدوه، ورجل لا يدري أنه لا يدري فذلك جاهل فارفضوه


Seseorang secara garis besar dapat terbagi menjadi empat kelompok:

1. Orang yang alim dan dia tahu bahwa dia alim. Maka orang jenis ini adalah ulama yang harus kita ikuti.

2. Orang yang alim tapi dia tidak tahu bahwa dia alim. Orang jenis ini adalah orang yang 'tertidur' yang perlu kita bangunkan.

3. Orang yang bodoh dan dia tahu bahwa dia bodoh. Orang ini seumpama orang yang mencari petunjuk, maka tuntunlah orang jenis ini.

4. Orang yang bodoh dan dia tidak tahu bahwa dia bodoh. Jenis ini merupakan orang bodoh yang harus kita tinggalkan.


Dari empat kelompok ini, kita dilarang untuk menjadi yang nomor empat. sudahlah bodoh dan tidak mampu, tidak mau mengakuinya pula. Hal inilah yang juga terjadi pada orang yang terkena efek Dunning-Kruger, mereka merasa mampu tapi sebenarnya kosong.


Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, apa solusi dari Dunning-Kruger ini? Solusinya sebenarnya simpel, tapi susah dilakukan. Orang yang merasa terkena efek ini harus dapat lebih terbuka untuk belajar lebih banyak, harus dapat lebih menerima masukan dan kritik yang masuk terhadap dirinya. Karena dengan keterbukaan inilah, seseorang akan dapat lebih paham tentang kelebihan dan kekurangan dirinya. Jangan sampai kita menjadi orang yang acuh dan tertutup, tidak mau menerima nasihat, masukan, dan kritik dari orang lain. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah dalam salah satu hadis:


إنَّ من أكبر الذنب، أن يقول الرجل لأخيه: اتق الله فيقول: عليك نفسك أنت تأمرني؟


Termasuk dari pada salah satu dosa terbesar adalah, ketika seseorang berkata pada saudaranya "Bertakwalah engkau pada Allah!" maka dia menjawab "Urus saja urusanmu, aku pula yang kamu urus?!" (HR Baihaqi).


Pada intinya, menerima kritik, saran, dan masukan dari orang lain bukanlah hal yang buruk. Bahkan hal itu dapat menjadi sesuatu yang penting untuk menjadi evaluasi pada pribadi kita. Dan dapat pula menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih realistis terhadap kemampuan kita sendiri.


Oleh: Mas Rafly
Previous Post
Next Post

0 comments: