Kitab : Tajridus Shorih
Pengarang : Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif Az-Zubaidi
Cetakan : DKI Beirut
Hadits : 100 dan 101
Halaman : 39
Dikutip dari kajian kitab tajridus shorih pada tanggal 10 Juni 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus oleh beliau Gus Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA.
Selengkapnya bisa dilihat disini : Ngaji Kitab Tajridus Shorih
Hadits 100
وَعَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : حَفِظْتُ مِنَ النَّبِيَّ الله وعادَيْنِ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَتَلْتُهُوأَمَّا الآخَرُ فَلَوْ بَشَيْتُهُ قُطِعَ هَذَا الْبُلْعُومُ .
Dari Abu Hurairah berkata, “Aku menghafal ilmu dari Rasulullah SAW. Pada dua wadah. Yang satu aku sebarkan dan sampaikan, yang satu lagi sekiranya aku sampaikan maka akan terputuslah tenggorokan ini.”
Ada dua jenis ilmu yang dihafal oleh Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Yaitu, ilmu dhohir dan ilmu batin. Ilmu dhohir mencakup ilmu syariat, ilmu mu’amalah, ilmu ekonomi, ilmu astronomi(Falak), dll. Ilmu batin mencakup ilmu tasawuf, ilmu adab, dll.
Dibalik kita melakukan ibadah shalat, zakat, puasa yang sesuai dengan tuntutan syariat agar bisa sah sesuai fiqihnya. Kta juga diharuskan untuk mengetahui bagaimana adab-adab saat beribadah. Seperti contoh, ketika kamu membayar zakat yang kewajibannya 2,5% ilmu batinnya itu bukan hanya sekedar kamu mengeluarkan zakat itu tapi bagaimana rasa hatimu saat mengeluarkan zakat tersebut. Jika dasarmu karena memang kewajiban itu berarti kamu belum sampai ilmu batinnya. Ilmu batinnya ialah aku zakat karena aku butuh. Agar kita bisa ingat bahwa jika itu adalah perintah Allah SWT., Ingat jika didalam barangmu itu ada hak-haknya orang lain, ingat jika orang yang kamu zakati itu bukan orang yang butuh zakatmu tapi kamulah yang membutuhkan mereka untuk bisa melakukan fardhunya zakat.
Beberapa ulama mengatakan, yang dimaksud أَمَّا الآخَرُ فَلَوْ بَشَيْتُهُ قُطِعَ هَذَا الْبُلْعُومُ . adalah ilmu yang menjelaskan tentang personal, orang-orang yang sangat berbahaya dari kalangan para pejabat yang dholim-dholim. Jadi kemungkinan nabi pernah menyebutkan nama-nama tersebut. Kenapa ilmu tersebut tidak disebarluaskan oleh Abu Hurairah? Itu karena jika ilmu itu disampaikan kepada orang tersebut dan dia mengetahuinya maka Abu Hurairah akan terbunuh jika orang tersebut sudah menjadi pejabat.
Jika kita mempunyai rahasia, apapun rahasia tersebut mulai dari rahasia negara, rahasia pondok, maupun rahasia teman kita yang kita simpan itu jangan disebarluaskan agar tidak menimbulkan fitnah.
Ada ulama’ yang mengatakan jika ilmu yang tidak disebarluaskan oleh Abu Hurairah adalah ilmu yang berkaitan dengan tanda-tanda hari kiamat.
Apakah jika Abu Hurairah tidak menyampaikan ilmu itu termasuk menyembunyikan ilmu? Tentu bukan karena audiensnya belum siap. Dan bisa diambil pelajaran juga disini yaitu, jika kita menjadi guru SD/MI maka jangan sampai membawakan pelajaran SMA kepada murid-murid mu, ataupun jika kita guru SMP maka juga jangan bawakan pelajaran-pelajaran perkuliahan kepada mereka karena akal mereka belum bisa menerimanya. Dan satu pelajaran lagi yang bisa kita ambil disini yaitu, jika kita menemukan kebenaran fakta yang mana fakta itu jika kita sebarluaskan akan membuat gaduh masyarakat maka jangan disampaikan fakta tersebut kepada masyarakat.
Hadits 101
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَّ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لَهُ في حَجَّةِ الْوَدَا: اسْتَنْصِتِ النَّاسَ ، فَقَالَ : لا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّاراً يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
Dari Jarir bin abdillah RA. Sesungguhnya nabi SAW. Bersabda kepadanya saat beliau diminta untuk memberi nasihat kepada orang-orang waktu haji wada’ “Janganlah kalian kembali menjadi kafir, sehingga kalian saling membunuh satu sama lain.”
Dua wasiat nabi kepada kaum muslimin pada masa itu: Jangan kembali kafir dan jangan saling bunuh-membunuh
Perbedaan antara الْاِنْصَات dan إسْتِمَاع :
إسْتِمَاع : Kamu sengaja mendengarkan suatu pelajaran dengan tujuan agar bisa memahami pelajaran tersebut. Tapi kamu mendengarkannya bisa sambil dengan melakukan kegiatan lain, entah itu ngobrol, membalas chat, atau yang lainnya. Intinya kamu bisa memahami pelajaran tersebut dengan diselingi kegiatan lain.
الْاِنْصَات : Kamu memang benar-benar mendengarkan suatu pelajaran tanpa diselingi kegiatan lain. Jadi الْاِنْصَات berada di atas إسْتِمَاع .
Imam Sufyan Ats tsauri menuturkan beberapa tahapan ilmu: Yang pertama mendengarkan dengan cara إسْتِمَاع, yang kedua mendengarkan dengan cara الْاِنْصَات, yang ketiga menghafal ilmu yang sudah dipelajari, yang ketiga mengamalkan ilmu itu sendiri, yang kelima mengajarkan ilmu tersebut baik melalui media ajar mengajar atau berbentuk tulisan seperti buku.
Imam Muthorif memberikan penjelasan tentang الْاِنْصَات lebih mudah yaitu, seorang pelajar yang melihat gurunya saat mengajar itu dinamakan الْاِنْصَات, tapi jika tidak melihat gurunya itu dinamakan إسْتِمَاع.
0 comments: